BAB 13 Kebetulan

Mulai dari awal
                                    

"Enggak, Ayah mbak ingin mbak seperti air zam-zam."

"Kok bisa?"

"Kamu tau nggak kalo air zam-zam itu bisa menetralisir semua racun?"

"Aku malah baru tau barusan dari mbak"

"Seorang peneliti yang beragama lain dari islam, mencoba meneliti tentang keistimewaan air zam-zam. Karena air zam-zam begitu dicari oleh seluruh umat islam, jadi dia sangat penasaran apakah ada sesuatu yang istimewa dari air itu. Ketika dia mulai meneliti, ternyata setiap azan berkumandang, materi dari air zam-zam selalu berubah-ubah. Dan terakhir kali diteliti lagi, ternyata air zam-zam bisa menetralisir zat-zat beracun dari semua racun yang ada di muka bumi ini."

"Benarkah?"

"Ya, kamu bisa mencarinya di berbagai media seperti google atau mesin pencari lainnya. Kamu pasti bisa menemukannya"

"Jadi intinya ayah mbak ingin mbak bisa menetralisir racun?" katanya polos.

Aku tertawa.

"Bukan sayang. Yah, bisa juga sih kayak gitu, tapi bukan itu intinya"

"Oh, aku tau, jadi ayah mbak pengen materi mbak bisa berubah-ubah?"

"Bukan. Benar-benar bukan itu intinya"

"Terus?"

"Ayah mbak pengen mbak bisa menetralisir semua jenis kejahatan di muka bumi ini. Sepuluh tahun terakhir, banyak sekali kejahatan yang terjadi. Bahkan sebelum sepuluh terakhir itu. Penjajahan 3,5 abad lebih, PKI tahun 65, kejadian reformasi tahun 98, perang dunia, perang dingin di mancanegara, pembunuhan ada di mana-mana, korupsi dan masih banyak lagi. Semua butuh penetralisir. Dan pada hakikatnya, semua bentuk penetralisiran itu ada pada sebuah fitrah dari lahir yang memang dimiliki oleh seluruh umat manusia. Agama islam. Ayah mbak hanya ingin mbak bisa menjadi seseorang yang patuh terhadap agama dan bisa menetralisir semua kejahatan."

"Jika mbak nggak bisa, kamu bisa, jika kamu nggak bisa, anak cucumu bisa, dan seterusnya. Sandra, kamu bisa kok melakukannya. Kamu bisa merubah dunia ini menjadi lebih baik. Kita memang tidak saling kenal sebelumnya, tapi mbak yakin, kamulah orangnya karena kamu selalu menanyakan semua yang kamu tidak mengerti" kataku yakin.

Dia terdiam. Dia menunduk.

"Kamu kenapa?"

"Aku terharu mbak. Sampai detik ini, nggak ada sama sekali orang yang mau percaya sama aku. Nggak ada seorangpun yang pernah mengatakan itu sama aku mbak" katanya dengan sikap yang aku yakin, dia tengah berusaha tegar.

"Sandra, mungkin mereka belum bisa melihatmu dengan jelas"

"Nggak ada yang mau melihatku dengan jelas mbak. Mereka selalu mengejekku sebagai anak haram. Apa salah aku dilahirkan mbak? Apa salah aku menjadi anak seorang pelacur? Apa salah mbak? Apa salah aku diberi kehidupan di dunia ini mbak? Aku capek mbak. Aku selalu beribadah di sini supaya mereka tau bahwa aku nggak seperti ibuku. Tapi percuma, mereka selalu menganggapku kutu busuk. Aku capek mbak" katanya.

Matanya berkaca. Dia hanya berusaha menahan tangisan itu. Tidak, dia tidak bisa menahannya. Satu bulir air mata menetes melewati pipinya. Dengan cepat dia mengusapnya. Dia sangat tegar. Perlahan aku merangkulnya. Aku terdiam. Hatiku teriris. Mataku panas. Sungguh, jika aku berada diposisinya saat ini, aku juga pasti sangat menderita.

"Kamu nggak salah. Nggak ada yang perlu disalahkan dari kehidupanmu Sandra. Kamu sangat baik, kamu sangat berbeda dengan orang tuamu, kamu suci, kamu nggak berdosa. Sandra, kamu pasti bisa merubah mind set semua orang di luar sana yang selalu mengejekmu. Jadilah orang yang sangat berpengaruh, Sandra. Kamu nggak boleh putus asa. Kamu harus berusaha keras untuk mewujudkan semua impianmu. Jangan pedulikan mereka yang menghinamu, buatlah mereka mengubah pemikirannya tentangmu suatu hari nanti dan kamu bisa tersenyum dengan bahagia"

"Makasih, mbak. Mbak satu-satunya orang yang mau dekat denganku dan mau mendengarkanku. Mbak, andai saja semua orang seperti mbak, maka semua orang dunia ini tidak akan ada yang jahat. Makasih, mbak. Makasih"

"Kamu sangat kuat Sandra. Jika mbak ada diposisimu saat ini, mungkin mbak tidak akan setegar kamu. Tapi, apa kamu pernah berbicara dengan ibumu tentang semua ini? Misalnya menyuruh ibumu berhenti mencari uang dengan tidak halal?"

Dia melepaskan pelukanku dan kembali mengusap air matanya.

"Aku tidak berani mbak"

Hanya itu yang dia ucapkan. Astaga, aku melupakan sesuatu. Dia pasti sudah menunggu.

"Sandra, mbak pergi dulu ya. Mbak sudah ditunggu seseorang"

Gadis itu mengangguk.

"Jaga dirimu. Kuatkan dirimu. Kamu harus bisa mengatakannya kepada ibumu tentang semua yang menekanmu Sandra. Mbak percaya, kamu pasti bisa menghadapi ini semua. Oh, ya. Ini nomor telepon mbak" aku sambil mengeluarkan kartu namaku di kantongku. Gadis itu menerimanya.

"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan telepon mbak ya?"

"Iya mbak. Makasih."

"Mbak pergi dulu."


You Are My ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang