Inka menunjuk dirinya sendiri, "Kenapa aku jadi ikut-ikutan?"

Silva mengangkat tasnya dengan gesit, guna menutupi samping wajahnya dari Chanyeol yang menatap cewek itu aneh. Silva lalu berucap dengan geture mulut tanpa suara. "Ikutan aja, kali aja kamu bisa ke kantin sama curut. Kan bisa buat ajang pendekatan."

Inka menahan senyumnya agar Chanyeol yang jelas sedang menatapnya tidak curiga. Sedangkan Naya hanya menyangga dagunya melihat kelakuan teman-temannya. Sesungguhnya Naya adalah pendukung Chanyeol dan Silva. Ia adalah sahabat Silva sejak SMP, dan ia tahu betul bagaimana bahagianya Silva saat jatuh cinta, sekaligus terpuruknya gadis itu saat kehilangan cintanya. Naya juga tahu jika Silva seringkali datang ke sekolah dengan mata sembab yang berusaha keras ia tutupi. Tapi Naya tahu, jika Silva datang sangat pagi, itu berarti semalam cewek itu menangis lagi.

"Kalian lagi sekongkol buat bikin aku kalah ya?!" tuduh Chanyeol pada dua orang yang kini sudah berhenti berinteraksi rahasia.

"Enggak!" jawab Silva cepat.

"Kita nggak lagi negerencanain apapun," imbuh Inka dengan gugup.

Chanyeol menyipitkan matanya dan terang-terangan menatap dua orang itu dengan curiga. "Kalau gitu yang ke kantin dua orang. Kalau kalian sekongkol kan kalian ya kalah," kata Chanyeol yang langsung disepakati oleh Silva.

"Oke!" jawabnya. Sejujurnya Silva tadi sudah akan mengajukan peraturan itu. Tapi Chanyeol dengan bodohnya mengajukannya sendiri. Hah, dasar bodoh!

"Mulai ya, hompimpah alaium gambreng!" Mereka bertiga berucap bebarengan.

Silva membuka mulutnya lebar. Hah, dasar bodoh! Kali ini ia harus menelan umpatannya sendiri. Ia lalu menoleh tak senang kearah Chanyeol yang kini mendesah tidak senang. Lalu mengalihkan pandangannya kearah Inka yang menatapnya kecewa. Silva meringis dan berucap maaf tanpa suara. Hal ini diluar perkiraannya. Ia tidak tahu jika akan seapes ini. Padahal ia tadi sudah positive thingking dengan harapan akan berhasil.

"Ulang yuk?" saran Silva yang dibalas gelengan keras oleh Naya.

"Nggak bisa! Udah pergi sana! Lagian yang belum makan kan kalian berdua, kenapa kita ikutan ribet!" cerocos Naya yang baru menyadari fakta itu.

"Maleees," gumam Silva yang kembali menelungkupkan kepalanya.

"Anak perawan nggak boleh males!" Naya berkata bagaikan emak-emak yang memarahi anak gadisnya.

"Ayo marmut! Keburu bel nanti!" Chanyeol berdiri dari duduknya. Menarik kerah belakang Silva agar cewek itu berdiri mengikutinya.

"Kalian nyebeliiiiin!" maki Silva terakhir kalinya sebelum berdiri dengan pasrah. Mengikuti langkah Chanyeol yang berjalan mendahuluinya. Silva berjalan dengan langkah pelan tanpa ada niatan untuk mendahului atau berjalan sejajar dengan Chanyeol. Manik matanya tanpa sadar mengamati bagaimana Chanyeol berjalan dengan tenang, dan bahu lebar Chanyeol mengingatkannya pada bahu Suho yang mungkin sama lebarnya.

Silva mengernyit saat perlahan-lahan ia merasa langkah kaki Chanyeol semakin pelan. Hingga pada akhirnya berhenti. Silva otomatis melakukan hal yang sama. Cewek itu berhenti dengan jarak yang tak berubah sejak mereka meninggalkan kelas. "Kenapa berhenti?" tanya Silva pada Chanyeol yang masih senantiasa memunggunginya.

Chanyeol lalu berbalik, menatap Silva dalam kurun waktu beberapa detik sebelum menghela napas. "Kamu juga kenapa berhenti?"

"Ya soalnya kamu berhenti, jadi aku ikut berhenti. Kenapa berhenti?" Silva mengulang pertanyaannya.

Memoar [PCY-Suho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang