"Lepas! Hiks..." percuma. Jongin mendorong Sehun itu percuma. Tenaga Sehun kelewat besar untuk tubuhnya yang lemah ini.

"Maaf aku tidak bermaksu-"

"Lepas!! Untuk apa kau memeluk hiks -ku? Hiks.. Lepas!" gerakan Jongin semakin kuat untuk lepas dari rengkuhan suami tampannya tapi tetap saja tidak membuahkan hasil.

"Jongin dengarkan dulu, ak-"

"Kau tidak menyayangiku lagi hiks..."

Sudah. Jongin menangis sejadinya dalam pelukan tubuh tegap Sehun. Menumpahkan liquid berharganya yang mengalir membasahi pipi mulus bak bayinya. Menetes dan terusap piyama Sehun, membuat bahu kiri Sehun yang tertutupi piyamanya basah. Sehun sudah pasti merasakannya.

"Jongin... aku sangat menyayangimu, Astaga. Jangan pernah mengatakan itu tentang ku. Aku sayang- ah ani, aku cinta mati padamu. Maafkan aku," sesal Sehun melihat pujaannya menangis.

Dalam hati Sehun merutuki betapa bodoh dirinya. Belum sehari ia di rumah, masalah sudah muncul akibat ulahnya. Apalagi Jongin sampai menangis begini. Terkadang ia lupa diri, mood jongin pasti selalu berubah setiap saat juga keinginannya yang harus dituruti sebut saja jongin ngidam.

"Hiks pemb-bohong! Sh hiks...."

Pria manis dalam dekapannya masih berjuang untuk menjauhi tubuhnya. Namun, Sehun tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak masih mempertahankan dekapannya. Tak membiarkan sang terkasih menjauh barang se-inchi pun. Lagipula perut Jongin sudah besar mana mungkin ia memeluknya dengan erat. Kasian baby di dalam sana.

"Kenapa, hm? Aku serius, Jongin," tanya Sehun lembut.

Sehun tau. Ia paham. Ia harus mengatur emosinya. Ini bawaan hamil. Sebenarnya ia paling anti disebut pembohong. Heol.

"Kalau hiks kau mencintaiku..." jeda jongin sengaja lalu mengangkat kepalanya. Netra coklatnya menatap telak lawannya, Sehun tidak tega. Mata itu berkaca-kaca, terkadang ada yang berhasil lolos mengalir membentuk sungai yang ditanggapi usapan ibu jari Sehun sebagai penghambat, "... kau-kau mau menemaniku hiks. Hanya menemani, Sehunghss hiks."

Ibu dari calon dua anak ini kembali menangis. Menenggelamkan wajahnya di leher dengan tangannya yang memeluk pinggang sang suami.

"Tapi kau tidak mau," gumam Jongin sebagai lanjutan di sela tangisannya.

Kecupan bertubi-tubi mendarat di pelipis serta kepala Jongin. Sehun terus-terusan menggumamkan maaf berharap itu mampu meredakan tangisan Jongin.

Ayolah, Sehun tahu Jongin tengah ngidam. Ia juga tau jongin sangat suka membaca. Tapi... tidak masuk akal toko buku buka jam segini, memang dipikir penjaganya tidak tidur apa? Lagipula mana ada orang membaca buku dan yang lebih aneh lagi membeli buku di pagi buta. Lebih baik menyelam kealam mimpi daripada harus melemburkan mata juga otak guna membaca beribu-ribu kata tentang apapun itu.

"Jam 10 saja ya?" Tanya Sehun hati-hati saat dirasa Jongin sudah mulai tenang.

Gelengan kepala kembali membuat Sehun mendengus. Namun, dengan perlahan. Ia tidak mau membuat beruangnya menangis lagi.

Adakah toko yang buka 24 jam dan menyediakan segalanya?

Sehun terus bertanya dalam benaknya.

Berpikir.

Berpikir.

Berpikir.

"-coba cari di online shop. Kalau di tokonya langsung sepertinya di sekitar sini tidak ada-"

Pria tampan itu mengernyitkan dahinya sembari mengusap lembut punggung Jongin saat teringat ucapan asistennya.

"Kau yakin? Aku pernah melihat case seperti itu. Coba cari di online shop. Kalau di tokonya langsung sepertinya di sekitar sini tidak ada, apalagi yang seperti itu harus costum tidak ada yang langsung jadi."

Haowen, Daddy, And Mommy! [Hunkai] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang