07.┊ Think About It Twice?

2K 467 14
                                    

  Dalam kasus menjadi perempuan ini, hanya dua hal yang Hyunjin suka. Tinggal bersama Bunda dan kerap kali menggunakan PMS sebagai alasan.

  "Hyunjin lo kok tidur mulu sih?"

  "Nggak tahu, gue lagi PMS."

Setiap kali ia mengeluarkan alasan itu, para lelaki percaya. Namun, tidak berlaku pada teman perempuannya.

  "Mohon maaf, lo menstruasinya sebulan sekali apa sepanjang tahun?" sindir Chaeyoung.

  Kalau menghadapi Chaeyoung pasti akan panjang urusannya. Jadi lebih baik ia mengalah.

  "Lo mau apa sih?"

  "Lo suka nggak sih sama Seungmin?" tanya Chaeyoung tanpa basa-basi.

  "Nggak, kalo mau ambil aja sana."

  Chaeyoung mengernyitkan dahinya. "Lo tuh bener-bener aneh, padahal Seungmin itu idaman semua cewek."

  Hari demi hari, sudah berapa kali Hyunjin mendengar kalimat itu. Rasanya ingin Hyunjin berteriak bahwa ia bukanlah gadis tulen.

  Dan, ini hari ke delapan Hyunjin menjadi gadis. Baru lebih seminggu, tetapi rasanya sudah seperti setahun.

  "Terus apa hubungannya sama gue sih? Gue nggak suka ya mau gimana lagi, kok lo yang ribet." ujar Hyunjin malas.

  "Kok lo ngegas!"

  Hyunjin memutar bola matanya malas kemudian kembali menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan.

  "Capek." gumam Hyunjin.

  Hyunjin mendengar suara berisik dan sepertinya ia kenal betul pada suara itu. Heejin dan Jisung.

  Sebenarnya Hyunjin tidak mau melihat. Namun, keinginannya tidak sinkron dengan gerak tubuhnya. Dua anak manusia itu kini tengah tertawa, entah apa yang mereka tertawakan.

  Heejin melambaikan tangannya pada Jisung kemudian duduk di bangkunya.

  "Kenapa?" tanya Heejin.

  "Hah apanya? elak Hyunjin.

  Heejin terkekeh kecil. "Tadi kamu ngeliatin aku, ada apa sih?"

  Hyunjin terdiam, ia berpikir sejenak. Sepertinya ini sudah waktunya ia bertanya lagi. Hyunjin sudah terlalu muak dengan keadaannya yang sekarang ini.

  "Gue penasaran," Hyunjin membuka suara. "Hwang Hyunjin itu dulunya di kelas ini?"

  Heejin terdiam. Tidak menyangka Hyunjin akan bertanya seperti ini. "Kamu kenapa nanyain dia terus sih?"

  "Kan gue udah bilang, gue penasaran." jawab Hyunjin cepat.

  "Dari kemarin-kemarin kamu selalu nanyain dia, aku curiga."

  "Hah?"

  Heejin menghela napas kemudian memasang wajah dingin. "Kamu tau? Aku udah curiga sama kamu sejak awal,"

  Hyunjin menyesal karena telah bertanya, mengapa sepertinya ia merasa terpojokkan.

  "Hwang Hyunjin nggak ada, tapi malah diganti jadi Kim Hyunjin, kebetulan macam apa itu?" sarkas Heejin.

  Heejin tersenyum kecut. "Tapi aku tepis pikiran itu jauh-jauh karena aku ngerasa Tuhan nggak bakalan ngabulin permohonan bodoh itu."

  Entahlah kali ini Hyunjin benar-benar takut. Hyunjin bahkan menelan salivanya dan ia juga merasa sedikit merinding.

  "Serius amat sih," Hyunjin pura-pura mencairkan suasana, ia melirik sekitar, pokoknya ia harus pindah dari bangku ini.

  "Kamu tau? Tingkah kamu juga mirip Hwang Hyunjin," sambung Heejin dan ucapannya sukses membuat jantung Hyunjin berdetak dua kali lebih cepat.

  "Bertingkah sesukanya dan nggak pernah minta maaf." tandas Heejin.

  Hyunjin refleks mengambil tas kopongnya yang tergeletak di meja dan buru-buru menghampiri meja Felix. Kebetulan hari ini Eric tidak masuk dan Hyunjin memutuskan untuk menumpang sehari saja. Serius, Heejin ternyata cukup menakutkan.

  Gadis itu tahu sosok Hyunjin yang sebenarnya dan ia diam-diam memperhatikan.

  Dengan asal Hyunjin melemparkan tas kopongnya pada bangku Eric. "Felix gue duduk di situ dulu ya, tolong."

  Felix yang sedari tadi asik bermain teka-teka silang lantas terbingung, tetapi ia setuju.

  "Heh menel lo, Hyunjin!" celutuk Siyeon, di bangku depan Felix.

  "Berisik lo ah," sahut Hyunjin. "Lix, lo mau duduk di deket dinding apa nggak?"

  "Gue di sini aja." sahut Felix singkat.

  "Ya lo minggir, gue mau masuk."

  Felix mengambil buku teka-teki silangnya kemudian berdiri, mempersilakan Hyunjin untuk masuk.

  Baru dua detik Hyunjin mendaratkan bokongnya, dua gadis bangku depan kini sudah membalikkan bangkunya.

  "Kamu kenapa?" tanya Nakyung.

  "Berantem lo sama Heejin?" timpal Siyeon. "Rebutan Jisung?"

  Felix yang sedari tadi asik dengan dunianya kini bergabung pada obrolan dua siswi bangku depan. "Bukannya Nakyung ya yang harusnya rebutan sama Heejin?"

  Siyeon berdecak. "Diem lo, nggak usah buka kenangan lama."

  Nakyung pun melengos. "Urus aja TTS kamu itu, lupain Nancy."

  "Kok jadi Nancy, sih!" sahut Felix tidak terima.

  Hyunjin hanya menatap mereka bergantian, mereka sibuk berdebat dan Hyunjin tidak tahu harus apa. Maka, ia memutuskan untuk mengambil TTS milik Felix yang tergeletak di atas meja.

  "Jangan diambil!" hardik Felix.

  Hyunjin kaget lalu kembali menyodorkan TTS itu. "Iya-iya, nggak usah galak-galak juga kali. Gue kaget."

  "Jadi, kenapa kamu pisah bangku sama Heejin?" Tiba-tiba saja Siyeon mengalihkan topik. Dasar perempuan.

  Hyunjin meringis sebentar, tidak yakin ia harus menceritakannya atau tidak.

  Kalian kenal yang namanya Hwang Hyunjin?" Hyunjin melirik ke arah mereka bertiga. Mereka menggeleng.

  "Siapa tuh?" celutuk Felix kemudian remaja blasteran ini memutar badannya sedikit untuk bertanya pada penghuni belakang.

  "Chan, No, lo pada kenal yang namanya Hwang Hyunjin?" Jeno menggeleng, tetapi Haechan terlihat sedang berpikir.

  Jantung Hyunjin berdetak lebih cepat.

  "Ke...nal?" jawab Haechan ragu. "Hehehe, siapa tuh kenalin gue dong."

  "Bangsat," celutuk Hyunjin refleks, padahal ia sudah hampir mau mati.

  "Iya, Hwang Hyunjin siapa kenalin dong?" timpal Nakyung.

  Kalau sudah begini, solusinya adalah Hyunjin harus pura-pura tidur. Hyunjin yakin dan pasti teman-temannya akan melontarkan seribu satu pertanyaan.

Swapped. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang