[ 7] Apa Kita Pernah Bertemu?

Mulai dari awal
                                    

"Benar juga. Aku hampir melupakan itu."

Huuftt. Syukurlah.

"Dan untuk masalah itu. Kau hanya boleh berada dalam jarak aman denganku."

"Jarak aman?" Aku mengerutkan keningku.

"Ya. Jarak aman. Kau hanya boleh berada paling tidak sepuluh langkah dari tempatku berada. Aku tidak ingin memgambil resiko dengan sasaeng sepertimu."

Jika aku sasaeng. Aku sudah menerkammu dari tadi.

"Kamarku ada diatas. Dan kau, kau akan memakai kamar yang ada disini." aku mengangguk kembali.

"Dan yang terakhir. Kau tidak boleh melakukan kontak fisik denganku, dan sesuai kesepakatan kita akan bercerai dihari kelulusanmu. Kau mengerti."

"Aku mengerti." Jawabku pasrah.

"Dimana sopan santunmu? Barapa kali aku harus mengatakannya. Kau pembantu dan pesuruhku."

"Aku mengerti tu.an." Aku menekan kata terkahir dalam kalimatku.

"Bagus. Sekarang tanda tangani."

Aku mulai menandatangani kertas itu kemudian diikuti olehnya.

"Ini aku yang akan menyimpannya."

"Terserah saja. Sudah selesai kan?, aku ingin membereskan pakaianku, dan membersihkan apartemen ini."

Jungkook mengangguk dan mengibaskan tangannya seakan menyuruhku untuk pergi segera. Aku melangkah memasuki kamar yang akan menjadi saksi penderitaanku lagi.

"Hei anak kucing!"

Aku menghentikan langkahku dan berbalik kearahnya. "Aku punya nama. Tidak bisakah kau memanggil dengan namaku."

"Tidak. Jika aku menyebut namamu, kepalaku tiba-tiba menjadi sangat sakit. Sudah, aku ingin pergi, aku ingin bertemu dengan Chae Yeon, aku sangat merindukannya. Jangan lupa bereskan kamar dan pakaianku juga."

Dia mengambil topi dan maskernya kemudian pergi meninggalkanku begitu saja.

Tidak bisakah kau memikirkan rasa sakitku.




________





"Akhirnya..."Aku merebahkan tubuhku diatas kasur.

Setelah selesai dengan semua pekerjaan yang begitu sangat melelahkan, akhirnya aku bisa beristirahat. Aku memiringkan tubuhku menghadap gambar yang terpampang jelas di dinding kamar ini.

"Hei, Je! Apa yang kau lihat, hah?" Tanganku aku jadikan sebagai penyangga kepalaku. "Kau tahu, aku lebih suka berbicara denganmu. Daripada dengan Jungkook. Maksudku Jungkook yang mempunya emosi dan pola pikir yang selalu berubah-ubah itu."

Aku kembali merebahkan tubuhku menghadap langit-langit kamar ini. Pikiranku tiba-tiba mengingat sosok Jungkook yang dulu. Dia selalu menyanyikan sesuatu untukku setiap hari, dengan senyum yang hanya diberikannya padaku. Tapi sekarang senyum itu bukan milikku tapi Chae Yeon.

Aku rindu Je yang dulu.

"Kenapa dia membawa begitu banyak pakaian kerumah ini, bukankah dia akan lebih sering tinggal di asrama mereka?"

Aku melirik jam yang tergantung pada dinding. "Ini sudah larut. Dimana dia, apa yang harus kulakukan, aku juga tidak mempunyai nomornya. Apa aku menunggunya diruang tengah saja ya?"

Aku terus menggerutu selama aku menunggunya. Tidak. Aku tidak menunggu di ruang tengah, tapi dikamarku. Aku tidak ingin membuatnya menjadi tidak nyaman melihatku untuk pertama kali ketika dia membuka pintu nanti. Bisa dipastikan itu akan menambah tingkat kebencian dan kepercayaannya bahwa aku seorang penggemar gila.

SAVE THE MOMENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang