Cantika menggelengkan kepalanya, "gak usah deh."
Rian menghembuskan napasnya pelan, "kebiasaan deh."
Cantika menggaruk pipinya karena bingung, "ya udah deh, captain Marvel aja. Katanya seru, lagi males nonton yang romantis-romantis."
Rian tersenyum manis, "oke... Gue tunggu. Lo siap-siap aja."
Cantika mengangguk, ia berdiri, "gue ke kamar dulu."
"Hm." Rian mengangguk seraya tersenyum manis ke arah Cantika.
Cantika melangkahkan kakinya menaiki undakan anak tangga menuju kamarnya. Ia memilih baju yang sekiranya cocok untuk pergi.
Ia memoleskan bedak tipis pada wajahnya, menyemprotkan minyak wangi pada tubuhnya. Cantika menyambar sligbag berwarna krem yang berada di rak berisi tas-tas.
Memasukkan beberapa barang penting pada slingbagnya, ia menuruni anak tangga menuju ruang tamu.
"Bun?" Sarah menoleh ke arah Cantika, ia tersenyum. "Mau kencan?!"
Cantika menggembungkan pipinya kesal, "apasih Bun."
Sarah tertawa kecil, "iya-iya, merah kan tuh pipinya."
Cantika mendengus, "aku pergi dulu."
Sarah mengangguk, "jangan malem-malem pulangnya."
Rian berdiri, ia menghampiri Sarah, "Tante, aku izin bawa anak Tante ya. Nanti aku balikin lagi tanpa lecet sedikit pun, pokoknya sampai rumah nanti tetap sehat walafiat."
Sarah tertawa kecil, menganggukan kepalanya, "iya, Tante percaya kok sama kamu."
Cantika menghela napas, "ya udah Bun, aku pergi." Ia mengatakan tangan Sarah, diikuti Rian.
"Kita pergi dulu Tante, jangan kangen ya." Rian tertawa kecil diakhir kalimatnya.
Sarah menggelengkan kepalanya pelan, "bisa aja. Hati-hati ya kalian."
Rian dan Cantika melangkahkan kakinya menuju motor Rian yang terparkir di perkarangan rumah. Sarah mengikuti mereka berdua dari belakang.
"Kita pergi dulu ya Bun." Cantika melambaikan tangannya ke arah Sarah.
Sarah membalas lambaian tangan Cantika, Rian membunyikan klakson motor tanda berpamitan pada Sarah. Motor Rian melaju meninggalkan perkarangan rumah Cantika.
Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Rian memberikan topi berwarna abu-abu pada Cantika.
Cantika menerima topi tersebut dengan bingung, "buat apa?"
"Panas Tik, nanti lo kepanasan. Pakai biar gak kepanasan. Gue kan pakai helm."
Cantika menganggukan kepalanya, ia memakan topi tersebut. Ia menikmati hembusan angin siang, matahari bersinar dengan terik hari itu.
Rian menaikkan kecepatan motornya agar cepat sampai pada tujuan, cuaca sangat panas membuat tubuh keduanya berkeringat.
Cantika menghembuskan napasnya lega saat motor Rian sudah memasuki parkiran motor di salah satu mall. Ia melepaskan topi yang sedari tadi ia pakai.
Ia turun dari motor, menunggu Rian selesai memarkirkan motornya. Cantika mencengkram tali slingbagnya, melirik ke penjuru parkiran yang terlihat agak sepi.
"Cantik... Ayo."
Cantika mengangguk, melangkahkan kakinya mendekat ke arah Rian. Memasuki pusat perbelanjaan, menaiki lift hingga lantai teratas.
Cantika menatap penjuru mall dari kaca lift, menetralkan jantungnya yang berdetak kencang karena berada di dekat Rian.
"Tik." Rian menepuk bahu Cantika. "Ayo keluar, udah sampai."
Cantika menganggukan kepalanya, mengikuti langkah Rian menuju bioskop.
"Kali ini gue yang bayar ya." Cantika menatap Rian memohon.
Rian menggelengkan kepalanya, "gak."
"Yah." Cantika mendesah lesu. "Masa gue terus yang dibayarin, gak enak."
"Lo aneh, semua cewe malah mau dibayarin. Lo doang yang gak mau." Rian menggelengkan kepalanya seraya tertawa kecil.
"Gue suka dibayarin, tapi kalau terus-terusan kaya gini gak enak juga."
Rian tertawa, "santai aja sama gue." Ia menarik lengan Cantika menuju bioskop.
Cantika menatap pergelangan tangannya yang dipegang oleh Rian. Menghela napas, menetralkan detak jantungnya yang semakin menggila.
"Lo tunggu di sana," tunjuknya ke arah tempat tunggu. "Gue yang pesen tiketnya."
Cantika menganggukan kepalanya, "iya."
Rian melangkahkan kakinya menjauh dari Cantika, ikut mengantri untuk membeli tiket.
Cantika melangkahkan kakinya untuk membeli makanan, dua porsi pop corn berukuran sedang dan dua minuman bersoda. Ia duduk di sofa yang berada di ruang tunggu.
"Cantik." Rian melangkahkan kakinya ke arah Cantika seraya tersenyum tipis, ia melirik ke arah makanan yang berada di atas meja. "Lo beliin buat gue juga?"
Cantika mengangguk, "sekali-kali, gakpapa kan?"
Rian menggeleng, "gakpapa, kali ini doang kok." Ia melirik jam tangannya. "Udah mau mulai nih, masuk yuk ke teater."
Cantika mengangguk, ia membawa pop corn dan minuman miliknya dan Rian. Mengikuti langkah Rian menuju teater lima.
"Di sebelah mana?"
"Di tengah." Rian menaiki undakan tangga kecil, sesekali melirik tiket yang ia pegang. "Di sini nih."
Cantika duduk di sebelah kanan Rian, memberikan pop corn dan minuman soda pada Rian.
"Abis ini mau makan?" Rian menatap ke arah Cantika.
"Makan apa?"
"Makan temen." Rian terkekeh kecil.
Cantika mendengus kecil, ia memukul bahu Rian pelan, "jangan gitu."
Rian tertawa kecil, "sstt... Filmnya udah mau mulai."
Cantika menatap ke arah layar bioskop, lampu di dalam teater mulai meredup.
"Kalau takut, gue dengan suka rela pinjem bahu buat lo sandarkan," ujar Rian seraya terkekeh kecil.
Cantika mendengus, "ini bukan film horror ya, jadi gue gak takut."
Rian terkekeh kecil, "siapa tau tiba-tiba filmnya berubah jadi horror."
"Ngasal banget." Cantika menyandarkan tubuhnya, memfokuskan dirinya pada film di depan.
Sesekali ia melirik Rian yang berada di sampingnya, laki-laki itu fokus pada film yang dimainkan. Cantika menatap ke layar, menghembuskan napasnya pelan berulang kali.
Detak jantungnya semakin lama semakin tidak terkendali, kedua tangannya meremas baju yang ia pakai. Diam-diam Cantika tersenyum, merasa bahagia karena bisa pergi berdua dengan Rian.
•••
Pendek ya? Iya pendek. Gak tau kenapa moodnya sampai sini aja, jadi gk terlalu panjang. Maaf yaa 🙂Jangan lupa vote dan komennya. Jangan jadi sider, nanti jomblo. Tekan bintang yg ada dipojok bawah sebelah kiri 😊
Tag temen kamu, kalau kamu suka cerita ini. Siapa tau mereka juga suka 😂
Love you 😘
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bukan] Cinta Pertama
Teen Fiction[COMPLETED] Ketika waktu berputar begitu cepat, rasanya ia tidak rela saat masa-masa bahagianya berakhir. Waktu dan takdir bekerja sama atas kisah mereka, mempermainkan perasaan begitu saja sesuka hati. Menerbangkan hati dengan rasa bahagianya, la...
✨ Part 39
Mulai dari awal