"Aku.. tidak tahu. Aku terlalu malu bertemu dengannya. Tapi, entah kenapa dari tadi aku perasaanku tidak enak. Aku.. aku mengkhawatirkannya Jihoon-ah." Yoongi berkata sambil menunduk.
"Bagus kalau hatimu masih mengkhawatirkannya, Hyung. Jauh dihati kecilmu, kau mempedulikannya. Tapi kau terlalu egois dan sombong..."
Yoongi tidak berkata apa-apa lagi. Dia pun tidak konsen pada makan siangnya kali ini. Yang dipikirannya sekarang hanya kemana dia harus mencari Jimin lagi.
"Ahjumma, tolong dipindahkan ke channel berita saja." panggil Jihoon.
"Baik, Tuan."
Mereka makan sambil diam lagi mendengarkan berita siang ini di tv.
"Sebuah kebakaran tak terduga terjadi gedung Onex pagi ini pukul 09.00 KST. Kejadian diduga karena adanya korsleting listrik yang mengakibatkan lantai 1 dan 2 hangus dilalap api.. Sementara itu korespondensi kami baru saja melaporkan adanya kecelakaan yang melibatkan bus jurusan Seoul-Gwangju dengan nomor bus SE-GW72 dan truk pengangkut sayuran disekitar Gasan-Dong. Diduga supir truk menyetir dalam keaadaan setengah mabuk sehingga truk oleng dan menghajar bus tersebut yang sedang melaju dalam keadaan kencang. Saat ini korban jiwa sudah dibawa ke Asan Medical Centre... Berita selanjutnya..."
Praaang....!!
Teko beling yang sedang dipegang Jung Ahjumma tiba-tiba jatuh setelah mendengar berita barusan.
"Jimin....." Jung Ahjumma berseru lirih sambil menahan tangis.
"Ahjumma... ada apa? Kau tidak apa-apa?" Jihoon segera berdiri mendekat memegang bahu ahjumma itu yang bergetar menahan tangis. Yoongi pun tak kalah terkejut dengan kejadian itu.
"Tuan Muda...bus itu...kecelakaan...Gwangju...Jimin...." Jung Ahjumma berkata terbata-bata sambil tetap menangis.
"Ahjumma..." Yoongi bangun, mencengkram lengan Jung Ahjumma dan berkata lembut "Aku mohon, katakan dengan benar, pelan-pelan saja... Ada apa? Mengapa kau begitu terkejut mendengar berita tadi? Dan kenapa kau menyebut Jimin?"
"Maafkan aku Tuan Muda... Jimin meneleponku setelah kau usir dari apartemen kemarin untuk menjemputnya di halte bus di depan Cheiljedang . Dia sudah jatuh pingsan ketika aku tiba disana....Jimin..dia sudah menceritakan semuanya padaku. Dia sedang dalam perjalanan ke Gwangju sekarang. Dia ingin pindah kesana untuk menenangkan dirinya. Kebetulan rumah masa kecilku disana kosong. Jimin tidak ingin kepergiannya diketahui siapapun oleh karena itu aku bersumpah untuk menutup mulutku. Tapi sekarang bus yang ditumpangi Jimin kecelakaan, Tuan.... Aku khawatir sekali... Maafkan aku Tuan.." Jung Ahjumma terus menangis, dibelakangnya pelayan Shim dan pelayan yang lain mendekat.
"Gwangju....? Astaga Jimin..." Yoongi membuka mulutnya terkejut, dia bergegas pergi tanpa bicara apa pun.
"Ahjumma, kau tinggal saja dirumah. Aku dan Hyung akan segera kesana melihat keadaan Jimin. Kau jangan khawatir semua akan baik-baik saja." Jihoon berkata lembut kepada kepala pelayan itu.
"Maafkan aku, Tuan...tolong kabari aku segera."
"Tentu, tapi jangan beritahukan hal ini dulu pada Eomma dan Appa sampai semua jelas dan kami menemukan Jimin."
"Baik Tuan."
Jihoon lalu pergi menyusul Yoongi yang telah menunggunya di mobil. Jung Ahjumma, pelayan Shim dan yang lainnya hanya menatap kepergian mereka sambil berharap Jimin baik-baik saja.
**
Yoongi membawa mobilnya melaju cepat membelah jalanan ibukota. Mulutnya dari tadi merapalkan nama Jimin , pikirannya terus terfokus pada bagaimana keadaan Jimin sekarang.
"Hyung, pelan sedikit Hyung..." Jihoon mengingatkan.
"Aku takut terjadi sesuatu padanya, Ji..Kalau sampai Jimin kenapa-kenapa, aku tidak bisa memaafkan diriku.." Yoongi berkata sambil menahan tangis.
"Kau harus yakin Jimin baik-baik saja, Hyung..."
Kata-kata Jihoon tidak bisa melepas ketegangan di hati Yoongi sekarang.
Tak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit. Mereka segera berlari menuju receptionis.
"Permisi selamat siang, saya mau bertanya soal korban tabrakan bus Gwangju..." Yoongi berkata tak tentu arah karena panik.
"Bus Gwangju? Oh di ruang IGD sekarang." yeoja itu menunjuk ke arah kanan.
"Terima kasih." seru Jihoon cepat sambil berlari menyusl Yoongi yang sudah kabur duluan.
Dua namja itu segera berlari ke ruang IGD. Sekeliling mereka penuh dengan tangisan kesakitan dari para korban. Sesampainya di ruang IGD ternyata sudah ada petugas polisi yang mempunyai daftar nama-nama korban.
"Selamat siang, saya mencari korban atas nama Park Jimin." seru Jihoon.
"Park Jimin....." kata petugas itu mencari nama di daftar.
"Ruang Operasi 2C, silahkan ke sebelah kiri" katanya lagi.
"Terima kasih Pak." Yoongi berkata sambil membungkuk hormat, lalu bergegas lari ke ruangan yang dimaksud.
Sesampainya di depan ruangan itu tanda merah masih menyala tanda operasi masih berlangsung. Yoongi dan Jihoon saling memandang khawatir. Disekitar mereka ada sekitar satu keluarga lain yang tampaknya keluarga korban kecelakaan juga.
Sejam sudah berlalu, dan belum ada tanda apa pun dari ruangan itu.
"Ji, kenapa lama sekali?" tanya Yoongi tak sabar.
"Sabar Hyung."
Selepas Jihoon berkata begitu, tanda merah itu mati dan dua orang dokter dan tiga perawat keluar dari ruangan.
"Ada keluarga atas nama Dong Byun Hae?" serunya.
"Saya pak..." seru bapak setengah baya.
"Silahkan ikuti perawat ini Pak. Dia akan menjelaskan beserta dengan dokter di dalam nanti." kata dokter itu.
"Keluarga atas nama Park Jimin?" panggilnya lagi.
Yoongi dan Jihoon langsung bangun.
"Kami, dok." seru mereka barengan.
"Kalian berdua tolong ikut saya."
Yoongi dan Jihoon segera mengekor dokter itu masuk ke dalam ruangan kecil disamping ruang operasi.
"Selamat siang. Saya dengan Dokter Kang. Saya yang bertanggung jawab atas pasien atas nama Park Jimin. Kalau boleh tahu dengan siapa saya bicara?
"Saya Min Yoongi suaminya dan ini Min Jihoon adik saya. Dokter bagaimana keadaan istri saya?" Yoongi menatap dokter itu dengan sendu.
"Baik, jadi kecelakaan itu rupanya cukup parah untuk saudari Park, karena posisi duduknya menurut catatan kepolisian ada di belakang supir. Ada catatan disini tentang adanya dislokasi pada tulang bahu akibat benturan, ini sudah ditangani dengan baik. Dan juga adanya luka pada kepalanya yang membuat kepalanya harus dijahit. Yang jadi catatan serius disini karena benturan yang cukup keras dikepalanya ini, bisa memungkinkan munculnya amnesia pada pasien. Tapi ini baru praduga saya. Hasilnya baru bisa diketahui apabila pasien sudah sadar. Sementara pasien masih berada diruang IGD, apabila sudah sadar akan segera dipindahkan ke ruang perawatan."
Yoongi menyender lemas pada kursi, Jihoon menepuk bahunya menenangkan. Sesudah mengucapkan terima kasih kepada dokter itu mereka lekas menengok keadaan Jimin. Mereka tidak bisa masuk ke dalam, hanya bisa melihat keadaan Jimin dari luar ruang kaca. Yoongi sedih melihat Jimin sekarang. Dia belum sadarkan diri. Hidungnya masih memakai selang oksigen, kardiogram ada disebelahnya. Kepalanya dan sekitar bahunya masih diperban.
"Jimin-ah, lekaslah sadar.... Aku minta maaf Jimin.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Come Back To Me!
FanfictionFF kedua nih... Ditunggu komen dan votenya ya....^^ Yoongi dan Jimin berakhir dalam sebuah hubungan karena dijodohkan. Tapi apakah jalan cerita mereka sama seperti semua perjodohan pada umumnya?? ✔ This story belong to me ✔ Don't be a silent reader ...
#22
Mulai dari awal