Setelah pintu di rasa cukup terbuka, tanpa basa-basi, dengan cepat aku dan Bastian masuk ke dalam toko tersebut kemudian mengunci kembali pintu toko agar zombie-zombie di luar tidak masuk.

"Bas, cepetan lo ambil makanan sama minuman isotonik biar energi kita pulih. Gue yang jaga disini," ucapku sepekan mungkin. Bastian mengangguk, lalu dengan cepat membuka mulut tas dengan lebar dan mulai memasukan makanan juga minuman ke dalam tas itu.

Aku masih berjaga-jaga di dalam toko, takut penjaga toko itu telah menjadi zombie dan menyerang kami, aku memutuskan untuk berkeliling. Tidak ada yang mencurigakan, yang kulihat hanyalah makanan dan beberapa minuman juga jajanan kripik.

"Baru kali ini gue lihat jajanan sebanyak ini. Gratis pula," ucapku sambil tersenyum, satu detik kemudian aku kembali melangkah dan melanjutkan kembali perjalanan.

Sekitar lima belas menit berlalu, akhirnya Bastian selesai juga memasukan makanan dan minuman ke dalam tas, kini, tas ku dan tas Bastian sudah penuh dengan makanan yang mungkin bisa untuk tiga hari ke depan.

"Zal, udah selesai, ayo kita pergi dari sini," ajak Bastian. Setelah mengendong tas berisi makanan ini, kamipun bergegas untuk keluar. Akan tetapi, baru saja aku hendak membuka pintu toko, tiba-tiba sosok pria besar dengan mulut berdarah-darah sedang berdiri di depan pintu toko. Itu bang Udin.

Karena takut kami berdua memilih untuk mundur menjauhi pintu.

"Zal, itu bang Udin satpam sekolah kita kan?" tanya Bastian, aku hanya terbelalak dengan mata yang membulat sempurna. Rupanya bang Udin juga sudah terinfeksi virus zombie itu.

Bang Udin terus memukul pintu kaca toko itu, keretakan mulai terjadi pada pintu kaca yang di pukul secara terus-menerus. Aku dan Bastian pun memilih untuk mundur, tapi saat aku mundur-kakiku menginjak sebuah botol air dan terjatuh ke lantai. Ah, sial! botol air sialan!

Prang!!

Suara kaca pecah begitu nyaring terdengar, bergema memenuhi hampir seantero sekolah. Tekanan yang bang Udin berikan pada pintu kaca tersebut akhirnya membuahkan hasil, keretakan yang memang sudah ada dengan mudahnya bang Udin besarkan hingga kaca tak lagi mampu menahan hantamannya.

Pintu kaca sudah pecah dan bang Udin pun dengan cepat berlari menuju ke arahku yang masih terduduk akibat terjatuh tadi. Bang Udin berusaha mengigit ku tetapi aku tahan tubuh bang Udin dengan kedua tanganku. Aku berusaha mencari sesuatu yang bisa kupakai untuk membunuh bang Udin, kulihat disebelah kiriku ada sebuah batang besi tua penyangga rak yg sudah patah. kucoba meraih benda itu dengan satu tangan dan tangan yang lain menahan tubuh bang Udin.

Aku terus berusaha sekuat tenaga, untuk mengambil batang besi yang jaraknya cukup jauh dengan posisiku sekarang. Tanganku terus mencoba untuk menggapai batang besi itu, hingga akhirnya aku berhasil memegangnya.

Akan tetapi, belum sempat aku melayangkan batang besi itu ke arah bang Udin. Tiba-tiba...

"Srakkkk!!!"

darah menyebur kemana mana. "apa ini darahku?" Batinku bertanya-tanya. 'ku arahkan pandanganku ke tubuh bang Udin yang masih aku tahan, ternyata perkiraan ku salah, itu bukan darahku tapi darah bang Udin yang terus keluar dari kepalanya. sekilas ku lihat di belakang tubuh bang Udin, ada Bastian yang sedang berdiri sambil memegang sebuah katana. Dan ujung katana tersebut menancap langsung ke kepala bang Udin.

Setelah membunuh zombie bang Udin, kamipun bergegas untuk pergi dari tempat itu takutnya ada lagi zombie yg datang karena mendengar kegaduhan yang kami buat. Aku dan Bastian pun bergegas mengambil tas kami lalu pergi meninggalkan toserba.
.
.
.
Disepanjang jalan aku terus melihat katana yang dipegang Bastian. Aku heran, bercampur penasaran. Bagaimana mungkin benda seperti itu ada di sekolah ini.

Z-virus (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang