"Kelas kamu berikutnya masih dua jam lagi. Lebih baik kamu ke kantin dulu, isi tenaga. Aku temenin deh."
"Makasih, Kak."
***
Sejak tadi, pikiran Shani terus terbagi. Antara kelas dan senior yang sedang menemaninya makan saat ini.
Dalam hati Shani tersenyum. Ia masih mengingat bagaimana orang-orang lain tak ada yang peduli padanya. Hanya gadis berambut sebahu itu yang peduli dan mau membantunya.
Dalam diam Shani terus melirik seniornya itu. Wajah manisnya terlihat tampan saat sedang serius dan hal itu sukses membuat jantungnya berdebar.
"Kenapa?" Tanya Viny.
Shani terkesiap saat Viny menoleh padanya dan langsung menunduk malu. Mulai memakan makanan di hadapannya. Viny hanya tersenyum dan tertawa tipis sebelum kembali memakan makanan di hadapannya.
***
Pertemuan sederhana itu mengawali kisah persahabatan baru antara keduanya. Walau tak selalu bersama karena tugas dan jadwal kuliah masing-masing yang sedikit berbeda, Viny dan Shani selalu memanfaatkan waktu kosong jika mereka memilikinya untuk bertemu. Tak jarang mereka tetap menjaga interaksi jika tak sengaja bertemu di lingkungan kampus, apalagi mereka memang satu jurusan. Beda tahun saja.
Seperti saat ini, Shani langsung menyapa sang senior saat mereka tak sengaja bertemu di koridor kampus.
"Kak Viny." Sapanya riang sambil tersenyum.
Viny yang tengah mengobrol dengan temannya menoleh. "Eh? Shani."
"Kak, nanti jadi pulang bareng?"
"Ah, jadi. Jadi. Bisa kan main ke rumah?"
"Bisa kok."
"Sip."
"Ya udah, aku ke kelas dulu, Kak."
"Iya, Shan. Hati-hati."
Shani hanya tertawa sebelum pergi menjauh dari Viny menuju kelasnya bersama teman-temannya.
"Ci, deket banget ya, sama Kak Viny?"
Shani menoleh pada temannya. "Biasa aja kok, Gre."
"Tapi kita ngeliatnya kalian deket banget tau." Sisca si ratu kepo pun mulai angkat bicara.
Shani memilih untuk diam. Jika ia menjawab pertanyaan temannya itu, ia yakin, akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.
***
Tepat seperti janji mereka. Saat ini Viny sedang menunggu Shani di parkiran. Gadis sebahu itu tampak anteng menunggu Shani sambil bersandar di mobilnya.
"Maaf lama, Kak."
"Gak kok."
Selalu seperti itu, Viny akan mengatakan hal yang sama jika Shani terlambat. Mungkin jika orang lain, Shani sudah melihat wajah kesal karena menunggu lama. Tapi tidak dengan Viny, seniornya itu justru memberikan senyum manis padanya.
Dan satu hal lagi yang disukai oleh Shani dari Viny adalah, Viny selalu bersikap gentle, bagi Shani.Viny yang selalu membawakan barang Shani, membukakan pintu mobil untuknya. Hal itu membuat Shani terkadang memikirkan, bagaimana seandainya jika Viny adalah seorang laki-laki? Mungkin ia akan sangat beruntung bisa dekat dengan Viny.
"Jangan ngelamun." usapan lembut di kepalanya membuat Shani merasakan debaran itu, lagi.
Ah, Viny selalu tau cara melemahkan hatinya.
If You were a Boy
Mulai dari awal