Benar kata Handayani, padahal baru kemarin Mona melakukan interview dengan Mira dan Jennifer-manajer Marketing, pagi ini Mona sudah dipanggil kembali ke kantor PT. Delmar Propertindo untuk menandatangani kontrak kerjasama selama tiga bulan ke depan. Selama tiga bulan, Mona akan dinilai kinerjanya dan selanjutnya akan diputuskan apakah Mona layak menjadi pegawai tetap atau harus memperbaharui kontraknya lagi selama tiga bulan.
Interview Mona kemarin dengan Jennifer yang menjadi atasannya sekarang benar-benar buruk. Jika Mira tidak mempersulit Mona, maka Jennifer malah kebalikannya. Mona juga punya sahabat baik bernama Jennifer, tapi sahabat Mona bahkan tak begini amat. Jennifer atasannya benar-benar menguji kesabaran Mona, dia seperti memberi tes mental kepada Mona.
"Sebelum mulai bergabung dengan tim marketing, kamu perkenalan terlebih dahulu dengan pegawai departemen lain. Saya akan mengawasi dari sini dan saya mau kamu menghafal nama tiap pegawai dengan baik. Mengerti?"
Baru hari pertama dan sungguh, Mona harus menghafal hampir seratus pegawai yang ada di perusahaan ini? Sungguh?
"Siap, Bu." Mona berusaha tetap bersemangat.
Jennifer yang tengah membuka sebuah dokumen dengan santainya berkata lagi, "Kalau ada yang nanya, bilang kalau kamu sedang melaksanakan orientasi. Pastikan kamu menghafal semua nama pegawai dan wajah-wajahnya. Saya akan tes sebelum jam pulang nanti."
"Siap, Bu." Mona mengangguk mantap meskipun, hatinya ragu apakah bisa menghafal sebegitu banyak pegawai dalam waktu sehari.
Jennifer menutup dokumen yang dia baca sebelum berkata, "Kamu bisa ke luar dari ruangan saya dan melakukan perintah saya. Pinta Fanya untuk mengawasi kamu. Dia atasan langsung kamu, supervisor marketing apartemen."
"Siap, Bu. Saya permisi."
Mona bangkit berdiri dan berjalan gugup meninggalkan ruangan manajer Marketing. Setelah menutup pintu dan berada di luar, Mona menelan saliva menyadari mata setiap pegawai yang ada di ruangan kini memperhatikannya. Mona menahan napas sebelum memberanikan diri tersenyum dan melangkah ke meja pegawai terdekat dengan posisinya.
"Pagi, Mbak. Saya Mona."
Mona mengulurkan tangan, memperkenalkan diri pada pegawai Marketing yang tampak sibuk memoleskan make up di wajahnya yang sebenarnya sudah cantik. Dengan jutek, pegawai itu berkata dan mengabaikan uluran tangan Mona.
"Lo gak lihat gue lagi apa? Kenalan sama yang lain dulu sana."
Jika tak mengingat statusnya sebagai pegawai kontrak dan masih dalam tahap penilaian, Mona bisa saja menjambak rambut keriting indah cewek itu atau bahkan mencoret wajah cantik si cewek jutek dengan lipstick Maybeline yang tergeletak di atas meja kerjanya, bersamaan dengan peralatan make up lain.
Ini orang mau kerja kantoran atau mau main salon-salonan, sih? Meja isinya make up semua.
"Oke, Mbak. Maaf ganggu, ya?"
Mona beralih kembali ke posisi dan menatap sekeliling. Hampir semua pegawai marketing sibuk berdandan, bahkan yang cowok pun sibuk mengenakan pomade yang membuat rambut mereka berkilau tertata rapih. Mona dibuat frustasi di hari pertama jika saja seseorang tak menghampirinya, menepuk pundak Mona lembut.
"Mona, gue Fanya. Gue mau antar lo keliling departemen. Oke?"
Cewek bernama Fanya yang sepertinya berusia lebih tua dari Mona tersebut tersenyum kepada Mona. Sungguh, Mona baru sadar pegawai di perusahaan ini memiliki fisik di atas rata-rata. Hampir semuanya cantik dan tampan, apalagi Eros kemarin, hehe. Mona penasaran dengan tampang Direksi yang lain mengingat Eros adalah Direksi yang dituakan. Direksi yang lain harusnya lebih muda, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama
RomanceKarena suatu hal, Tatiana Monalisa mengundurkan diri dari perusahaannya bekerja dan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang tak pernah dia ketahui akan benar-benar berpengaruh dalam hidupnya.