44 - Back to London

Mulai dari awal
                                    

Aku membuka notifikasi ponselku yang lumayan banyak menumpuk sambil menyandarkan punggungku dengan santai di kursi penumpang. Banyak pesan-pesan mengenai pekerjaanku, seputar berita yang menyangkut namaku disana karena kedatanganku di Italy dan yang terakhir membuatku sedikit penasaran.

Tertera nama Alard disana dan ini merupakan sesuatu yang jarang. Tumben sekali dia mau mengirimiku pesan?

Setelah membuka pesannya, dia berkata bahwa Arber yang merupakan belahan jiwaku dan orang yang kukasihi di dunia ini setelah Dad, Rugov dan Draco, sedang tidak enak badan katanya. Aku mengernyit kemudian memutuskan untuk menghubunginya.

"Halo? Alard?"

"Oh, Hey. Ada apa?"

Aku memicingkan kedua mataku. Yang benar saja, harusnya aku yang bertanya ada apa dengan pasanganmu itu bodoh. "Aku baru membaca pesanmu, pak dokter. Jadi, katakan sekarang. Kenapa Arber?"

"Oh, ya. Tentu saja."

"Jadi begini, Shura. Aku rasa dia merindukanmu makanya aku mengirimimu pesan seperti itu tapi aku tidak berencana untuk merusak liburanmu karena khawatir soal hal itu. Tapi semalam Arber demam tinggi dan mengigau namamu, aku jadi benar-benar khawatir dan aku rasa kau harus tahu soal hal ini."

Aku menggigit bibir bawahku karena panik, "Dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya? Aku baru saja tiba di London."

"Dia di rumahku. Tapi aku sedang berbelanja untuk makan malam nanti, kutinggal dia sebentar karena sepertinya tadi dia tidur dengan lelap setelah mengkonsumsi obat. Tapi tenang saja, panasnya sudah mulai turun, kau tidak perlu panik. Aku akan mengirimkan alamat rumahku padamu."

"Baiklah. Trims, Alard."

"Yep. See you there." Dan panggilannya terputus.

Aku mendengus lega mendengar perkataannya, tapi tetap saja aku harus menjenguknya secepatnya. Siapa tahu si bodoh itu jatuh sakit karena terlalu merindukanku ya kan? Kalau diingat-ingat dulu waktu masih di sekolah dasar dia juga pernah demam katanya karena merindukanku setelah kutinggal ke luar negeri selama tiga minggu.

Setelah meminta utuk diantar ketempat kediaman Alard, cepat-cepat aku segera turun dari mobil dan masuk ke dalam. Kebetulan sekali ternyata Alard juga baru saja sampai setelah berbelanja, dengan tanggap aku segera meraih salah satu kantung belanjanya untuk membantunya.

Alard mempersilahkanku duduk dan menawariku minum, namun aku bilang tidak usah repot-repot dan langsung menuju ke kamar tempat keberadaan Arber saat ini.

"Ya Tuhan, apa sekarang aku bisa melihat mahluk-mahluk aneh juga? Kenapa kali ini mahluk ini menyerupai si bodoh itu?"

Aku memicingkan kedua mataku dan dengan langkah cepat langsung melemparnya dengan bantal, "Siapa yang kau sebut si bodoh itu, hah?"

"Astaga, dia bahkan sekarang bisa berbicara padaku."

Oh lihatlah Arber semakin tolol saja kalau sedang sakit begini. Aku memutar kedua bola mataku dengan gemas kemudian mencubit dan menarik kedua pipinya yang chubby, "Arber Sinclaire ini aku Shura Croft yang kau bilang bodoh dan alasan dibalik kau demam begini."

"Aw, aw! Bodoh, sakit!" Arber mengerang memohon untuk pengampunan, namun aku enggan melepaskannya hingga Alard datang dan tertawa melihat aksi bodoh kami berdua.

"Oh, kau sudah bangun rupanya. Maaf kalau aku pergi belanja terlalu lama." Alard tersenyum, kemudian duduk di samping tempat tidur dan memeriksa suhu badan sahabatku. "Panasmu sudah turun, rupanya benar kalau penyakitmu ini hanya karena rindu gadis satu ini ya?" Dia tertawa sambil menatapku namun aku hanya memutar kedua bola mataku.

Arber menyeringai kemudian menatapku lekat, "Kapan kau datang? Maaf kalau membuatmu khawatir. Tapi sungguhan, aku bukan sakit karena merindukanmu bodoh. Aku kehujanan."

"Masa?" tanyaku tidak percaya. "Aku baru saja tiba dan mendapatimu sudah sangat lemah seperti anak kecil begini."

"Sialan, siapa yang kau bilang anak kecil!" Arber menarik ujung rambutku dengan kasar, aku berteriak dan kami mulai bergelut ala anak sekolah dasar yang bertaruh untuk memperebutkan boneka teddy bear.

Alard tertawa dan menggeleng, "Astaga kalian ini. Baiklah karena ada Shura sekarang, aku ijin untuk meninggalkan kalian berdua dulu karena harus memasak untuk makan malam."

Aku mengangguk, kemudian tubuh jakung itu menghilang dibalik pintu yang baru saja tertutup. Seketika Arber menghentikan aktifitas keanak-kanakannya dan menatapku dengan tatapan misterius. Aku mengernyit dan menatapnya dengan bingung, "Apa?"

"Shura, aku tahu aku tidak berhak mengatakan ini. Tapi aku rasa ini demi kebaikanmu."

Arber tampak sedang menimbang-nimbang untuk kata-kata selanjutnya dan tiba-tiba saja aku menjadi gugup karena ekspresi wajahnya yang terlalu serius sehingga membuatku setengah penasaran dan tegang.

"Kumohon, Shura. Jauhi Draco."

Seketika seperti ada sesuatu yang memukul dadaku dengan keras. Kata-katanya membuatku sangat terkejut, awalnya aku kira dia bercanda namun raut wajahnya tidak berkata demikian. Aku mengenal Arber lebih baik daripada siapapun dan aku tahu mana Arber yang sedang serius dan bergurau.

Aku menelan ludahku dengan susah payah dan menatapnya lekat, "Tapi kenapa?"






To Be Continued...
Don't forget to vote and comment!

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang