Diikuti tatapan Lui yang mengintip dari dalam dapur. Pemuda itu mendengus keras.

Tapi baru anak tangga ke empat, bel apartemen berbunyi. Kris menoleh ke belakang punggungnya, mendapati Lui yang mengintip dirinya, dan pemuda itupun segera menuju ke depan untuk mengakhiri bunyi bel yang agak menganggu di pagi ini.

Kris melipat kedua tangannya di bawah dada, menunggu Lui yang terdengar sedang berbicara dengan seseorang di depan. Tak lama pemuda dengan tinggi 175cm itu kembali bersama seorang pemuda berseragam sekolah menengah atas yang terlihat sangat canggung.

Siapa dia?

Pemuda itu mengarahkan pandangannya ke bawah, agak takut saat pria dewasa yang berdiri di bawah tangga menatapnya dengan tatapan tajam. Tatapan menyelidik dari atas ke bawah, seperti dia adalah pencuri yang berhasil tertangkap.

"Dia teman sekolah Zitao, katanya mereka janji untuk berangkat sekolah bersama hari ini. Karena itu dia datang kemari untuk menjemput Zitao, Tuan" kata Lui.

"Teman sekolah Tao?" Kris mengulangi. Pemuda berambut hitam itu mengangguk, melirik si Tuan Rumah dari balik poninya. Dia tidak berani mengangkat wajahnya.

"Siapa namamu?"

"J-Jeon Jungkook, paman"

"Ini pertama kalinya teman sekolah Tao datang. Naiklah, kamarnya ada di atas. Kurasa bayi besar itu masih bermalas-malasan di kamarnya"

Jungkook mengangguk cepat kemudian lebar-lebar melangkahkan kakinya menaiki tangga, melewati Kris. Hingga pemuda berusia 17 tahun itu menghilang di atas tangga, Kris masih berdiri di sana.

"Zitao benar-benar sudah besar. Dia pasti punya banyak teman di sekolah" ucapnya melepas lipatan tangannya, menuruni empat anak tangga.

"Saya tidak mengerti, Tuan"

Suara Lui menghentikan langkah Kris yang hendak menuju kamarnya. Menoleh pada si pemuda gagak.

"Kenapa anda masih mengurusi Zitao, dia sudah dewasa dan pasti bisa mengurus dirinya sendiri. Kenapa anda harus repot-repot? Sosok seperti anda tidak seharusnya melakukan semua ini" Lui mengatakannya penuh keberanian kali ini, tatapannya tak menuju ke bawah, melainkan tepat pada sepasang mata keemasan milik Kris.

"Kau selalu mengatakan hal seperti ini padaku beberapa kali. Aku tidak memberi perintah padamu untuk mengikutiku, kau yang memilih untuk melayaniku saat aku memutuskan untuk bekerja di Dunia ini. Dan sekarang kau keberatan dengan apa yang ku lakukan?"

Suara Kris memberat, nada suaranya berbeda dari biasanya. Seperti geraman. Seperti seekor Serigala yang marah saat tidurnya diganggu.

Lui menundukkan kepala, tatapan matanya tidak fokus mengarah pada lantai.

"Maaf, maafkan saya Tuan. Maafkan kelancangan saya"

"Jika kau tidak suka dengan apa yang ku lakukan, kau bisa kembali kapan saja ke neraka"

Setelah mengatakan itu Kris kembali melanjutkan langkahnya. Moodnya sedang buruk.


.

.

.

.



Bel istirahat siang berbunyi, kelas sejarah siang ini pun berakhir. Guru meninggalkan ruangan, membebaskan para murid untuk sementara waktu sampai bel masuk kelas berbunyi, sekitar 30 menit lagi.

Zitao merenggangkan otot tubuhnya, meluruskan kaki panjangnya di bawah meja, seraya menarik kedua tangannya ke atas, lalu menghembuskan nafas panjang.

N. O. I. R (Fin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang