Dunia Prilly - 6

Mulai dari awal
                                    

"Iya Pak."

"Makin cantik aja."

"Siapa sih Dan?"

Salah satu dari mereka bertanya kepada Zidan.

"Prilly yang waktu gue meeting sama Ali dia yang nemenin Ali iyakan Li?"

"Hmm."

Ali hanya bergumam tidak jelas karena tidak berminat untuk membahasnya lebih lanjut atau mungkin karena hal yang lain?

"Cantik yah masih muda lagi."

"Iya..."

Prilly hanya tersenyum mendengar pujian yang didapatnya dari teman-teman kolega Atasannya itu sekaligus sahabatnya.

Saat matanya bertemu pandang dengan mata Ali Prilly merasakan aura menakutkan dari wajahnya karena tatapan Ali yang sangat tajam seperti siap mengulitinya hidup-hidup.

Prilly mengalihkan tatapannya karena merasa takut ditatap seperti itu.

"Baiklah kalau begitu Pak saya permisi."

"Yah silahkan Prilly."

Prilly berjalan menjauh dari tempat itu kembali ke tempat dimana teman-teman OG dan OB nya berada.

"Prilly lo duduk aja lagi kan lo udah nyajiin dari tadi biar sekarang Gue lagi yang nyajiin supaya lo ada waktu juga gitu?"

"Eh nggak usah Rin aku...."

"Udah nggak usah ngebantah deh."

"Yaudah aku kesana yah kalau butuh bantuan aku siap kok."

"Iya Prilly udah pergi sana husss--husss---"

Arin mengibaskan tangannya mengusir Prilly dari tempat itu.Prilly pun berjalan gontai karena dia tidak tahu harus berbuat apa ditempat seperti ini, dia ingin memanggil Mira tapi karena melihat sahabatnya itu sedang tertawa dengan temannya yang lain membuat Prilly tidak tega mengganggu Mira.

_________

Setelah penyambutan-penyambutan acara selesai semua tamu dibebaskan makan dan minum apa saja yang disajikan oleh hotel yang ternyata juga milik Afinsyah's Group.

Prilly yang dari tadi tidak beranjak dari tempatnya hanya mampu melihat acara dari tempatnya duduk karena dia juga tidak tau harus melakukan apa.

Ingin membantu temannya yang lain tetapi ada saja alasan mereka membuat Prilly bosan karena sendiri di acara itu.

Mira pun juga tidak terlihat dimanapun mungkin sedang ngobrol dengan teman-temannya tapi tidak mampu dilihat oleh Prilly.

Dari kejauhan Prilly melihat seorang anak sedang berlari ke arahnya dengan membawa gelas minuman di tangannya. setelah sampai di depan Prilly anak itu menyodorkan gelas minuman ke arahnya.

"Buat tante?"

Prilly mengerutkan keningnya karena tiba-tiba di berikan minuman oleh sang anak.

"Iya ante, Om itu yang kacih."

Anak itu menunjuk seseorang yang sedang berdiri membelakangi mereka agak jauh dari tempat Prilly duduk.

Prilly memicingkan matanya saat tidak merasa asing dengan punggung seseorang tersebut.

"Kenapa bukan kamu aja yang minum?"

"Kata om kacih ke ante yang cantik."

Prilly terkekeh mendengar penuturan anak itu. tak perlu berpikir lama Prilly mengambil gelas itu dan mengucapkan Terimah Kasih.

Setelah mendengar ucapan Terima Kasih dari Prilly anak itu berlari menjauhinya lalu hilang di tengah keramaian acara.

Prilly mendekatkan gelas itu ke arah mulutnya untuk diminum karena sedari tadi memang dia belum minum maupun makan apapun.

"Kok baunya beda sih warnanya juga nggak sama kayak minuman yang lainnya?"

Prilly bingung harus meminumnya atau tidak tapi dia kembali teringat ucapan Ibunya.

"Hargai sesuatu yang diberikan seseorang untukmu, karena kamu tidak akan pernah tau pengorbanan apa yang mereka lakukan untuk memberimu sesuatu tersebut."

Prilly akhirnya meminum minuman yang diberikan anak kecil tadi walaupun tenggorokannya sudah sangat panas akibat minuman itu.

Prilly menenggaknya hingga habis karena merasa sangat haus.

Beberapa saat Prilly terdiam dan mengeluarkan ponsel dari tas yang ada disampingnya.

Prilly menghubungi Mira tapi selalu saja sahabatnya itu tidak mengangkatnya. Prilly berpikir mungkin karena ramai Mira tidak bisa mendengar Ponselnya yang berbunyi.

Saat ingin berdiri untuk mengembalikan gelas itu ke tempatnya Prilly terhuyung dan hampir saja jatuh kalau tidak ada tangan yang menahan di pinggang nya.

"Pusing---"

Prilly berucap dengan lirih sambil memegang kepalanya yang sakit sekaligus pusing itu.

Saat mendongakkan kepalanya mata Prilly melihat Atasannya itu menatapnya dengan tajam.

"Pak Ali---"

"Saya antar kamu pulang."

"Saya tungguin Mira Pak."

Prilly kembali ingin melangkah tapi dengan sigap Ali menahannya.

"Ayo."

Prilly hanya pasrah ditarik menuju lift melewati banyaknya orang ditengah acara.

Saat didalam lift Prilly masih bisa melihat dengan jelas kalu Atasannya itu menekan angka lima belas bukan angka satu, yang berarti mereka akan naik ke lantai lima belas.

"Kenapa kita naik pak?"

Prilly bertanya diambang kesadarannya.

Tidak ada jawaban dari Ali yang membuat Prilly meracau tidak jelas tapi tidak dihiraukan oleh Ali.

Saat lift berdenting Ali memapah Prilly keluar dari lift menuju pintu kamar yang paling ujung yang ada di lorong itu.

"Kita mau kemana pak?"

Prilly bertanya tapi tidak dihiraukan oleh Ali.
Setelah membuka pintu Ali membawa Prilly masuk dan menutup pintu, lalu menguncinya dari dalam.

__________

16 oktober 2019

Follow My IG : _minionssz

DUNIA PRILLY | [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang