“Eh, lo yang masih matung disana!”
**********
“Nad, pinjem penggaris dong”. Kesya menusuk nusuk punggung Nada dengan pensil. “Bocah ganggu amat”.
sembari mengulurkan penggaris untuk Kesya, Nada melirik sebentar jawaban Kesya. Sadar akan Nada mencontek dirinya, cepat cepat Kesya menutup lembar jawabanya dengan telapak tangan.
“apa lo liat liat”
Ulangan Bahasa Indonesia kali ini berjalan lancar bagi Wilda, dia mengerjakan dengan mudah karena sudah persiapan dari jauh jauh hari.
“Waktu habis, silahkan ketua kelas menariki jawaban kemudian letakkan di meja saya”. Wilda mengangguk, jabatanya kali ini adalah sebagai ketua kelas. Dengan cepat dia mengambil satu persatu jawaban kemudian menyusul Bu Rini yang berjalan ke kantor.Baginya menjadi ketua kelas adalah hal mudah dalam struktur organisasi kelas. Tidak perlu serepot sekretaris untu mencatat materi di papan tulis, tidak perlu serepot bendahara yang harus menagih kas dan membawa uangnya.
Struktur tertinggi dengan amanah yang sederhana.
Setelah meletakkan hasil ujian di meja Bu Rini, Wilda balik menuju kelas, namun ketika di koridor, matanya menangkap sosok yang di kaguminya sedang bermain futsal di lapangan.
“Alka?” itulah dia. Alka.
Wilda terlihat sumringah walau hanya menatap lelaki itu dari kejauhan, langkahnya berhenti. Matanya memaksanya untuk menatap Alka lebih lama, memperhatikan tendangan demi tendangan yang Alka buat. Gadis itu bersorak ria di dalam hati ketika sang pujaan berhasil mencetak gol, dia masih menatap Alka yang terus menendang nendang bola.
"Lo ngapain?" upayanya dalam melihat Alka harus terputus karena disampingnya sudah berdiri seseorang yang membuat muak jika Wilda melihatnya.
"Lo ngeliatin siapa?" Alden mengikuti sorot mata Wilda. "Alka?"
Tidak perlu berbasa basi karena Wilda tidak suka dengan cowok satu ini. Siapa yang tidak muak jika harus bertemu dengan cowok yang bisanya cuma mempermainkan wanita? Ini tidak berlaku dengan pemuja Alden.
"Yaelah jual mahal banget jadi cewek" telinga Wilda menggeru panas. Ia menatap Alden tajam, tapi tak membuat Alden yang tadinya melihat Alka beralih menatap dirinya.
"Apa ya lo bilang?!" Wilda mendengus kesal,
"Ati ati sama mulut lo!" akan menjadi lebih baik kalau dia pergi katimbang meladeni cowok gak berguna.
Alden menatap punggung Wilda yang semakin menghilang di belokan koridor, dia tersenyum tipis kemudian melanjutkan jalanya menuju kantin.
Satu tahun, balasan lo nyuekin gue.
Wilda duduk di bangkunya, mendengus kesal setelah bertemu cowok itu. Dia tidak habis pikir ,apa yang di dapatkan Alden setelah membuat wanita seperti sebuah mainan?.
"Jelek banget muka lo?, habis ngapa?" tanya Nada sambil menyodorkan teh kotak untuk Wilda. Gadis itu masih lesu "Ada ya cowok kayak Alden?". Mendengar nama Alden, sontak Nada dan Kesya terkejut.
"Alden kenapa?" tanya Nada, kesya mencondongkan tubunya kearah Wilda "Ada apa sama calon yayang?"
Wilda melotot "Calon yayang? Najis amat sih"
"Enak kali ya? Main jadiin cewek sebagai pacarnya, habis bosen udah buang" Wilda memutar bola matanya, setelah membuang nafas kasar dia angkat bicara lagi
"Jadi benci liatnya"
Kesya menyipitkan matanya, benci dia bilang?, disaat semuanya terkagum kagum atas paras seorang Alden dia malah benci? Itulah Wilda
"Gue gak yakin lo terus terusan benci atau enggak" ucapnya penuh selidik.
"maksud lo apaan?"
"Lo gak ada niatan naruh hati di Alden kan?"
Wilda memutar bola matanya "Key, Please"
"Oke kalo gitu, kita cuma butuh satu pembuktian" Kesya tersenyum simpul.
"Kita tunggu ending yang buktiin lo suka Alden atau enggak"
_________________________________________
happy reading ,mwaaa💞💞
Komenya tentang Alden dong😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Kara
Teen FictionNafasnya yang tak beraturan mungkin cukup menjadi bukti dimana hatinya sedang tak karuan. Alden semakin mendekatkan Wajahnya ke arah wilda, lebih tepanya berada di samping telinga gadis itu. Tak segan segan membuat nafas gadis yang di depannya semak...