1

55 7 1
                                    

Akhirnya setelah merasa cukup lama mencari brangkas, aku menemukannya. Tersembunyi di dinding yang di tutupi oleh lukisan besar.

BRUK

Aku mendengar sesuatu yang jatuh dari alat komunikasi "Leon, suara apa itu?" Tanyaku lewat alat komunikasi yang berada di telinga.

Beberapa detik tidak ada jawaban darinya. Apa Leon tertangkap? Ahrg! "Leon?"

"Bukan apa-apa Lanna, aku hanya sedang mengatasi seseorang tadi."

Aku menghela napas lega.

"Penjaga rumah ini?"

"Yeah, lebih tepatnya pengawas cctv."

"Bagus, kalau begitu cepatlah selesaikan pekerjaanmu. Lalu, naiklah ke atas, pintu ketiga setelah tangga sebelah kanan." Titahku padanya.

"Baiklah."

Beruntungnya diriku ketika mengetahui brangkas ini tipe yang sangat umum sehingga aku tidak usah berusaha untuk mencari cara lagi membukanya. Cukup dengan menggunakan alat yang tadi kupakai untuk membuka pintu belakang.

Butuh beberapa saat hingga brangkas terbuka dan berbunyi bip. Kulihat ada beberapa gepok uang dan berkas. Tanpa pikir panjang aku memasukan seluruh benda yang berada di dalam brangkas.

"Lanna gawat, sepertinya kita ketahuan." Bisik Leon.

"Kalau begitu cepat cari jalan keluar, tunggu aku di mobil." Ucapku sambil merapikan brangkas dan lukisan.

"Kau yakin bisa.."

PRANK!

Mataku otomatis terbelalak. Kali ini suara itu terdengar jelas bahkan tanpa alat komunikasi. Aku memanggil Leon berkali-kali, namun tidak ada jawaban apapun. Aku harus cepat menemukannya dan pergi dari sini.

Aku berdiri, berjalan ke arah pintu. Kubuka pintu, cukup terkejut kala seseorang menodongkan sesuatu padaku. Untungnya aku memiliki refleks yang baik. Kutepis tangannya, satu tangan orang itu tidak kalah lincah dan berhasil menonjok perutku. Aku tersungkur kebelakang, dan entah bagaimana aku merasa tersengat. Ambruk ke lantai, dengan mati rasa. Kini aku tahu apa yang ada di tangannya tadi, stungun itu seperti memiliki daya listrik yang tinggi. Ketika berusaha untuk bangkit kembali, aku merasa tersengat lagi. Degupan jantungku terdengar sangat kencang, dan semuanya menjadi begitu gelap.

***

Ada suara sesuatu seperti benda yang di seret, dan napas yang yang tidak teratur. Kubuka mataku meskipun sulit, pertama yang kulihat adalah lantai yang berjalan. Ada dua orang tepat di kiri dan kanan ku. Kusadari kini bukan lantainya yang berjalan, namun aku yang sedang di seret oleh dua orang ini. Yang terakhir kali kuingat adalah aku distrum dengan stungun oleh seseorang. Aku hampir masih tidak merasakan kakiku, jantungku luar biasa berpacu dengan cepat. Aku memiliki perasaan yang tidak enak. Kepalaku masih berdenyut tidak enak. Sungguh aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Mata ini masih sangat berat, hingga aku kembali ke kegelapan.

Basah dan rasa terkejut yang membangunkanku. Suara besi yang berdenting membuatku tersadar dengan cepat jika tanganku di borgol pada tangan-tangan kursi. Mulutku terperangah karena terkejut dibangunkan oleh air yang dingin.

"Waktunya bangun, nak." ucap seseorang yang berseragam polisi.

Aku melihat dua pria, satu orang berseragam lengkap polisi dan satu lagi bersetelan jas. Edward, pria yang berseragam polisi meletakan ember disamping kakinya, sedangkan pria bersetelan jas menyandarkan pantatnya di meja dekat denganku seraya melipat kedua tangannya didada.

"Hailey Stormborn, dan Theon Stormborn berumur 23 dan 20 tahun, tapi sudah memiliki catatan kriminal luar biasa, aku tersanjung." ucap pria berjas didekatku ini.

The StormbornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang