"Rian jadian sama Elsa."
•••
Alvin menatap datar Mading yang berada di depannya, menatap sekitarnya yang begitu heboh karena berita jadiannya Elsa dan Rian.

"Yang pasang ini di mading siapa?" Alvin bertanya pada salah satu murid laki-laki yang berada tepat di sampingnya.

Laki-laki tersebut menggeleng pelan, "gak tau Kak."

Alvin mendengus, ia memicingkan matanya saat melihat sesuatu yang aneh di kertas tersebut.

"Elsa," gumamnya, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Jadi ini kerjaannya Elsa? Sadis...."

Ia keluar dari kerumunan murid-murid yang masih ingin tahu perihal hubungan Elsa dan Rian. Alvin terdiam, ia melirik ke arah mading dengan bingung. Ia masuk kembali ke dalam kerumunan, meminta akses untuk sampai di depan mading.

Tangannya mencopot kertas tersebut, membuat sebagian murid berdecak kesal. Alvin menatap satu persatu yang ada di sana.

"Gak usah lebay deh, kaya begini doang heboh amat." Ia menatap kertas yang berisi pengumuman jika Rian sudah menjadi milik Elsa. Apalagi di bawahnya terdapat tanda tangan milik Elsa.

"Bubar lo semua, begini aja heboh." Ia menatap kertas tersebut yang berada di tangannya. "Apa gunanya coba, sampai disebar-sebar kalau udah jadian. Emang dia siapa?! Anak presiden?! Anak menteri?! Pemilik sekolahan?!" Ia melangkahkan kakinya menuju tempat sampah, ia buat kertas tersebut menjadi bola dan membuangnya.

"Astaga!!" Alvin mengelus dadanya karena kaget dengan keberadaan Tara. "Ngapain sih lo?! Ngagetin pangeran aja!!"

"Kan gue belum baca lengkap pengumumannya, kenapa harus dibuang?!"

"Jangan sok kuat lo, sama kaya Cantika. Kuat di luar, rapuh di dalam."

Tara mengerjapkan matanya, "oiya Cantika, dia udah tau belum ya kabar ini. Pasti sakit hati dia."

"Lo juga."

"Dewita juga," ucap Tara. Ia terdiam. "Jenie juga pasti sakit hati."

Alvin meringis, "temen gue gebetannya ada berapa sih?! Banyak amat!!"

"Lo tau penyebab Putra sama Lyla putus kenapa?"

"Apa?"

"Lyla suka sama Rian."

Alvin meringis, "ternyata oh ternyata." Ia menggelengkan kepalanya. "Padahal muka Rian kaya koreng, kenapa banyak yang suka ya?! Pesona najisnya udah kemana-mana ternyata. Harus mandi hadas yang kena pesonanya."

Tara menggelengkan kepalanya, "gak tau dah."

"Ew."

Alvin dan Tara menatap Acha yang bergidik jijik.

"Alay banget sih pake diumumin segala di mading, kaya gak punya tempat aja." Ia mengibaskan rambutnya ke belakang. "Untung princess udah move on, ada gebetan baru."

Alvin bergidik ngeri, "princess dari mananya, muka kaya setan begitu disamain sama princess. Ew."

"Iri aja."

"Lagian gue kasian sama itu cowo, disukain sama setan kaya lo. Udah sana lo balik ke alam sendiri, jangan di sini."

Acha tertawa, "tenang, nanti gue balik ke khayangan." Ia melangkahkan kakinya pergi dengan langkah yang dibuat seanggun mungkin.

"Najis." Alvin bergidik jijik dengan sikap Acha, ia menatap Tara yang menatap Acha dengan raut wajah yang sulit diartikan. "Jangan kaya dia ya, jadi gila gara-gara dapet gelar MANTAN RIAN."

Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Tara, mencari Putra yang berada di kantin.
•••
Nita melirik ke arah Cantika yang terdiam, ia berdehem singkat lalu menatap ke arah Ambar.

"Thanks infonya, tapi alay banget pake diumumin di mading."

"Kaya gak tau Elsa aja." Ambar mendengus. "Sok berkuasa."

Nabila menatap ke arah Cantika, "tuh kan Tik, dia itu bukan manusia setia. Langkah lo untuk menolak dia itu udah tepat, gak usah diubah lagi. Dan satu lagi, lo harus jauh-jauh dari dia. Pacarnya Elsa, lo gak mau kan kalau Elsa tau Rian pernah suka sama lo."

Cantika menatap Nabila dengan malas, "hm... Gue sedang mencoba melupakan perasaan gue."

"Kali ini serius, jangan main-main. Pokoknya kali ini lo harus berusaha menghilangkan perasaan suka lo sama dia." Nabila menggelengkan kepalanya prihatin. "Suka kasian gue sama lo, kisah cintanya gak pernah berjalan mulus."

"Takdir."

"Tapi beneran ya lo mau move on, jangan main asal ucap aja."

"Hm." Cantika menganggukan kepalanya.

"Niatin dalam diri lo kalau mau move on, jangan ngomong doang."

Nabila mengangguk, "setuju gue sama Ambar."

"Hoy!!"

Ambar menatap sinis Alvin, ia mengusap telinga sebelah kanannya, "teriaknya jangan ditelinga gue dong. Sakit setan."

Alvin tertawa, ia terdiam. Menatap temannya satu persatu, "Minggu depan kita ada try out loh."

"Udah tau sih."

Alvin menatap ke arah Cantika yang terdiam, "gak usah galau Tik, cowo banyak. Bukan Rian doang, lo harus mandi hadas karena udah kena pesonanya Rian. Takut banyak dosa aja di badan lo."

Cantika mendengus, "gak usah ngasal."

"Lagian udah tau mau ujian, lo masih aja bergalau ria. Orang tuh mikirin ujian dulu, baru pacaran. Nanti kan pas lo kuliah bisa sekalian mencari jodoh," ujar Nabila.

Alvin mengangguk, "gue setuju sama Nabila."

"Jangan sampai gue bikin sayembara untuk cari calon suami masa depan lo." Nabila terdiam dengan wajah berpikir. "Tapi gakpapa sih, kalau semisal gak ada yang cocok sama Cantika. Kan bisa jadi cocok sama gue."

"Yeu... Manusia dasar."

Nabila menatap Cantika, "pokoknya keputusan lo kali ini harus bulat, move on dari Rian si penjahat hati dan perasaan perempuan. Jangan mengharapkan dia lagi, kalau sekedar berteman gakpapa. Tapi jangan lebih, hati lo bisa mati mendadak."

Cantika mengangguk, "hm." Ia menopang dagunya dengan kedua tangan. Memikirkan langkah ke depannya, ia benar-benar bingung. Dari kemarin otak dan hatinya tidaklah sinkron. Otaknya menyuruh dirinya untuk melupakan Rian, tapi hatinya berkata sebaliknya. Jadi, siapa yang harus Cantika ikuti?
•••
Sepertinya tiga part lagi selesai!! Yeay!!

Jangan lupa vote dan komennya ya, vote dan komen dari kalian berharga bgt buat ceritaku ini. Jangan jadi sider loh, nanti jomblo. Tekan bintang yg ada dipojok bawah sebelah kiri

Kalau kamu suka cerita ini, tag temen kamu yg suka galau atau suka baperan. Siapa tau mereka ikutan suka sama ini

Love you 😘

To be continue

[Bukan] Cinta Pertama Where stories live. Discover now