"ALEX MULUTNYA!"
Sekitar beberapa menit saja, Mereka berdua sampai di rumah Alex. Dan hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit, untuk menunggu Alex mandi, menjadwal pelajaran, dan berganti baju.
"Maaf ya Nak Zara, Alex suka ngerepotin" Wanita paruh baya keluar bersamaan dengan Alex yang kini lengkap dengan seragam sekolahnya.
"Gapapa kok tant..."
"Zara itu kalo ga direpotin ga bakal ada kerjaan Ma" Celetuk Alex sambil menyalimi ibunya.
"Eh enak aja. Saya pamit dulu ya tante" Zara ikut menyalimi ibu Alex.
"Beraaaangkat"
Kali ini, Zara memakai helmnya tanpa perintah Alex. Sepanjang jalan, mereka hanya diam. Lagian juga bingung membahas topik apa.
Parkiran sekolah cukup lenggang, mungkin mereka berangkat terlalu pagi.
"Udah sarapan?" Pertanyaan yang dilontarkan Alex membuat Zara refleks menengok.
"Hah?"
"Ya tadi pagi kan lo bangunin gue, dan langsung anter ke rumah. Sempet sarapan gak?" Alex mengulangi pertanyaannya dengan rinci kali ini.
"Ih tumben perhatian. Lucu banget lo Kotak Nasi" Zara terkekeh sendiri.
"Gue nanya itu sebenernya biar bisa ajak lo ke kantin sekarang. Laper..." Alex mengaitkan lengannya ke lengan Zara, menekuk turun mulutnya, dan memegang perutnya.
"Lo emang jago bikin orang salah paham" Ujar Zara sambil menepuk pelan pundak Alex. Membuat lelaki itu tertawa sambil menarik Zara menuju kantin.
Sekolah benar benar sepi sekali kali ini. Mungkin karena ini masih pukul 6 kurang 15 menit. Hanya terdengar suara sapu kerik Pak Bon yang menyapu daun di dekat lapangan basket.
"Buk, Nasi Pecel 1 ya" Teriak Alex ke ibuk kantin yang sedang duduk di dalam kantin.
"Kok pesen 1 sih?!"
"Kalo gue pesenin lo, gue nanti lo suruh bayarin lagi. No ah. Ga punya uang" Alex
Manusia unik ini, pagi pagi sudah membuat jengkel Zara saja.
Zara pun memutuskan untuk memesankan sarapannya sendiri. Serta menunggu sebentar untuk menunggu makanan itu siap, dan dibawa ke meja Alex dan dirinya.
"Nih" Zara menyodorkan sepiring nasi ditangannya ke hadapan Alex. "Jangan lupa berdoa"
"Iyaaa"
"Eh Zar" Alex memandang ke arah depannya sambil mengunyah makanannya.
"Kunyah dulu Lex"
"Emmm..."
Membutuhkan waktu sekitar 10 detik Alex telah menghabiskan tuntas makanan di mulutnya.
"Dapetin Nindy emang sesusah ini ya?" Tanya Alex sambil menghadap ke arah Zara.
"Lo itu cu..."
"Eh peyek lo nyangkut nih di sudut bibir" Ujar Alex sebelum Zara menyelesaikan kalimatnya. Ia pun mengusap pelan sudut bibir Zara. " Udah, lanjut Mak!"
"Tengkyu. Jadi, lo itu cuma butuh berjuang sedikit lagi Lex" Jawab Zara.
"Maksud lo dia udah mulai suka sama gue? Dia udah curhat ke lo?" Pertanyaan yang membabi buta itu keluar dalam 1 tarikan nafas.
"Gue ga mau kasih kepastian. Tapi lo harus berjuang lebih keras lagi buat ngeyakinin dia. Ucapan ga penting, yang penting makna kan?"
"Bukti kali yang penting"
Zara dan Alex tersenyum bersama kali ini.
"Gue sayang sama lo Zar" Ujar Alex.
Kalimat itu cukup membuat Zara merasakan arus listrik yang sedikit banyak menjalar di tubuhnya hingga tak bergeming sama kali. Kalimat yang diucapkan Alex secara gamblang.
Ketika kesadaran Zara mencapai sekitar 12%, Zara seakan dibawa kembali ke dunia ini. Seakan otaknya mulai berkerja bahwa yang diucapkan Alex mungkin bermakna berbeda dengan pemahamannya.
"Iya gue juga. Sebagai sahabat kan?"
Oh, Tuhan... Berpura pura bahagia ternyata sesakit ini. Seperti merasakan jatuh cinta namun dalam konteks dan dalam saat yang berbanding terbalik.
"Btw, tentang Nindy gue tau cara dia cepet mau sama gue"
"hm?"
"Hamilin aja gimana?"
"Mulut lo! Lo kira kucing!?"
"Canda elah, Beb"
KAMU SEDANG MEMBACA
God,I Like Him [COMPLETED]
Teen FictionJika aku berkata, 'aku mencintaimu'. Cukup klise jika kamu menjadikan ini bertepuk sebelah tangan.