"Oh tidak, hanya memastikan saja," balasnya ramah.

"Oh iya, kak. Mulai hari ini dan seterusnya aku akan sekamar dengan kakak!" ucapnya sambil tersenyum manis padaku. Aku bingung, kenapa tiba-tiba dia datang dan berkata bahwa akan sekamar denganku?

Mungkin saja Ibu panti yang menyuruhnya, agar aku tak kesepian.
Ya, setidaknya aku harus bersyukur bukan? Mempunyai teman sekamar baru akan membuat diriku tidak kesepian lagi. Meski canggung aku tetap berusaha untuk bicara dengan akrab padanya.

"Wah, aku akan punya teman sekamar," balasku sambil tersenyum.
Lily mengangguk penuh semangat dan kemudian mengalihkan pandangannya pada kalung yang ada di leherku.

"Ada apa?" tanyaku padanya karena raut wajahnya begitu serius melihat ke arah kalungku. Aku saja tidak tahi darimana kalung ini berasal.

"Kalung kakak cantik ya?" tanyanya kemudian menatapku.

"Oh ya? Menurutku juga begitu."

"Darimana Kakak mendapatkannya?" tanyanya lagi yang begitu terlihat penasaran, aku masih bersikap wajar. Karena dia masih kecil dan rasa keingintahuannya besar bukan?

"Entahlah aku tidak tahu, disaat aku tenggelam tiba-tiba saja kalung ini berada dileherku dan mengeluarkan cahaya," balasku sambil memegang buah kalung tersebut.

Lily mengangguk, dan kemudian kembali menghadap ke arah meja makan. Dimana sudah tersaji makanan yang begitu menggiurkan bagiku. Makanan lezat.

******

Sehabis makan, dengan segera aku kembali ke kamar. Kini aku tak sendiri, sebab Lily berada disampingku dengan membawa barang-barangnya yang sebagian berada padaku.

"Kak? Itu beneran gak berat?" tanya Lily untuk kesekian kalinya sepanjang perjalanan menuju ke kamar. Mungkin dia merasa membebaniku, tapi menurutku tidak. Setidaknya aku masih bisa membantunya walau tak banyak.

"Iya, enggak."

Hingga kami berdua sampai dikamar kami, dengan segera aku menaruh barang-barang Lily dikasurnya. Kasur yang sebelumnya dipakai oleh Sasha, aku tersenyum walau sakit karena meningat bahwa aku tak memiliki kemungkinan untuk bertemu dirinya.

Lily segera membersihkan barang-barang miliknya, dan menatanya dengan rapi. Oh, aku kembali teringat dengan Sasha yang begitu rajin dan teliti membersihkam sesuatu.

Sadar aku selalu melihat apa yang Lily lakukan, dia menatapku dengan kedua tangan berada dipinggang.

"Kakak? Ngapain liat aku? Aku cantik ya? Makasih loh ya," ucapnya dengan penuh percaya diri sembari mengibaskan rambutnya itu.

"Iya, kamu cantik dan manis."

"Mau aku bantu bersihin gak?" tanyaku pada Lily yang terlihat masih sibuk dengan buku-buku miliknya.

"Ga usah Kak. Nanti Kakak telat berangkat sekolah," ucapnya. Dan seketika aku melolot melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul enam pagi lewat sepuluh menit.

"Huft... Ku kira aku akan telat. Ternyata masih banyak waktu," ucapku setelah melihat jam. Ya masih ada 50 menit lagi, ah ralat. Masih ada 20 menit lagi sebelum bis sekolah menjemputku.

Dan kulihat Lily sekali lagi yang sudah selesai dengan acara bersih-bersihnya.

"Capek."

Kudengar kata tersebut keluar dari mulut Lily, dan kini dia berbaring dikasurnya. Sambil menghadap ke langit-langit kamar.

"Kamu ga sekolah?" tanyaku pada Lily, karena aku tidak melihat bahwa dia bersiap-siap untuk sekolah.

"Aku Homeschool kak," balasnya kemudian bangkit dari tidurnya.

"Oh, emangnya enak ya?" tanyaku lagi, kemudian dia mengangguk dan tersenyum.

"Tapi, jadi ga punya teman kayak sekolah," ucapnya sembari mengoyangkan kakinya.

"Kamu mau punya teman?" tanyaku, dan seketika dia mendongakkan kepalanya lalu menatapku dengan mata berbinar.

Dia mengangguk, "mau!"

"Kan ada aku yang mau jadi temanmu," balasku sambil tersenyum. Lily segera datang mendekatiku dan memelukku dengan erat.

"Oke, sekarang kita temenan ya!" ucapnya dengan semangat, aku terkekeh kecil mendengarnya yang terasa begitu lucu ditelingaku.

"Oke deh," balasku sambil mengedipkan sebelah mata, yang kemudian dia ikuti dengan mengedipkan sebelah mata juga.

Lalu kami berdua tertawa lagi, entah mengapa. Tapi pembicaraan ini menurutku lucu, meski terdengar biasa saja bagi sebagian orang. Tapi setidaknya kini aku mempunyai teman yang seru untuk diajak berbicara. Kuharap aku dan Lily akan selalu berteman, lalu menjadi teman keduaku setelah Sasha.

Sasha? Kini aku mendapatkan teman baru, aku berharap bisa bahagia dengan teman baruku ini.








Vote jangan lupa ya!

Academy Of MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang