BAB 1

8 0 0
                                    

Di sebuah gedung mewah yang menyerupai seperti hotel itu masih sangat ramai oleh para pengunjung yang kebanyakan terdiri dari para pria paruh baya laknat yang tak pernah bersyukur akan pemberian Tuhan pada hidupnya.

Di setiap lorong depan pintu kamar berdiri beberapa orang wanita cantik nan sexy berpakaian sangat mini untuk menjajakan diri.

Merayu setiap pria yang lewat dengan berbagai jurus andalan agar memikat pria pria yang mau membeli tubuh mereka tentu saja dengan mendapat kenikmatan semalam.

Di lorong paling ujung sana sedang berdiri seorang wanita cantik bermata coklat dan rambut hitam bergelombang sedang menunggu pelanggannya dengan malas.

Berulang kali dia mencebikkan bibirnya kesal pada pria yg tengah di tunggunya, padahal pria itu mengatakan jam 8 dia akan datang tapi sudah 4 jam Martha menunggu tak ada tanda pria itu akan datang.

“dasar hidung belang sialan” gumam Martha pelan lalu membalikkan tubuhnya kembali ke kamarnya.

Hari ini dia merasa sangat kesal sekali, sudah dua orang yang membohonginya.

Mereka berkata akan datang dan membayar Martha dua kali lipat bahkan 10 kali lipat kalau perlu dari harga biasanya tapi jika sudah begini waktu seharian ini hanya berlalu sia sia tanpa mendapat apapun, umpat Martha dalam hati.

Padahal banyak yang harus Matha selesaikan, membayar sewa rumah, makan, kebutuhan dirinya dan biaya kuliah.

Ah akhir akhir ini Martha sering sekali merasa stress karena kelakuan para pria bajingan itu, mereka tidak tau apa kalau uang sangat berarti baginya.

Martha berbalik melangkah menuju kamarnya, di bukanya pelang kenop pintu dan membantingnya dengan kasar.

Tubuhnya membungkuk berusaha melepas sepatu heels yang daritadi di pakainya, membuat kakinya terasa sangat pegal.

Dengan kasar Martha membaringkan tubuhnya di atas kasur, tangan kananya terangkat tinggi seperti ingin menggapai sesuatu di langit langit kamar, dengan nafas pelan dia menghempaskan tangannya ke kasur.

Memiringkan tubuhnya yang hanya di balut dress ketat tanpa lengan yang hanya selutut berwarna biru tua.

Meskipun dia adalah seorang pelacur tapi Martha lebih suka memakai pakaian yang terkesan sopan dari pada rekan kerjanya yang kadang nyaris telanjang.

Bukan karena sok suci tapi Martha selalu merasa risih jika mengenakan pakaian terbuka seperti ada yg selalu mengawasinya, entah itu apa.

Martha mulai melepas satu persatu penutup tubuhnya, yang terasa tak nyaman.

Malam ini dia memilih menginap di hotel karena sudah larut malam, taxi akan sangat jarang jika tengah malam begini lagipula tempatnya kuliah lebih dekat dari hotel ketimbang dari rumah kosnya.

Ketukan pintu berkali kali membuat tidur Martha terganggu, dia duduk sambil mengacak frustasi rambutnya.

Siapa yg tak sabaran mengetuk pintu kamarnya, apa ia tidak tau jika Martha masih mengantuk.

Di bukanya kasar pintu itu, menampilkan sosok wanita cantik paruh baya berdandan menor dan memakai perhiasan emas yang terkesan norak.

“ku dengar tamumu tak datang semalam” seru wanita itu sambil menerobos masuk kamar Martha.

Dengus Martha cuek sambil mengangkat bahu tanda dirinya tak tahu.

Seolah tahu apa maksud Martha, wanita itu tersenyum sinis sambil memperhatikan tubuh Martha yang berantakan.

“semalam ada pria muda dan tampan datang, mungkin dia seumuranmu atau mungkin juga dia di atasmu, dia menolak semua anggur disini, aku harap kau harus siap nanti malam jika dia datang lagi” ucap wanita itu menggebu.

“kenapa harus aku” bantah Martha serak, suara khas orang bangun tidur.

“karena satu satunya yg belum di temuinya adalah kau, mungkin saja dia akan tertarik padamu lagipula dia sepertinya kaya”

Martha hanya tersenyum malas, bukannya dia menolak tapi dia segan melayani pria muda apalagi hanya berbeda beberapa tahun darinya.

Pasti hanya pria manja yg memanfaatkan kekayaan orangtuanya dan bermain main iseng, harusnya mereka hanya fokus belajar untuk masa depan kelak bukannya membuang uang hanya untuk nafsu belaka.

Kadang Martha suka berpikir, apa anak anak golongan kaya itu hanya bermain main tanpa memikirkan masa depan mereka, yang mereka pikirkan hanya tentang fashion.

Untuk menjaga gengsi atau memang mereka di takdirkan akan tetap kaya meski tak berusaha apapun.

Hati Martha bagai di remas jika melihat teman teman kampusnya yang bergelimang harta selalu memamerkan kekayaan tanpa memikirkan orang lain di sekitarnya.

“carikan saja yang lain, aku sedang malas dengan daun muda” jawab Martha pelan sambil mengikat kuda rambutnya.

“dia menggumamkan nama Rindang semalam” langkah Martha berhenti ketika nama itu di sebut,jantungnya berdesir kuat, keringat dingin mulai mengalir dari dahinya, kakinya mulai goyah.

Martha menatap wanita yang menjadi bossnya selama 3 tahun ini dengan sendu.

Wanita itu hanya mengangkat bahunya kilat lalu melangkah keluar kamar.

Tangan Martha menggenggam kuat kursi yang berada di sebelah kirinya.

Tidak, tidak mungkin teman kuliahnya ada yang tau bahwa dia bekerja disini, Martha menggelengkan kepalanya kasar.

Selama ini di tempat kuliah, Martha menjadi anak yang tertutup bahkan dia tak memiliki teman dekat,mana mungkin ada yg tau tentang pekerjaannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 25, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DNA WAR KRIS WUWhere stories live. Discover now