"Apa kau mau terus berdiri disana!?" Aku menatap sekelilingku. Dan maju beberapa meter untuk mendekat kearahnya. Semua orang benar-benar menatapku.

"Kau orang yang Erwin katakan bukan!?" Bisa tidak suaramu dikecilkan? Sialan!

"I-iya!" Teriakku tak kalah nyaring. Aku menutup mataku. Pipiku masih sangat panas. Dia mulai berdiri dan menatap tajam kearahku.

"Siapa namamu, dan pasukan mana yang akan kau pilih!?" Teriaknya sambil menunjuk kearah tengah ruangan. Maksudnya!? Aku harus berteriak disana!? Hell no!?

Tapi tetap kuturuti. Daripada bertambah panjang.

"(Y/n) (l/n), aku ingin masuk pasukan pengintai. Untuk kebebasan umat manusia, aku bersumpah akan mengabdikan jantungku dan seluruh jiwaku hanya untuk itu!!!!"

Hening.

Semua orang menatap tak percaya padaku.

"Jadi gadis ini yang waktu itu membujuk Komandan Erwin saat pembersihan titan waktu itu," ucap salah satu gadis dan lagi lagi adalah tokoh tidak terkenal. Kudengar lagi kadet yang lain mulai mengoceh tidak jelas.

Aku hanya menahan malu.

-oOo-

Normal pov



"...jadi kalian, 9 kadet terbaik ku tugaskan untuk melatih anggota baru tadi. Berhubung Eren sedang berada di tangan pasukan pengintai. Beri tahu lagi pada Reiner, Bertolt, dan Jean. Mereka sedangku hukum. Ada yang ingin kalian tanyakan?" ucap pria botak dengan wajah seram.

"Asal jangan menanyakan kenapa gadis itu bisa diterima Erwin, karna aku juga tidak tahu," dia memijit pangkal hidungnya.

"Siap!" Ucap kesembilannya tanpa penolakan, atau pertanyaan. Dan berbalik keluar dari ruangan pengap itu. Berjalan lesuh melewati koridor panjang.

"Bukankah itu sudah sangat terlambat? Minggu depan kadet angkatan kita sudah resmi memilih kemiliteran," ucap seorang gadis cokelat berkepang kuda. Dengan tangan kanannya yang mengunyah kentang.

"Kenapa kau tidak bertanya saja pada si botak tadi?" Ucapan dingin dari gadis cantik berambut kuning dan berkepang.

"Keith-san sudah bang kan!? Kalau dia juga tidak tahu jawabannya!?" Gadis berambut cokelat tadi memberi pembelaan.

"Entahlah sasha, aku hanya takut sesuatu yang buruk menimpanya. Apalagi yang dia pilih itu scouting legion," balas gadis cantik yang berada di peringkat 10 sebagai kadet terbaik.

"Padahal dia sangat cantik, kenapa dia memilih hal yang rumit yah?" Pria botak menyahut. Melipat tangannya dan menutup matanya. Sedangkan yang lain hanya menatap nya sweatdrop.

"Mikasa, ada yang harus aku beritahu. Ini tentang (y/n)," Armin berbisik di telinga Mikasa. Sengaja berjalan dibelakang dan menunggu teman temannya berjalan hingga tidak terlihat sejauh mata memandang. Agar yang lain tidak mendengar. Armin mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

Mikasa mengangkat alisnya. "Apa itu?"

"Ini milik (y/n) yang tadi sempat terjatuh. Benda ini ada disalah satu halaman buku kakekku. Ini adalah benda yang akan dibuat dimasa modern," ucap Armin.

Mikasa terdiam.

Keduanya saling menatap. Kemudian mengangguk.

-oOo-




(Y/n) PoV



Pagi mulai menyambut. Kulihat kadet diasrama perempuan masih terlelap. Aku beranjak dari ranjangku melangkah kecil keluar agar tidak menganggu kadet yang lain.

Membuka pintu perlahan dan melakukan sedikit pemanasan. Ini akan menjadi hari yang melelahkan.

"Matahari belum terlalu terlihat. Jam berapa sekarang?" Aku memasukan tanganku kedalam saku rokku. Tapi nihil. Aku tidak temukan handphoneku.

"Aaahhh! Pasti terjatuh," ucapku memelas. Ya sudahlah. Mau diapakan lagi?

Aku duduk di salah satu kursi. Dan menghela nafas pasrah. Padahal seharusnya aku bisa mengobrol dengak karakter kesukaanku. Tapi apa boleh buat? Aku berada di lain kamar dengan mereka. Dan disini berisi lima kadet permpuan ditambah denganku yang bahkan menggosipiku. Padahal mereka tidak tahu kalau aku pura pura tertidur.

"Nasib ku tidak pernah berubah,"




Bersambung...

Second Life || Levi Ackerman [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang