Icha cemberut sebentar, tapi setelah itu dia senang. "Hm, nggak papa, deh. Asyik Papa pulang! Pasti bawa banyak oleh-oleh, ya, Tan, buat Icha."
"Pasti, dong! Oh Icha bawa teman, toh! Halo, siapa namanya? Gimana Icha di sekolah? Dia nggak aneh-aneh, kan!"
Atul tersenyum seraya mencium punggung tangan Tante Wati. "Nama aku Atul, Tante. Icha tadi pingsan, Tan. Hari itu juga."
Tante Wati terkejut. Matanya mendelik. Lebih tepatnya berpura-pura. "Hah, Icha pingsan kenapa, Tul?" Matanya melirik-lirik ke arah Icha.
"Icha lupa bawa bekal, Tan. Dia nggak mau makan di kantin. Mamanya yang ngelarang. Benar begitu, Tan?"
"Oh iya betul. Ya biasa, Icha ini, kan, anak satu-satunya. Jadi memang agak dimanja."
"Tan, Tul, ya udah kalian ngobrol aja dulu, ya! Icha mau makan bekal. Habis itu baru kita ke mall, Tul. Atul mau nungguin, kan!"
Atul tersenyum kecut. "Iya, Cha, mau, kok. Icha makan aja dulu. Nanti tambah sakit."
Icha pun masuk menuju ke arah dapur. Sedangkan Tante Wati memersilakan Atul masuk menuju ruang tamu. Bahkan dia sempat menarik-narik lengan Atul. Waktu mereka duduk di sofa, Wati segera menyerbunya dengan pertanyaan.
"Atul sekelas nggak sama Icha?"
"Iya, Tan, sekelas."
"Ada cowok yang deketin Icha nggak?"
Atul seperti pura-pura berpikir. "Hm, ada, sih. Emangnya kenapa, Tan?"
Aku harus pastiin kalo Icha nggak berhubungan badan sama cowok itu. Test pack yang kemarin itu bikin aku nggak bisa tidur.
"Mereka ngapain aja, Tul?"
"Dua hari terakhir ini mereka sama-sama terus, sih, Tan. Tadi aja pas pelajaran di lab, mereka nggak ikut. Mereka di ruang UKS lebih dari sejam. Cowok itu yang ngurusin Icha pingsan, Tan."
Tante Wati mendelik. "Mereka berduaan aja di ruang UKS saat semua siswa belajar?"
Atul mengangguk. "Iya."
Gawat!
"Terus Atul sempat lihat nggak Icha ngapain aja sama cowok itu di dalam ruangan?"
"Nggak, sih, Tan. Waktu Atul ke UKS, Adly udah nggak ada. Cuma ngelihat Icha aja yang lagi bener-benerin kancing baju."
Astaga!
"Benerin kancing baju?"
"Iya, Tan. Emangnya kenapa, sih, Tan?"
Ya Robbi, jangan-jangan Icha beneran sudah berhubungan badan lagi sama cowok itu. Mampus, deh!
"Terus apa lagi yang Atul ingat dengan penampilan Icha waktu ketemu tadi?"
"Ya pokoknya Icha berantakan bangetlah, Tan. Rambutnya aja kusut tadi."
Ya Allah, ini pasti nggak salah lagi. Pantas aja ada test pack di kamar mandiku kemarin. Aduh, Icha, Icha. Kenapa kamu kebablasan, sih? Tante, kan, cuma nyuruh kamu pelukan aja.
Atul menambahkan. "Kayaknya mereka suka sama suka, deh, Tan. Soalnya kelihatan banget dari muka-mukanya. Kayak ada merah-merahnya gitu."
Tante Wati menepuk jidat. Pikirannya langsung berantakan. Ya Allah, apa yang musti kulakuin sekarang kalo Icha beneran hamil? Bisa digantung aku sama kakak.
Atul menambahkan lagi. "Tadi Icha juga bener-benerin rok gitu, Tan. Nggak tahu kenapa roknya kelihatan morat-marit gitu."
Tante Wati keringat dingin. Fakta ini benar-benar sulit untuk diterimanya. Dia jadi menyesal karena kemarin sengaja mencuri bekal Icha dari tasnya.
Atul melanjutkan. "Pokoknya mereka lama banget, Tan, di ruang UKS itu. Sampe pelajaran lab selesai aja mereka nggak ada nongol ke lab atau ke kelas. Bahkan, Tan, tasnya Icha aja tadi Atul yang ambilin di kelas. Mereka kayak lupa daratan gitu, Tan."
Tante Wati tertegun. Dia seperti dikutuk oleh dewa menjadi batu.
Tak lama setelah itu, Icha datang dan langsung mengajak Atul ke mobil supirnya. Mereka akan ke mall sesuai janji. Dalam perjalanan menuju mobil, Tante Wati mendengar percakapan mereka.
"Tul, nanti kita singgah ke apotek, ya!"
"Mau beli obat kuat, ya, Cha?"
"Iya. Sekalian beli test pack."
Tanpa mereka ketahui, Tante Wati pingsan di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih SMA Kok Pengen Hamil?
Teen FictionUPDATE TIAP JUMAT [Baca cepat di Karyakarsa] "Tante bilang kehamilan adalah sebuah cara untuk menjadi wanita seutuhnya. Sejak saat itu aku pengen hamil dan melakukan segala cara agar bisa hamil meski aku sendiri masih SMA kelas 10, pastinya belum me...
14 - Pingsan karena mendengar hamil
Mulai dari awal