2. I Can Touch You

3K 129 8
                                    


PICT ZENITH

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

Lea mengunci rumahnya dan melangkah pergi ke sekolah. Tanpa dia sadari, Zenith sedari tadi mengikutinya karena Zenith ingin melihat gimana kehidupan Lea disekolah

Zenith sebenarnya berumur 21 tahun sebelum meninggal. Zenith juga meninggal tak lama dan dipastikan Zenith masih muda

Zenith melangkah dan banyak siswa yang menyapa Lea. Lea tak segan segan membalas balik

"Dia pasti populer" ucap Zenith

Lea masuk ke dalam kelas dan dia duduk sendirian. Zenith segera duduk di samping Lea dan Lea tengah membuka bukunya dan belajar sejenak

"Dia tipikal orang pintar, tapi dirumah gue nggak pernah liat dia belajar" ucap Zenith masih memerhatikan seriusnya Lea membaca buku paketnya

"Lea"

Lea menoleh ke depan. Dilihatnya Sheila, temannya satu ekskul di OSIS

"Kenapa?" Tanya Lea

"Lo dispen. Ada rapat OSIS sekarang"

Lea menghembuskan nafasnya. Ditutupnya bukunya dan dia melangkah menuju Sheila. Zenith tetap mengikuti Lea kemana saja

Lea dan Sheila masuk ke dalam ruangan OSIS. Disana sudah banyak yang berkumpul. Lea duduk di bangku yang paling depan

"Jadi, berapa dana yang kita dapat dari beberapa donatur?" Tanya Lea

Bendara OSIS bernama Boy bangkit dan membaca buku yang dia bawa

"Kita memperoleh sebesar 3.000.000. Kita mendapatkan dari dua perusahaan dan beberapa siswa yang mau menjadi donatur"

"Itu masih kurang. Kalian lagi carilah banyak donatur" ucap Lea dengan serius

"Dan gimana urusan dekorasi panggung?"

Seksi acara bangkit
"Saya sudah memesannya dan hari sebelum pensi akan dipasang. Tema kita adalah Art. Jadi panggungnya sesuai dengan tema kita kali ini"

"Baiklah, apa semua siswa sudah di beritahu tentang pensi ini?"

Sang wakil ketua OSIS berdiri
"Sudah saya sebarkan surat itu di tiap kelas. Disitu setiap kelas akan membuka standnya dengan menjual beberapa kerajinannya"

"Wow, dia ternyata ketua OSIS" ucap Zenith

"Apakah ada masalah lain?"

Salah satu diantara mereka mengangkat tangan
"Gimana kita menyebarkan surat pensinya ke sekolah lainnya? Jadi nanti banyak yang datang ke pensi kita"

Lea berpikir sejenak dan mengangguk sambil tersenyum
"Ide yang bagus. Kalian bisa menyebarkannya. Gimana susunan acara pensinya?"

"Belum saya atur"

"Biar saya saja yang ngatur. Nanti apakah ada siswa yang tampil?"

"Iya, dan kita memilih menampilkan nyanyian, bukan dance"

"Baiklah. Saya buatkan susunan acaranya dan nanti akan saya berikan. Jadi, ada lagi masalah?"

Semuanya menggeleng. Lea bangkit
"Kalau begitu kalian bisa kembali ke kelas kalian. Saya pamit"

Lea pergi dari ruang OSIS. Zenith tak percaya bahwa Lea bisa seserius dan aura untuk membuat semua orang nurut kepadanya

Lea kembali ke kelasnya, dia segera menuju kursinya setelah diberikan izin masuk ke dalam kelas. Lea mencatat semua yang tertulis di papan

"Siapa yang bisa mengerjakannya?

Tak ada murid yang mau mengerjakannya, hingga Lea mengangkat tangannya

"Maju Lea"

Lea maju ke depan dan mulai menulis jawaban soal matematika di papan

Zenith lagi lagi tak percaya. Saat Zenith seumuran Lea, Zenith hanya tidur dan bermalas malasan. Setelah dikoreksi jawaban Lea dan semuanya benar, Lea berjalan menuju kursinya. Lea menghela nafasnya

"Aahhh... Pingin pulang"

"Entah kenapa, dulu rumah adalah tempat aku hindari karena hanya ada aku saja. Tapi, sekarang aku ingin cepat cepat kerumah"

¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤

"Zen... Zenith" panggil Lea

Lea bingung karena tak ada tanda tanda Zenith ada. Biasanya sebuah kertas pasti melayang kearahnya

"Apa dia keluar ya?" Gumam Lea

Lea memilih mengganti bajunya dulu. Zenith segera menuju dapur untuk menyiapkan makanan buat Lea. Awalnya Zenith tak suka masak. Tapi melihat Lea yang jarang makan dan makanan yang tidak tersedia, Zenith mau belajar memasak demi Lea

Lea keluar dari kamarnya dan menuju meja makan. Lea tergiur melihat sepiring spagethi yang enak

"Makasih Zen"

Zenith yang duduk didepan Lea mengangguk walaupun dia tahu bahwa Lea tak akan melihatnya

Zenith membulatkan matanya kala melihat setitik air mata jatuh dari mata Lea. Zenith segera menulis dan mengarahkannya kepada Lea

"Kamu kenapa?"

"Hikkss... Aku hanya kangen masa dulu" balas Lea tersenyum sedih

"Tidak usah menangis Lea"

"Kamu tenang saja"

Zenith sedih melihat Lea yang tetap menangis. Zenith menuju belakang badan Lea dan memeluknya

Badan Lea membeku. Dia merasakan seseorang memeluknya. Lea memegang tangan yang ada di lehernya

"Zenith... Aku bisa menyentuhmu"

Zenith menjauhkan badannya. Lea menatap ke belakang dan tangannya terulur kedepan

"Aku memegang tubuhmu Zen. Ini nyata. Aku bisa merasakan dan meraba tubuhmu Zen"

Zenith masih diam tak percaya. Bagaimana bisa dirinya bisa disentuh Lea? Zenith mencoba menyentuh tangan Lea. Dan dirinya bisa menyentuh Lea tanpa tembus seperti biasanya

Zenith senang dan memeluk Lea. Lea terpekik kaget karena dia bisa merasakan bahwa Zenith bisa menyentuhnya

"Zen, kita bisa bersentuhan. Ini hal yang mustahil"

Zenith senang bukan main. Zenith melepaskan pelukannya dan menyentuh pipi Lea. Lea bisa merasakan kehangatan dan elusan yang ada di pipinya. Lea tersenyum dan menyentuh tangan Zenith yang ada di pipinya

"Aku senang Zen"

Zenith menjawab, namun tak ada suara yang terdengar. Zenith memegang lehernya. Zenith tahu, bahwa dia belum bisa berbicara dengan Lea

"Aku sangat senang bisa menyentuhmu. Tapi, aku ingin bukan hanya menyentuhmu saja"


























WILL BE CONTINUE

Our ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang