08.Perkelahian

Mulai dari awal
                                    

"Jaga ucapan lo."

Semua orang yang berada disana dibuat tercengang dengan ucapan Robby barusan, ini adalah kali pertama lelaki itu berani mengeluarkan suaranya saat ada yang menghinanya, terlebih lagi itu adalah Fernan.

Lelaki itu bahkan tak kalah terkejutnya dengan anak-anak, dia bahkan merasa bahwa pendengarannya sudah mengalami gangguan. Ketika mendengar suara dingin itu keluar dari bibir Robby.

Fernan tersenyum sinis, lalu beberapa detik kemudian tertawa sumbang sambil terus melawan menatap Robby.

"Wow! Lihat guys!" Seru Fernan yang langsung dibalas heboh oleh anak-anak disana. "Cowok nerd ini udah berani buka suara didepan gue."

"Hebat!" Fernan bertepuk tangan didepan wajah Robby sambil tersenyum puas, diiringi beberapa kor heboh dari siswa-siswi yang berbaris bundar disekitarnya.

Bella menatap sendu pada Robby yang kini tampak merunduk. Jujur saja, gadis itu masih merasa tidak terima dengan perlakuan Robby beberapa menit yang lalu. Tapi, kenapa hatinya kini merasa lebih tidak terima melihat perlakuan Fernan pada Robby?

"Gue kasih tau sama lo ya, Mr. Beast!" Teriak Fernan dengan lantang, "jangan pernah deketin Bella lagi, karna gue paling gak suka liat lo deket-deket atau bahkan ngasarin dia kaya tadi. Gue gak terima!"

"Gue lebih gak terima lagi, lo ngehina gue dengan seenak jidad lo."

Mata berapi-api milik Fernan langsung menatap Robby dengan tajam. Merasa kalau lelaki didepannya ini mulai ngelunjak dan menantang dirinya.

"Gue gak ngehina, gue cuma ngomong kebenaran dalam diri lo. Coba deh lo bercermin sebentar dan liat seberapa besar dan menjijikkannya tompel dipipi lo itu. Gue bahkan yakin, lo pasti pakai ilmu pelet buat Bella jadi ngejar-ngejar lo kaya tadi."

"Jaga mulut lo."

"Heh, dasar nerd kurang kerjaan! Lo pikir Bella bakalan suka sama lo? Cewek-cewek disekolah ini aja gak ada yang naksir sama lo, apa lagi Bella?" Cetus Fernan sambil memperlihatkan senyum kemenangannya.

"Bella juga gak suka sama lo."

Fernan merasa panas sekaligus terbakar dibagian dadanya, mendengar ucapan Robby yang memebuatnya kembali naik pitam. Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya, lalu secepat kilat menerjang Robby dan memukulnya tanpa ampun.

Bella menutup mulutnya melihat Fernan yang kini berada diatas Robby dan tidak hentinya memukul Robby yang kini tampak babak belur.

"FERNAN STOP!" Teriak Bella, namun tidak membuat lelaki itu menghentikan aksinya.

"FERNAN UDAH STOP! PLEASE STOP!"

Entah sejak kapan butiran air mata itu kini mengalir dipipi Bella, gadis itu merasa frustasi dengan tubuhnya yang tidak bisa digerakkan karena ketakutan. Sedangkan siswa-siswi lainnya tidak ada yang mau melerai, mereka semua bahkan tampak menyemangati Fernan untuk segera menghabisi Robby sekarang juga.

"Fernan please.. aku mohon berhenti." Bella berucap lirih hampir tak terdengar, diiringi tubuh gadis itu yang tampak melemah dan terjatuh dilantai. Semuanya tampak menggelap dan sayup-sayup terdengar suara beberapa orang guru yang tampak datang dan menghentikan aksi brutal itu.

Bella pingsan.

****

Bella mengerjap-ngerjapka matanya, mencoba memfokuskan penglihatannya yang tampak memburam. Bella menatap langit-langit putih bersih diatasnya, mencoba mengingat-ingat bagaimaa dirinya bisa berada disini. Namun kepalanya terasa sakit.

"Ish.."

Bella memijit lembut pelipisnya yang tampak nyeri, lalu seorang gadis berjalan sedikit tergesa kearahanya.

"Bella, lo udah siuman?" Tanya Melody yang tampak khawatir, lalu membantu Bella yang tampak kewalahan untuk duduk.

"Lo harus istirahat dulu, Bel."

Bella menyentuh kepalanya, kembali memijit lembut pelipisnya. Lalu menoleh pada Melody yang masih menatapnya dengan khawatir.

"Aku ada dimana, Mel?" Tanya Bella yang memang merasa asing dengan ruangan ini, karena ini baru pertama kalinya dirinya berada disini.

"Lo ada diUKS," jawab Melody. "Ema lagi ambilin minuman buat lo dan juga beliin obat buat lo, karena persedian obat diUKS udah habis."

Bella menunduk, menatap kedua tangannya yang saling meremas. Kejadian tadi seakan hadir diingatannya, seperti sebuah film yang sedang diputar. Bella memejamkan kedua matanaya begitu teringat wajah Robby yang babak belur dan darah yang mengalir deras disudut bibirnya. Bella meringis ngilu.

"Mel, mereka dimana?" Bella menoleh pada Melody yang kini tampak duduk disebuah kursi besi disampingnya.

"Maksud lo Fernan sama Mr. Beast?" Satu alis Melody terangkat sambil menatap Bella. "Mereka tadi dibawa keruang BK buat diinterogasi, tapi kayanya udah selesai deh, karena tadi gue liat Fernan lagi main basket sama temen-temennya."

Tidak. Bukan keberadaan Fernan yang dipertanyakan Bella. Melainkan keberadaan lelaki yang tadi pagi menebas tangannya dengan kasar. Bella sangat mengkhawatirkan lelaki itu, terlebih lagi dengan kondisinya. Bella kembali merasa ngilu, membayangkan wajah Robby yang babak belur.

Ema tampak berderap kearah Bella sambil membawa segelas air teh hangat dan obat sakit kepala ditangannya. Dia tampak sedikit kaget melihat Bella yang kini sudah siuman dan duduk sambil mengobrol dengan Melody.

"Udah bangun lo, Bel? Gue kira bakalan pingsan terus gara-gara liat cowok yang selalu lo bela itu dihajar abis-abisan sama Fernan." Celetuk Ema sambil meletakkan gelas dan obat diatas meja yang berada disamping Bella.

"Um.. gue jadi penasaran, kenapa tuh Mr. Beast sama sekali gak ngelawan Fernan. Padahal' kan Fernan gebukin dia kaya orang kesurupan, sampai-sampai buat satu cewek pingsan gara-gara khawatirin si cowok tompel." Sindir Ema dengan wajah santainya yang tanpa beban.

Bella hanya diam tidak menggubrisnya sama sekali, karena dia tau kalau meladeni gadis cerewet seperti Ema, omongannya tidak akan pernah habis dan akan selalu ada jawaban dari bibirnya itu.

"Bel, cepet minuk obat lo nanti sakit kepala lo malah bertambah." Tegur Melody yang membuat Bella menatapnya.

Bella menggeleng lemah. "Enggak, Mel. Aku udah gak sakit kepala lagi kok. Aku pengen pergi sebentar, ya."

Bella merapihkan seragamnya dan menuruni brangkar, dengan cepat memakai sepatunya dan segera pergi keluar meninggalkan kedua temannya yang tampak bingung dengan sikapnya.

"Paling juga mau nemuin si tompel, gue liat dari tadi mukanya gelisah banget." Celetuk Ema yang mendapatkan tatapan tajam dari Melody.

"Mulut lo bisa diem gak sih, dari tadi ngomong gak jelas. Berisik!"

_______

Hay.. semuanya..

Ada yang kangen gak? Wkk

Jangan lupa vote+comment ya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beauty And The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang