1. Aku, Kau dan Ibumu

84 8 12
                                    

Sepi yang kurasa kian menyesakkan dada, ia memenuhi ruang yang terasa hampa. Kopi yang ku sesappun tak lagi terasa, walau pahitnya sudah parah. Luka pada hati ini semakin parah, semakin kau mengilang semakin ia sesak, semakin ia hampa. Sebenarnya kau ini siapa? Hatiku terombang-ambing tak mengerti arti sebuah arah setelah kehilanganmu.

*

Di taman yang sepi ini aku menunggu seseorang yang selama ini kucintai, yang selama ini ku sayangi. Ia ingin mengatakan sesuatu yang tak kuketahui dengan benarnya. Aku menunggu dan terus menunggu, sampai akhirnya ia datang.

''hai sayang, sudah lama nunggu aku?'' ia bertanya sambil mengusap bahuku.

Aku tak tahu apa maksudnya.

'' enggak, barusan aja kok'' aku tersenyum menjawabnya.

''kamu, ingin bicara apa?" aku langsung membicarakan hal yang sebenarnya.

''begini" ia mengambil kedua telapak tanganku dan menggenggamnya erat

''sebelumnya maafin aku'' aku menatapnya serius

''aku ingin hubungan ini kita akhiri saja'' ucapnya dengan gampang.

Seketika aku melepaskan tanganku dari genggamannya, aku tidak ingin menghadap kearahnya ku edarkan pandanganku pada bunga-bunga yang tertata rapih di sebelah sana.

''dengerin penjelasan aku dulu, Key'' ia kembali menarik tanganku dan menggenggamnya erat.

''apa yang ingin kamu jelasin, Bram?'' aku tak lagi bisa menahan air mataku

'' ini bukan kemauanku, Key. Kumohon percaya denganku'' ia mengeratkan genggemanya dan mencium tanganku.

Aku terdiam, jantungku sama sekali tak bisa terkontrol. Nafasku naik turun, air mataku kian berjatuhan.

''kamu tahu abangku Key?'' ia bertanya padaku sambil mengusap air mataku yang masih terjatuh

''i.. iya'' aku menjawabnya sambil terisak

'' ia baru saja menjadi mualaf, ia meninggalkan agama kami dan memeluk agamamu Key.''

''tunggu, maksud kamu abang kamu pindah agama dari Kristen menjadi Islam?'' aku tak percaya akan hal ini

''ia, Key'' jawabnya singkat

'' lalu apa hubunganya dengan hubungan kita Bram?'' aku mentapanya lekat-lekat

''abangku sangat mencintai kekasihnya, sampai ia berani meninggalkan agamanya. Ia juga melukai Mama Key. Mama saat ini dirawat di rumah sakit karna ia stress memikirkan abangku Key. Aku ngak tega melihat Mama terbaring lemah di brangkar rumah sakit dengan jarum infus yang melekat di tanganya. Aku ngak kuat lihat Mama Key'' ia menangis sampai terisak.

Aku masih terdiam mendengarkan semua alasanya

''aku tidak ingin membuat mama kecewa dan sakit seperti ini lagi Key. Hubungan kita berbeda Key, kamu dan aku. Kita tidak sama. Kita berbeda Key. Kita mungkin bisa bersatu, tapi kita pasti akan melukai banyak orang, mengorbankan banyak kebahagian. Aku ngak mau Key, aku ngak mau lihat Mama sakit seperti ini lagi" ia menangis tak berhenti, ia menarikku kedalam pelukanya.

''maafin aku Key, maafin aku. Aku ingin hubungan ini berakhir sampai disini saja. Aku sayang kamu, tapi aku lebih sayang sama Mamaku, Key. Cuman aku harapan Terakhir Mama Key. Maafin aku, aku ngak bisa perjuangin kamu" ia memelukku erat, menangis dengan senggugukan.

Aku mengelus punggunya, menenangkan fikiranya.

''udah, Bram. Tidak ada yang perlu di maafkan'' aku memeluknya dengan erat

Kumpulan Cerita PendekWhere stories live. Discover now