Aku menatapnya bingung. "Aku... tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

Nate mendesah. "Beritahu aku, apakah makan siang yang Greg lakukan ini lazim? Maksudku, apa kalian sering melakukan ini? Atau Greg pernah membicarakan ini?"

Aku tidak bisa menahan rona di pipiku. Greg memang tidak pernah mau aku bertemu dengannya di jam makan siang. Dia bilang dia selalu punya banyak pekerjaan, yang bahkan membuatnya membawa makan siang ke meja kerjanya. Ketika dia mengajakku makan siang hari ini, aku tidak bisa memikirkan hal lain. Aku hanya senang Greg kembali dan hubungan kami membaik. Ternyata tidak, kami bahkan selesai dengan cara yang tak kusangka―akulah yang brengsek.

Namun aku malu mengakui bahwa hubunganku dan Greg memang tidak baik-baik saja. Sepertinya Nate cukup bisa membaca wajahku. "Sudah kuduga," katanya. "Dia bukan pacar seperti itu, kan?"

"Yah, aku juga bukan pacar seperti yang diinginkannya. Harusnya aku tidak naik ke ranjangmu, itu sudah jelas."

"Kau seperti menyesalinya," cerca Nate. Ia mendesah. "Tidak ada yang salah dengan kita."

"Paling tidak, aku salah karena alkohol mempengaruhiku. Kau salah karena―" Aku berpikir sejenak untuk menemukan kata yang cocok. Tidak mungkin aku berkata bahwa dia memancarkan daya tarik seks. "Yah, sayang sekali, kau brengsek."

Nate tertawa dan baguslah cuacanya panas hingga membuat wajahku memerah. Tidak mungkin aku merona setelah patah hati parah.

Tunggu. Kenapa patah hati terasa lebih mudah?

"Lanjutkan hidupmu, Nat. Greg tidak sebaik itu."

"Kata orang yang baru mengenal Greg tiga tahun lamanya."

"Tiga tahun, Nat. Itu bukan waktu yang singkat."

"Nah, biar kujelaskan di sini. Aku mengenalnya selama tujuh tahun. Jadi itu sangat sangat bukan waktu singkat. Kau tidak bisa menghakimi Greg hanya karena dia tidak datang ke bar minggu lalu." Aku mendesah. "Aku tak percaya itu masih beberapa minggu. Dia kembali dan sekarang dia pergi."

"Kau tidak pernah mendengar kalimat bahwa setiap orang bisa berubah? Pahlawan tidak selamanya jadi pahlawan. Bagaimana jika pahlawan itu dicuci otaknya dan berubah jadi penjahat?"

Aku terkekeh sinis. "Kau pikir Greg dicuci otaknya?"

"Yah, itu perkiraan akhir jika kau masih bersikeras. Tapi yang kukatakan di sini adalah Greg yang sekarang mungkin saja bukan Greg yang kauduga, Nat."

"Itu sudah pasti," Aku mengakui. "Dia sekarang tersakiti karena pacarnya selingkuh dengan rekan kerjanya."

"Oh, astaga."

"Aku jadi sangat jahat di sini."

"Tidak bukan kau yang jahat. Itu Greg yang jahat. Dia merencanakan semua ini. Dia sengaja mempertemukan kita. Aku menduga ada adegan tragis―maksudku yang lebih tragis daripada yang tadi. Aku memperkirakan dia akan pura-pura terkejut melihat perselingkuhan kita. Dia mungkin mengatakan hal-hal buruk padamu di depan orang-orang. Astaga, dia sudah tahu sebelum ini. Dia memang merencanakannya."

Aku menatap heran padanya. "Dia tidak merencanakannya, Nate."

"Dia merencanakannya," tegas Nate tanpa mau dibantah. "Dia sudah tahu. Itu sebabnya dia mengatur makan siang ini."

"Tunggu. Bagaimana kau tahu kalau dia mengetahuinya?"

"Kau tidak cukup mengenalinya, kan? Tujuh tahun dan kau tak tahu apapun."

"Apakah kau mengaku pada Greg?" selidikku.

Nate melotot padaku dan melemparkan kalengnya karena gusar. "Apa? Tidak! Astaga, aku tak menyangka kau sedangkal itu."

Another Night to RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang