"Kalau begitu kita dengar musik yang suka ku putar ya!" Ujarku sambil memberikan ponsel padanya, "Maroon 5 - Girl Like You!"

"Oh yang itu, okey!" Ujar Liana sambil mencari-cari lagu dari ponselku.

Sembari aku membawa mobil, ia cukup familiar dan mengikuti lirik dari lagu itu. Tak lama ia berkata, "Coba dengarin versi Johan Baker di youtube deh! Dia juga enak membawakan lagu ini dengan versi akustik."

"Boleh, coba putar!" Jawabku sembari menyetir.


Sambil bernyanyi tak terasa kita sudah dekat saja dengan tempat tujuan. Sambil berputar-putar mencari caffe yang suka ku singahi, terdengar suara panggilan masuk dari ponselku.

"Kak ini ada panggilan masuk dari pak Dian!" Ujar Liana yang sedang menggengam ponselku. Seketika itu respon tangan kiriku melepas setir dan mengambil ponsel darinya.

"Halo pak Dian?!" Ujarku yang telah mengangkat panggilan masuk.

"Den, maaf banget den!" Ujar pak Dian dari ponselku.

Aku yang cukup kebingungan mendengar perkataanya, bertanya kembali. "Maaf kenapa ya pak?"

"Pak Dian ga bisa bawa mobil karena lagi nunggu giliran untuk diperiksa. Disini lagi ada razia narkoba, jadi mobil yang lewat di pinggirkan buat di geledah. Butuh waktu lama den sampai giliran pak Dian."

'Brengsek!' Seru hatiku.

"Ya sudah tunggu saja Pak! Kalau sudah beres kabarin lagi ya!" Ujarku sembari menutup ponsel dan menepikan mobil ke pinggir jalan.

"Gimana kak? Apa baik-baik saja?" Ujar Liana padaku yang sibuk menatap dan menekan layar ponsel, mencari jalan tercepat ke tempat Evelyn.

Setelah itu ku letakkan ponsel di dasbor mobil sambil menjawab pertanyaan Liliana kembali. "Kita pindah tempat makan gapapa kan Liana? Karena ada yang harus ku urus di tempat lain malam ini"

"Tidak masalah kok kak!" Setelah Liana menjawab itu, akupun membanting setir dan memutar mobil menuju arah berlawanan.

"Pakai sabuk yang kencang ya Liana!" Ujarku padanya.

"Iya kak." Jawabnya sambil mengencangkan sabuk.

Setelah ku lihat ia merapihkan sabuk seketika itu ku injak pedal gas dan dengan cepat mobil melesat kencang. Satu, dua, tiga bahkan lebih banyak lagi mobil yang telah ku lewati hingga pergelangan lenganku yang mengenggam setir terasa sangat panas. Sampai akhirnya mobil yang ku bawa telah tiba di kantor polisi tempat Evelyn berada. Aku langsung turun dan berlari menuju pintu masuk kantor polisi, sembari berlari mataku tak sengaja melihat lamborghini hitam yang waktu itu menghalangiku.

'Brengsek! Ngapain dia ada di sini, ia selalu muncul pada waktu yang tidak tepat.'

Ketika aku berlari memasuki pintu ku melihat Evelyn yang sedang berjalan keluar dengan seorang lelaki mengenakan topi dan jaket hitam.

"Evelyn!" Seruku memanggil dirinya yang sedang melangkah ke arahku, yang tepat berdiri di depan pintu.

Seketika Evelyn melihat ku, memanggil namaku. "Razz!" Ujarnya sambil berjalan mendekat. Seketika lelaki yang bersama Evelyn membuka topinya dan berkata.

"Jaga baik-baik sepupumu, jangan membuat nama baik sekolah jadi buruk!" Ujar lelaki itu. Ternyata ia adalah Ravel, murid satu sekolah denganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang