Mereka pergi menuntaskan tugasnya. mereka berhasil mengambil uang milik Marcho. Marcho yang berusaha melindungi dirinya dan uangnya jatuh terkulai di jalan karena Luwis menembaknya akibat perlawan yang ia berikan pada mereka. Alhasil Marcho pun tewas ditempat dengan cerdiknya mereka membuat seolah-olah Marcho korban perampokan. Mereka pun menuju perusahaan Devaza.
"Dev ini uangnya dan kami melenyapkan Marcho apa kau menyukainya?" Tanya Luwis.
"Tentu saja lagi pula aku juga sudah tidak membutuhkan dirinya lagi." Jawab Devaza.
"Ouh ya kapan kita akan menjalankan rencana kita untuk melenyapkan Milliarder asal Inggris itu?" Kata Vico.
"Aku telah memikirkannya nanti sore kita akan pergi ke Inggris menggunakan jet pribadi milikku" ujar Devaza.
Apartemen Liza.......
"Liz kau ingin secepat ini meninggalkan Italia apa kau akan menyiakan...." ujar Tania.
"Ya memangnya kenapa. Ibuku menyuruh ku untuk segera pulang setelah menyelesaikan pekerjaan. Kalau kau ingin tetap disini untuk menikmati kota Milan tak masalah aku bisa pergi sendiri" .
"Tidak aku akan ikut bersama mu aku tidak ingin egois dengan menuruti keinginan ku sendiri" balas Tania.
"Terimakasih telah mengerti diriku kau lebih dari seorang asistenku aku menganggapmu sudah seperti kakak ku sendiri" memeluk Tania.
"Aku pun. Aku akan mengikuti keinginan adikku ini" ujar Tania sembari membalas pelukannya.
Mereka keluar apartemen dan menuju bandara. Tak lama kemudian pesawat mereka lepas landas meninggalkan Milan. Di sisi lain Devaza dan teamnya berkemas untuk pergi ke Inggris.
London, Inggris
Lauxhemy mansion....
"Putriku Liza" ucap Ny Lauxhemy yang menghampiri putri semata wayangnya.
"Ibu.. aku merindukanmu" memeluknya dan mencium pipi nya.
"Pasti kau kelelahan kan sayang baiklah ibu akan memanjakan putri ku ini". " Carl tolong bawakan koper putri ku ke kamarnya" tambah Ny Lauxhemy pada kepala mansionnya.
"Ibu mengapa kau lakukan ini semua aku sudah besar. Sekarang akulah yang akan memanjakan ibuku tercinta ini"
"Heii apa yang sedang kalian lakukan" ujar Tn Danny Lauxhemy.
"Ayahh!! Kau baru pulang. Ayah ini sudah ku katakan bahwa ayah tak usah bekerja lagi biarkan para pekerja ayah yang mengurus segalanya ayah istirahatlah dirumah" ujar Liza yang menghampirinya dan memeluknya.
"Ayah masih sanggup mengurus segalanya kau tak perlu khawatir sayang" ujar Danny sambil menciup puncak kepala putrinya.
"Ayah mu ini keras kepala sayang ibu sudah berapa kali memperingatkannya tapi ayahmu tak perduli" ketus Ny Lauxhemy.
"Yasudah kau beristirahatlah pasti kau lelah kan perjalan jauh tadi"."Tidak aku tidak merasa lelah setelah bertemu kalian. Aku ingin jalan2 sebentar nanti malam aku akan kembali. Daah ayah ibu". Melenggang pergi.
Devaza pun sampai di Inggris sore hari mereka mulai mempersiapkan segalanya dengan baik.
Malam harinya......
"ayo berangkat" ujar Max.
"Kenapa kita harus menggunakan penutup wajah tidak seperti biasanya". Ujar Vico sambil memakai penutup wajahnya.
"Aku berfirasat rencana kita tak kan berjalan mulus untuk itu aku mengantisipansinya agar orang tidak mengetahui wajah kita saat rencana kita gagal" ujar Devaza.
"Kau ini cerdik sekali Dev kami saja tidak berfikir sampai situ." Tambah Luwis.
Mereka pun berangkat menuju Luxhemy mansion. Setibanya di mansion mereka langsung menyekap seluruh pelayan dan para penjaga mansion.
"Katakan dimana tuan kalian?" Ujar Luwis sambil mengarahkan pistol pada nya.
"Mereka ada di ruang keluarga tuan" ucap salah satu pelayan.
Mereka menuju ruang keluarga dan langsung menyanderanya.
"Kalian siapa? Apa yang kalian lakukan. Lepaskan kami!" Teriak Ny Lauxhemy.
"Tutup mulutmu wanita tua atau aku akan melenyapkan mu dan suamimu itu" tambah Devaza.
Disisi lain Liza mendapat kan telepon dan membuatnya terkejut ia langsung menancapkan gas mobilnya menuju mansion dengan kecepatan yang sangat tinggi.
"Tunggu aku ayah aku akan meyelamatkan kalian" ucap Liza seraya menangis memikirkan nasib keluarganya seharusnya ia tak meninggalkan keluarganya untuk berjalan-jalan. Sesampaianya di mansion Liza menemui Zero orang kepercayaan keluarganya yang bersembunyi disamping mansion. Zero yang menghubungi Liza tadi.
"Zero dimana ayah ibuku? " ucap Liza.
"Mereka semua ada didalam non aku baru datang dan bersembunyi disini memikirkan cara untuk menyelamatka mereka" ucap Zero.
"Sudah tidak ada waktu lagi Zero aku akan menyelamatkan keluarga ku". Ucap Liza. Namun Zero mecekal lengan Liza menahannya agar tidak gegabah.
"Tenanglah dulu nona kita harus pikirkan resikonya"
"Aku tidak peduli dengan resikonya nyawa orangtua ku dalam bahaya Zero" liza berlari menuju ruang keluarga dan diekori oleh Zero.
Devaza bersiap melayangkan pelurunya pistolnya telah tepat mengarah di depan kepala Danny saat ia akan melepaskan tembakannya seseorang menghalanginya tepat didepan pistol milik Devaza.
"Jagan lakukan itu kumohon" ucap Liza dengan menyatukan tangannya seraya menagis.
"Liza" batin Devaza. "Dugaan ku benar bahwa mereka keluarga Liza untung aku tidak gegabah melesatkan tembakan ku aku tak ingin membuatnya bersedih. "Tambah Devaza.
Devaza menurunkan senjatanya dan Liza membuka matanya. Ia terkejut penjahat itu tak melesatkan tembakannya.
"Kumohon jangan lakukan itu pada keluarga ku mereka orang yang berharga dalam hidupku. Jika kau mau kau bisa melenyapan diriku sebagai gantinya."Pekik Liza seraya menundukkan kepalanya kebawah lantai.
"Dev apa yang kau pikirkan cepat lakukan lalu kita pergi dari sini" ujar Vico yang merasa heran melihat Devaza menurunkan senjatanya itu.
"Aku tak bisa melakukannya" bisiknya pada Vico dan keluar diekori ke tiga sahabatnya yang merasa bingung akan sikap Devaza.
"Nona bangunlah mereka sudah pergi" ujar Zero seraya membantu Liza berdiri.
"Sungguh? Syukurlah terimakasih Tuhan" "ayah ibu" ujar Liza lalu membuka ikatan nya ia menangis melihat keadaan ayahnya yang babak belur. Zero pun langsung menghubungi dokter keluarga untuk memeriksa keadaan tuannya.
"Bagaimana dok keadaan nya" ujar Liza.
"Kau tak perlu khawatir Liza orangtua mu baik-baik saja hanya butuh beberapa hari untuk menyembuhkan lukanya." Jelas Dokter. "Yasudah aku pergi dulu"
Liza tak habis pikir siapa yang berniat membunuh ayahnya. Jika Liza tau siapa pelakunya ia takkan pernah memaafkannya semumur hidupnya.
"Tak kan ku maafkan orang yang telah tega melakukan ini semua pada keluarga ku. Takkan pernah meski ia menyerahkan nyawanya sebagai permintaan maafnya" Tegas Liza.
"Nona apa kau baik-baik saja. Istirahatlah nona aku yang akan menjaganya" ujar Zero.
"Baiklah aku pergi dulu jika kau membutuhkanku kau bisa menemui ku dikamarku" ucap Liza.
Devaza yang baru saja sampai dihotel terus di introgasi sahabatnya bahkan dalam perjalanan menuju hotel tetapi pertanyaan mereka tak dijawab Devaza ia terus melamun. mereka bingung apa yang menyebabkan Devaza melepaskan targetnya begitu saja.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
I the Owner of You [SUDAH TERBIT]
General Fiction| SUDAH TERBIT -- TERSEDIA JUGA VERSI E-BOOK | Open PO di mulai tanggal 22 Januari 2020 Devaza Hildemaro (24 th) pemilik perusahaan property terbesar di Eropa. Wajah tampan, sikap yang dingin melekat pada dirinya. Namun dibalik pemilik perusahaan di...