Beda dengan akad tadi pagi yang memakai kebaya putih.

Ayana melangkahkan kaki keluar kamar tapi tangannya ditahan oleh sheila.

"Ada apa lagi Shel?"

"Bentar....." Sheila menarik tangan Ayana mendekat ke meja rias, Ayana memang tidak mengganti riasannya dengan yang baru dan hanya mempertegas make up akad tadi. Perias pengantin sudah pulang sejak acara akad dimulai, walau kedua orangtuanya asli jawa tapi mereka tak memaksa Ayana menggunakan upacara adat Jawa.

Ayana hanya ingin pernikahan sakral secara agama, tidak ingin bermewah-mewah walaupun ia mampu untuk itu.

Sheila mendudukkannya di kursi meja rias dan mengambil lipstick.

"Eh mau ngapain Shel, tadi udah aku pertegas lipsticknya"

"Iya sebelum lipstik itu berpindah ke bibir suami elo" omel Sheila yang membuat Ayana menatap wajahnya di cermin dan memang lipstick nya sudah memudar akibat kegiatan ciuman dengan Gian tadi. Ayana tersenyum kikuk menyadari hal itu. Sheila memulaskan lipstik kembali pada bibir Ayana.

Keduanya keluar dan mendapati sudah banyak tamu yang datang. Ayana dan Gian tak mengundang banyak orang, hanya orang orang terdekat dan karyawan perusahaan masing masing, dan yang utama adalah keluarga Gian. Maura, Arsya dan kedua anak mereka Alika dan Arlan.

Ayana tersenyum kepada setiap tamu yang ia pandang, ia melihat Maura mendekat padanya dan langsung memeluknya erat.

"Selamat ya Na, sekarang udah sah jadi adik ipar aku"

"Makasih mbak"

Arsya, Alika dan Arlan juga bergantian memeluk Ayana.

"Ini apa apaan main peluk peluk berjamaah" protes Gian di belakang Arsya yang terakhir memeluk Ayana.

"Apaan sih Gi, cemburu ama mas Arsya. Posesif tau nggak" cecar Maura yang di sambut kekehan Ayana dan Sheila

Ayana dan Gian kemudian mendatangi para tamu dan menyapa serta mengucapkan terima kasih sudah memberikan doa restu pada pernikahan mereka berdua.

Keduanya pun menepi mencari tempat duduk karena sudah kelelahan berkeliling menyapa para tamu. Kebanyakan adalah tamu dan kenalan papa dan mamanya, walau baru beberapa bulan tinggal di Yogya, karena wibawanya bapak Abdul Aziz Sastra Raharja memiliki banyak kenalan dan teman baik.

Gian mengambilkan Ayana minum karena dilihatnya, istri tercintanya itu kehausan. Saat kembali Gian melihat Ayana memijit kakinya yang lelah karena berjam-jam berdiri.

"Capek ya sayang?" Tanya Gian menyodorkan minuman kepada Ayana
Dan duduk di samping istrinya itu.

"Lumayan"

Gian menunduk, melepaskan heels yang dipakai Ayana dan meletakkan kaki Ayana dipangkuannya kemudian memijatnya pelan, Ayana terkejut dengan perlakuan Gian itu dan mencoba menurunkan kakinya tapi di tahan oleh Gian.

"Nggak usah mas, jangan....."

"Nggak apa apa sayang, kamu kan capek karena memakai high heels" jawab Gian masih memijat kaki istrinya.

Apa yang dilakukan Gian tak luput dari pandangan mata papa dan mama Ayana yang melihat mereka dari jauh sambil berbincang dengan para tamu. Papa Ayana tersenyum dan merasa ia tak salah memberikan restunya pada Gian untuk menikahi Ayana.

Bu Shafira dan bapak Abdul Aziz Sastra Raharja saling pandang, terharu akan perlakuan menantu mereka pada putri kesayangannya.

Oooo----oooO

Gian masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah disiapkan, sejak resepsi selesai dan Ayana sudah masuk kamar, ia masih ngobrol dengan mertuanya dan juga teman teman dari mertuanya itu. ia melihat Ayana sedang berada di meja rias sedang menghapus make up dan melepas semua aksesoris di rambutnya.

Gian membuka jas yang ia pakai dan meletakkannya sembarangan, di lipatnya lengan kemeja putihnya sampai siku. Ia mendekati istrinya yang sibuk dengan aksesoris rambutnya yang banyak. Gian berdiri di belakang Ayana dan membantu istrinya melepaskan beberapa aksesoris yang tak terjangkau olehnya.

Setelah aksesoris dan penjepit rambut sudah terlepas semua, rambut Ayana tergerai hingga punggungnya. Gian memegang kedua lengan Ayana dan membuatnya berdiri menghadap dirinya. Kini keduanya saling berhadapan, Gian menatap Ayana dari atas sampai bawah, kemudian ke atas lagi membuat Ayana jengah di perhatikan seperti itu.

"Kenapa mas?" Tanya Ayana bingung melihat suaminya memandangnya seperti itu.

Gian membuka kancing kebaya Ayana hingga menyisakan kemben dari kebaya itu, Gian melihat pundak putih  Ayana yang bebas tanpa penutup.

Ayana menutup pundaknya yang terlihat jelas dengan kedua tangannya seperti orang yang kedinginan. Gian memegang kedua tangan itu dan membawanya turun
Dan menggenggamnya Disana, setelah itu Gian segera menghujani istrinya ciuman bertubi tubi dari kening, turun ke dua matanya, turun ke pipi dan berakhir di bibir istrinya, Gian mengecup, mengulum dan menggigit pelan bibir istrinya atas dan bawah bergantian.

Ayana membalas ciuman bertubi-tubi dari suaminya itu karena kini itulah kewajibannya, melayani suami dengan sebaik-baiknya. Gian mulai menurunkan resleting kemben Ayana kemudian menggendong istrinya itu ke atas ranjang untuk menikmati malam pertama mereka.

Ayana terbangun dengan rasa sakit di tubuh bagian bawahnya, ia berusaha duduk tapi tangan Gian melingkari perutnya membuatnya sulit menggerakkan badannya. Ia menyingkap selimut di tubuh mereka  dan terbelalak karena tubuh mereka tidak dilapisi sehelai benangpun. Ia pun kembali menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.

Ia lihat jam dinding menunjukkan pukul 6 pagi, padahal biasanya ia tidak terlambat bangun di pagi hari, Ayana mencoba menyingkirkan tangan Gian dari perutnya tapi Gian semakin mengeratkan pelukannya.

"Mas, aku mau ke kamar mandi" ucap Ayana kembali berusaha menyingkirkan tangan Gian.

Gian membuka matanya dan menatap Ayana yang masih berbaring disebelahnya. Ia lepaskan tangannya dari perut Ayana hingga Ayana bisa beranjak dari tempatnya, masih dengan selimut yang menutupi tubuhnya Ayana mengambil handuk yang ada di meja kamar untuk menutupi tubuhnya kemudian melangkah ke kamar mandi yang untungnya ada di dalam kamar, wajah Ayana meringis merasakan sakit di bagian tubuh bawahnya.

"Kamu kenapa sayang? Sakit? Bagian mana yang sakit?" Tanya Gian bertubi tubi.

Ayana mengangguk

"Apa harus aku jawab bagian mana yang sakit?" Gerutu Ayana karena pertanyaan Gian yang memang Gian tahu jawabannya. Gian terkekeh dengan jawaban istrinya itu dan kemudian bangun dan segera memakai pakaiannya yang berserakan. Gian masuk kamar mandi dan menyiapkan shower air hangat untuk meredakan rasa sakit Ayana.

Gian keluar dari kamar mandi dan mendekati Ayana kemudian menggendong istrinya itu ke kamar mandi dan memandikan istrinya dengan shower air hangat.

"Aku bisa mandi sendiri mas" ucap Ayana yang tersipu malu karena  Gian memandikannya. Dan melihat tubuhnya yang polos tanpa selembar benangpun.

"Jangan, biar aku mandikan biar sakitnya berkurang hemm......"

Ayana hanya menurut karena memang terasa sangat sakit saat ia menggerakkan tubuhnya. Setelah selesai mandi Gian menggendong Ayana dan meletakkannya ke atas ranjang. Gian mengambilkan Ayana baju dan under wear.

"Bisa berpakaian sendiri?" Tanya Gian

Ayana mengangguk masih dengan wajah merona karena malu.

"Ya udah kalau begitu mas mandi dulu ya"

Moker 2 September 2018
L

ynagabrielangga

10.50 PM

CINTA TANPA SYARATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang