"Ayolah, ke mana Indra yang selalu ceria dan percaya diri. Kau hanya sial saja hari ini. Siapa yang menduga kalau senjatamu akan macet. Yah walaupun salahmu sendiri karena tidak mempersiapkan senjatamu dengan benar."
"Benar-benar tidak membantu, Der!"
"Maaf-maaf!"
Siang itu mereka ada di barak. Sewaktu latihan tembak, peleton di bawah pimpinan Letnan Agus hampir semuanya mendapat nilai yang baik karena keakuratan dan jumlah sasaran yang didapat. Hanya saja 1 orang yang malang telah menjadi aib bagi Letnan Agus. Bagaimana tidak. Sebab terlalu sibuk bermain Games sesaat sebelum giliran peletonnya. Indra malah asyik bermain Games ketimbang mempersiapkan diri. Alhasil, senjatanya macet ketika hendak menembak sasaran kedua.
Seseorang terlihat memasuki barak. Semua orang yang berada di barak dengan cepat berdiri tegap dan memberi hormat. Yang datang tidak lain dan tidak bukan ialah Letnan Agus, Danton dari peleton itu.
"Aku cukup terkesan dengan perkembangan kalian. Padahal saat pertama kali aku melihat kalian, kemampuan yang kalian miliki tidak lebih dari seorang satpam. Aku sama sekali tidak melihat potensi kalian. Rasannya seperti latihan yang kalian lewati untuk menjadi seorang tentara itu tidaklah berarti. Tapi hari ini, aku bisa sedikit bangga pada kalian."
"Terima kasih, letnan!" seru semua orang kecuali Indra yang tampaknya berusaha menyembunyikan keberadaannya.
Namun saat ia merasa bahwa hawa keberadaannya tidak dipedulikan oleh sang Danton, Indra merasa lega. Namun dengan satu gerakan, Letnan Agus menatap Indra dengan tajam. Bulu kuduknya pun berdiri bagai sedang ditatap oleh malaikat kematian.
"Derza, kau sudah dapatkan barang yang kuminta?"
"???" Indra tampak bingung.
"Sudah Danton." Derza mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam sakunya.
"Loh! Bukankah itu?"
"Siap! Ponsel milik Indra sudah saya ambil secara diam-diam." Derza menyerahkan ponsel milik sahabatnya begitu saja pada Letnan Agus tanpa memikirkan apa yang sedang dirasakan si pemilik ponsel.
"Sersan Indra, ponsel ini akan aku sita. Semua Games yang ada di dalam ponsel ini berpotensi untuk terhapus. Kuharap ini menjadi pelajaran. Sikap yang sering kali kau tunjukan layaknya seorang remaja yang masih mencari jati dirinya. Tapi sadarlah, kau sekarang hidup dalam dunia kerja, terlebih lagi di dunia militer. Bermain Games memang tidak salah, tapi perhatikan situasi, kondisi, toleransi, dan juga tempat."
Begitu Letnan Agus keluar, Indra langsung terduduk lemas dilantai. Semua orang memperhatikannya dengan ekspresi yang mampu mewakili kata "Kasihan, orang yang malang".
"Tamatlah riwayatku," kata Indra penuh penyesalan.
"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan, sersan. Anda tidak akan kena hukuman atau dipecat," kata seseorang yang kebetulan sedang berada di dekat Indra.
"Bukan itu yang kukhawatirkan. Kalau semua Games-ku dihapus, maka aku harus bermain dari awal lagi. Dan lagi, riwayat pencarianku belum dihapus."
"Sudahlah, ikhlaskan saja. Sekarang lebih baik kau antar aku ke kota. Ada beberapa barang yang ingin kubeli."
"Memang kita bisa pergi?" tanya Indra.
"Hmm. Aku memang sudah meminta izin Letnan Agus. Tapi sekarang masih jam dinas. Untuk jaga-jaga lebih baik kita berpakaian dinas."
"Hn. Tunggu aku di depan gerbang," kata Indra.
[]=[]=[]
Begitu mereka mendapatkan kendaraan, tanpa membuang waktu Indra langsung Derza menuju kota. Dengan alunan musik yang keras, mereka ngebut agar bisa tiba secepat mungkin di kota. Bukan tanpa alasan. Pakaian yang saat ini mereka pakai menjadi alasannya. Meskipun dengan pakaian itu mereka terlihat gagah, namun di sisi lain mereka menjadi merasa tidak nyaman kalau harus memakainya di depan umum. Apalagi hanya untuk membeli beberapa barang. Bisa-bisa mereka dikatakan tukang pamer. Namun hal ini telah menjadi aturan. Mau tidak mau mereka harus memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gejolak Di Bumi Animha
ActionKeamanan dan ketenteraman kota terancam. Bermula ketika tim patroli militer menemukan sebuah bangunan yang berada di hutan dekat perbatasan. Bangunan itu dihuni oleh sekelompok orang bersenjata tak dikenal. Derza, salah seorang prajurit TNI berpangk...
Bab 4 : Masalah yang Menimpa Trisna
Mulai dari awal