Oceana menghampiri Rania yang sedang berkutat di dapur. Ia bersyukur karena Rania sudah tidak berlarut dalam kesedihan atas meninggalnya sang suami, perlahan ia sudah kembali menata kehidupannya ke depan.
"Tante, lagi bikin apa?"
"Red velvet."
Rania mempunyai toko kue yang cukup laris, dan Oceana kagum kepada wanita ini karena lihai dalam membuat kue yang rasanya tak diragukan lagi, sementara dirinya hanya menjadi penikmat. "Tante ga ke toko?"
"Sebentar lagi, setelah red velvet selesai."
"Buat siapa, Tan?"
"Aurel request bikin red velvet, soalnya dia itu red velvet addict."
"Kalau Samudera suka cheese cake," ujar Oceana menampilkan senyuman manis.
"Kayaknya hapal banget ya."
"Udah sama-sama dari SMP, Tan."
Rania menatap Oceana. "Jangan terlalu cinta pada seseorang karena saat kamu kehilangannya, maka akan teramat sakit."
"Seperti halnya Tante, mencoba tegar di balik kerapuhan yang Tante rasakan atas meninggalnya Mas Andre," lanjutnya.
Oceana bergeming, tidak tahu harus berkomentar seperti apa.
"Karena sesuatu yang berlebihan itu gak baik, Oceana." Rania kembali melanjutkan membuat adonan kue tersebut.
Apa yang Rania katakan memang benar, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik karena segala apa yang dimiliki cepat atau lambat kita pasti akan kehilangannya. Tidak ada yang abadi.
Setelah selesai membuat kue Rania berangkat ke toko. Sedangkan Oceana hanya berdiam diri di rumah menunggu Samudera yang pulang ujian sambil membaca novel milik Aurel di sofa ruang tamu.
♥ ♥ ♥
Samudera melangkahkan kakinya masuk ke rumah ini dan melihat Oceana yang tidur sambil memeluk novel. Ia tersenyum simpul menatap wajah lelap kekasihnya itu. Kemudian, ia mengambil novel itu untuk di letakkan di atas meja, lalu tangannya terulur menggendong oceana ala bridal style ke kamar tamu yang ditempatinya semalam.
Setelah dirasa poisisi tidur Oceana sudah baik, Samudera menciun keningnya. "Selamat tidur, sayang."Ia menyelipkan anak rambut Oceana ke belakang telinganya.
"Kamu adalah milik aku, gak ada satupun yang boleh menyakitimu. Kamu adalah mutiara yang Tuhan titipkan untukku."
"Aku memang manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah namun di hatiku hanya satu cinta untukmu luar biasa." Lirik lagu tersebut memang cocok menggambarkan perasaan Samudera untuk Oceana.
Melihat ada pergerakan dari Oceana dan matanya perlahan terbuka, Samudera langsung menyapa. "Hai."
Oceana mengerjapkan matanya, lalu mengganti posisinya menjadi duduk. "Gue ketiduran ya?"
"Iya, kamu ketiduran."
"Kamu?"
Samudera mengangguk. "Ganti panggilannya ya jangan lo-gue lagi, biar lebih sweet pake aku-kamu."
"Geli, Sam."
"Dicoba dong."
"Ok."
"Aku lapar nih, ujian menguras tenaga. Aku mau masak, kamu mau makan apa?"
"Aku aja yang masak."
"Gak apa-apa, biar aku."
Oceana menggeleng. "Masak bareng aja."
"Ok. Tapi aku mau ganti baju dulu."
Samudera menuju kamarnya dan Oceana ke dapur. Ia melihat isi kulkas, ada berbagai bahan masakan tapi bingung mau masak apa.
Kok gue berasa malu banget ya, cewek tapi gak bisa masak.
Samudera sudah kembali ke dapur. "Masak cah kangkung sama ayam kecap aja," ujar Samudera sambil mengeluarkan seikat kangkung dan beberapa potong ayam dari dalam kulkas.
"Kamu bisa?"
"Bisa lah dikit-dikit." Samudera mulai mencuci kangkungnya hingga bersih. Sementara Oceana hanya mengamati.
"Sam, aku malu banget. Kamu pintar masak padahal cowok."
"Aku gak menuntut kamu yang sempurna, aku cuma butuh kamu yang menerima segala kekuranganku karena pasangan itu saling melengkapi."
Oceana merasa dirinya sangat beruntung karena Tuhan mempertemukan dirinya dengan Samudera, di dunia ini memang tidak ada yang sempurna. Tapi baginya, Samudera adalah kesempurnaan dalam hidupnya.
Oceana membantu Samudera mencuci ayamnya. "Kamu suka paha 'kan?" tanya Oceana.
"Aku suka kamu."
"Samudera!"
Samudera tertawa renyah seraya menyalakan kompor gas. "Iya, aku suka paha."
"Aku suka dada," ujar Oceana.
"Kamu 'kan udah punya dada, Na."
Refleks Oceana mencubit perut Samudera, hingga membuatnya meringis. "Sejak kapan kamu mesum?"
"Sejak aku sadar kalau aku cinta kamu."
Oceana menoleh dan menatap Samudera dan pandangan mereka bertemu. "Sam, kamu harus tanggung jawab!"
Samudera melotot. "Emang kapan kita buat Samudera junior?"
"Bukan itu, kamu harus tanggung jawab karena sering bikin aku baper."
"Iya, tunggu beberapa tahun ke depan untuk menjabat tangan ayah kamu terus sebut nama Oceana Qiandra Xaquila."
Apa cuma gue doang yang baper kalau dengar orang yang kita sayang ngomong gitu?
♥ ♥ ♥
Difollow guys. DM aja nanti aku follback
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔
Teen FictionBeberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan. Highest rank : #14 in Teen Fiction [26/07/2018] Bukan tentang bad boy, ice boy atau good boy. Namun, tentang Samudera Tirta Alardo yang mempunyai sahabat bernama Oceana Qiandra Xaquila, cewek yang...
Samudera - 21
Mulai dari awal