Chocolate Caramel: Dua

Mulai dari awal
                                    

Ini bikinan gue. Gue tau kalo nyokap yang masak lo gak bakalan mau makan. –F-

 

          Frappuccino tau benar bagaimana aku. Aku tidak akan memakan masakan mama, sekalipun itu masakannya enak. Dia sudah membuatnya semuanya menjadi pahit, hitap, dan gelap.

          Aku segera memakan nasi goreng yang dibuatkan Frappuccino, sampai tandas.

          Mungkin habis ini aku memutuskan untuk duduk-duduk sambil meminum kopi di Diff Cafe. Kepalaku sudah begitu penat untuk mengingat semua tentang Nathanael, dan mama. Dua orang penting yang membuatku sadar, aku tidak seharusnya memperdulikan mereka.

*

Diff Cafe.

          Satu jam sudah aku duduk di Cafe ini. Sangat disayangkan, seharusnya tadi aku membawa laptop dari rumah supaya aku tidak mengalami bosan di saat-saat seperti ini. Chocolate memang sangat bodoh.

          Dan seseorang menghampiri mejaku. “Sorry, gue boleh duduk sini gak?” Emang dia kira dia siapa berani menanyakan tentang duduk bersamaku? Kita tidak mengenal satu sama lain, dia stranger. Apakah dia gila?!

          “Lo pikir lo siapa bisa seenaknya numpang duduk di tempat gue?” Mukanya menatap sekitar. Dan memang sih, Cafe ini sangat ramai sampai-sampai dia tidak mendapatkan tempat duduk. Tapi aku hanya tidak srek dengan gayanya yang dingin dan tidak peduli sepertinya.

          “Oke.” Detik selanjutnya dia berjalan ke kasir dan membeli sesuatu di sana dan kemudian menunjuk aku. Apa yang sedang dia kerjakan?

          Mataku bergejolak saat dia kembali ke mejaku dan duduk tepat di depanku. “What the hell you doing, Sir?” Nada bicaraku sepertinya sudah naik dua oktaf gara-gara sang stranger yang sukses sekali membuatku menjadi kesal.

          “Apa muka gue keliatan kayak bapak-bapak?” Dia menjawabku dengan nada yang tidak kalah dingin dari es Kutub Utara.

          Sumpah, dia sudah merubah moodku menjadi hancur berantakan. Can I just ignore the people? Baiklah, aku memutuskan untuk pergi saja. “Okay. You win. Lo bisa duduk sesuka lo disini dan gue mau pergi. Bye.”

          Dia diam tanpa kata.

          Apakah dia tidak tahu sopan santun?

          Setidaknya bilang terima kasih kek!

          Bodo. Bye manusia Kutub.

                                      ---------CC----------

          Bosen.

          Itu yang aku rasain seharian ini. Sehabis bertemu manusia Kutub di Diff Cafe aku jadi tidak ada mood untuk sekedar berjalan-jalan di mall atau di manapun. Handphone, malas sekali aku menyentuhnya karna aku tau pasti Steven lah yang ada di dalam line dan menanyakan tentang aku. Dia kira aku balita umur empat tahun yang mesti di khawatirkan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chocolate CaramelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang