"Aakh... Gua ngantuk!" pekiknya dengan nada tinggi.
Mulutnya mulai menguap berulang kali. Pikirannya mengajak untuk pulang, namun hati tidak ingin kembali pada penjara itu.
Hari ini... dia di-skorsing selama dua Minggu, oleh pihak sekolah. Dia tidak akan mampu menjelaskan hal ini pada kedua orang tuanya.
Terutama Ayahnya, yang temperamental itu. Bisa-bisa, ia mendapat pukulan lagi.
Pukulan yang kemarin saja belum pulih. Di setiap perbuatan nakalnya, pasti ada ganjaran yang menunggu menimpanya.
Yang menjadi alasan kuat, kenapa ia tidak berani pulang. Membayangkan saja... ia sangat takut, apalagi harus berhadapan.
Gadis ini meraih smartphone-nya, di saku kemeja putih yang ia kenakan.
Jarinya mulai mengetik nama "Kak Acha" di aplikasi chat. Di sentuhnya logo panggilan.
Trut... Trut.... (Terdengar getar dari hpnya)
"Hallo..." dari dalam benda pintar itu, muncul suara parau. Namun gadis ini tidak menanggapi.
"Kenapa, Zel?"
"Izell..."
"Ngga papa, kak. Maaf ganggu!" jawabnya kemudian, dan langsung menutup panggilan.
Dari arah yang jauh, ia seperti mendengar ada kerusuhan, layaknya orang tawuran.
Si putih abu-abu ini, bersegera turun dari halte, melewati JPO, ia pergi dengan berlari sekencang-kencangnya. Namun, berlawan arah dari jalan menuju ke rumahnya.
Dengan napas yang tersegal-segal, ia menyadari sudah berlari cukup jauh. Ia tidak mungkin kembali, karena tawurannya ada di sebrang sana. Kembali, sama saja cari mati.
"Duh... gimana ini?" keluhnya dengan perasaan cemas ketakutan.
"Ngga ada waktu buat berhenti. Jangan sampe ada senjata yang di lempar ke gua" ujarnya lagi, dan segera berlari menghindar.
Sementara ia berlari, tapi pandangannya tetap melihat ke arah tawuran itu berlangsung.
Terdengar suara ban mobil, yang bergesekan dengan aspal, suaranya sangat mengilukan.
Gadis itu menoleh ke depan, dan didapatinya headlamp menyilaukan mata dari sebuah mobil, yang berhenti tepat di depannya.
Refleks, ia menyilangkan kedua tangan untuk menghalangi cahaya itu.
Turunlah seorang lelaki dari dalam mobil, ia berlari pelan, menarik gadis ini kedalam mobilnya.
"Kamu baik-baik saja?" tanya lelaki itu kemudian.
"Baik kok!" jawab gadis itu, dengan detak jantung yang berdebar-debar.
"Di-di-di depan sana, ada yang tawuran," tutur si putih abu-abu ini dengan menunjuk ke depan.
Tapi sang lelaki tidak menunjukkan raut percaya, karena ia tidak melihat apa-apa di depan.
"Kalau kamu tidak apa-apa, sekarang turunlah. Bergabung dengan teman-temanmu di sana," seru lelaki itu, membuat gadis ini kebingungan.
"Gue sendirian, gue ngga ada teman! Gue lari dari sana, karena ada tawuran."
"Tidak! Ini taktik biasa yang digunakan kebanyakan wanita malam," balas lelaki itu dengan yakin.
"Wanita malam? mana ada wanita malam!"
Gadis ini menjadi sedikit geram, karena lelaki yang berbicara kepadanya telah salah paham. Ia terdiam sebentar, dan mengamati daerah yang ia lewati dari balik kaca mobil.
"Jembatan genit?" batinnya terkejut.
"Saya mohon keluarlah!" titah lelaki itu dengan menyatukan tangannya.
"Nggak-nggak! Eng... nama gue Kania, gue.... "
"Saya ngga mau tau nama kamu, atau yang lainnya. Saya cuma mau, kamu keluar dari mobil saya!" potong lelaki itu dengan tegas, membuat gadis yang bernama Kania menjadi resah, tidak tahu harus bagaimana.
"Aduh... Kamu salah paham! Gue siswi SMU yang ketinggalan bis. Pas gue mau pulang, ternyata ada tawuran di sana. Jadi gue lari ke sini. Gue bukan wanita malam!" jelas Kania dengan gerak-gerik yang setara dengan omongannya.
"Lagian mana ada, wanita malam pakai seragam SMA," gerutu Kania dengan kesal.
"Di ujung ada, mungkin mereka cosplay." Begitulah jawaban dari lelaki di samping Kania, tentu saja ini membuat Kania menjadi marah.
Ia berusaha mengontrol emosinya, ditahannya tangan yang mengkepal untuk menonjok.
Dari arah depan terdengarlah suara riuh, rusuh sekumpulan orang yang saling melempar batu, kian mendekat.
Mereka berdua membulatkan mata dengan sempurna lalu beradu pandang.
"AAAAKHH..." teriakan kompak mereka akhirnya terdengar juga.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■✨✨✨
✨
KAMU SEDANG MEMBACA
SILUET DI BAWAH HUJAN
Teen FictionKau tak harus berubah demi cinta mu. Karena cinta menerima apa adanya, bukan dengan syarat. Itulah sesuatu yang sederhana, namun dalam maknanya. Kau tak harus menuruti semua kata cinta, kalau tak ingin buta karena cinta. Cinta mu itu berharga maka t...
Prolog
Mulai dari awal