Anjing!! umpat Ayu dalam hati. Sepupu gilanya itu benar-benar maniak.

Flo tertawa melihat perubahan raut wajah Ayu.

"Nggak usah dibayangin kali, Yu."

"Gue nggak lagi bayangin!!"

***

Ayu menyesap kopi pahit buatan Flo yang sangat dia gemari dengan puas, lalu menangkup cangkirnya di atas meja. Hangat.

Lalu pikiran Ayu berkelana dan mengingat genggaman hangat Sigit.

Pret.

Pikirin terus aja tuh cowok, biar gagal move on, batin Ayu rese.

"Jadi gimana kabar nyokap lo?" tanya Flo.

"Operasinya berhasil, dia baik-baik aja. Ada bokap tiri gue juga di sana." Flo menghela nafas lega.

"Oh, baguslah." Flo kembali menuang kopi ke cangkir Ayu, lalu melirik Ayu sekilas.

"Lo ketemu Sigit nggak di sana?"

Flo hanya asal melempar pertanyaan, karena salah satu kru dapur kafe miliknya yang sangat up-to-date soal dunia ke-artis-an melihat Sigit meng-upload ig story di Jepang. Waktunya terlalu pas, dan Flo jadi agak curiga, walaupun dia belum berani berspekulasi, apalagi menceritakannya pada Nina dan Theo, yang pasti langsung  heboh. Namun reaksi Ayu benar-benar di luar perkiraannya.

Ayu benar-benar menatap Flo dengan tampang kaget yang sangat dungu, sampai-sampai Flo ingin menjedotkan kepalanya ke tembok.

"Gue nggak jadi nanya," kata Flo. "Tampang lo sudah menjawab semua pertanyaan gue. Tapi lo nggak tidur sama dia di sana kan?"

Mata Ayu membulat sempurna, dan Flo langsung menjerit kaget.

"Lo tidur sama Sigit Prakarsa????"

"Tidur doang..." gumam Ayu, namun masih bisa didengar Flo. Flo menghela nafas panjang.

"Lo tau, gue sama Theo juga berawal dari tidur seranjang doang?"

"Wah, jangan mentang-mentang lo melakukannya terus lo nganggep gue bakal sama sih, Flo."

"Jadi sejauh mana hubungan lo berdua?"

"Perlu banget gue kasih tau, Flo?"

"Lo tinggal pilih, kasih tau gue secara detil atau gue kasih tau Theo."

Ayu mengumpat, tahu kalau ancaman Flo berhasil. Dia malas berurusan dengan Theo, yang pasti entah mendatangi Sigit duluan atau memaksanya berhenti bekerja. Ribet sekali.

"Ya, gue juga nggak nyangka dia bakal sepesawat sama gue, dan dia nggak punya tujuan di sana. Jadi dia minta buat ngikutin gue."

"Lalu?"

Ayu berdecak, merasa diinterogasi.

"Penting banget ya, Flo?"

"Penting dong. Lalu gimana?" Ayu kembali berdecak sebal, tapi dia tetap melanjutkan ceritanya.

"Ya, udah. Dia ikut nginep di hotel bareng gue, jadi kita sekamar. Ranjang juga cuma satu, jadi tidur seranjang deh."

"Jadi Sigit ikut lo ketemu nyokap lo?" Ayu mengangguk.

"Lo yakin dia cuma sekadar tertarik sama lo?"

"Maksud lo?"

"Ngapain dia repot-repot ketemu sama nyokap dan keluarganya nyokap lo di sana, kalau dia hanya tertarik sebatas fisik sama lo?"

Ayu mengernyit, namun mengangkat bahunya tidak acuh.

"Mungkin karena dia nggak tau mau ke mana, lalu terpaksa ikut gue jenguk nyokap daripada nyasar?"

KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang