"Maaf. Maafkan aku, Yang. Aku tahu aku salah, aku membohongi kamu. Tapi sumpah demi apapun, cintaku benar-benar hanya untuk kamu, Yang. Tapi aku juga butuh Dinda buat membahagiakan kamu. Aku harap kamu mengerti. Aku nggak bisa melepaskan Dinda begitu saja. Maafkan aku." Robby menangkap kedua tangan Meisye yang memukuli dadanya dan beralih memeluknya erat. Ia tahu amarah Meisye terpatik kembali dengan ucapannya tadi hingga membuat wanita dipelukannya itu memberontak tak terima. Namun apalah daya Robby. Dinda dan Meisye dua orang yang tidak bisa ia tinggalkan. Dinda yang merupakan penyokong kehidupannya, sementara Meisye pemilik hatinya. Ia tidak bisa memilih keduanya saat ini. Katakanlah ia serakah karena menginginkan Dinda dan Meisye secara bersamaan. Namun ia sungguh tidak bisa memilih satu diantara mereka. Keduanya memiliki porsi tersendiri di atas planing kehidupan Robby. Ia tidak ingin imbas dari pilihannya yang salah, membuat kehidupan dan masa depannya menjadi suram. Cukup ia kehilangan kepercayaan dari Tiwi, ia tidak ingin menambah deretan permasalahan lagi di kehidupannya.
"Maksud kamu apa, Mas? Kamu tetap memilih dia, begitu?" Meisye memberontak di dalam pelukan Robby. Ia pikir, dengan ia menangis, ia mampu membuat Robby iba dan kembali memilihnya. Sayang, ternyata ia kembali salah menyimpulkan perilaku Robby.
"Aku ingin kamu tetap bersamaku, Mei. Apapun yang terjadi. Aku akan merayu Dinda untuk tidak menceraikanku. Aku..."
"Gila kamu, Mas! Kamu pikir aku mau jadi istri kedua kamu? Aku mau kita sah, Mas! Udah cukup kamu perlakukan aku sebagai wanita simpanan selama ini. Aku nggak mau menjadi istri kedua kamu. Ceraikan Dinda! Aku mohon, Mas, kita bangun semuanya dari awal. Aku udah maafin kesalahan kamu. Asal kamu.."
"Aku yang nggak bisa, Mei. Aku butuh Dinda buat kehidupan kita. Aku akan merayu dia. Tokh selama ini pernikahan aku sama dia nggak berlandaskan cinta. Aku akan menawarkan kerja sama saling menguntungkan antara aku sama dia. Aku janji, aku hanya minta pernikahan di atas kertas saja. Aku akan bebaskan dia menjalin hubungan dengan orang lain atau apapun itu, asalkan aku tetap menjadi suaminya yang bisa bekerja diperusahaannya dan menikahi kamu. Aku yakin, Dinda pasti mengabulkannya, Mei. Mertuaku sangat menyayangiku. Dinda nggak akan bisa menceraikanku kalau nggak mau jantung ayahnya kumat seperti dulu lagi. Percaya aku, Mei. Aku cinta sama kamu. Ya? Kamu mau kan, jadi istri keduaku?"
Meisye menatap tajam Robby. Batinnya berperang kuat. Bagaimana bisa Robby berkata begitu mudah tentang poligami, sementara dirinya tidak ingin diduakan?
"Aku nggak mau. Lebih baik kita akhiri saja sampai di sini, Mas. Aku nggak mau diduakan. Lagipula, kalau mertua kamu tahu bahwa kamu sudah menduakan, mentigakan atau memberapapun anaknya, aku yakin, mereka akan bertindak. Orangtua mana yang ingin melihat anaknya dipoligami seperti itu, Mas? Sekarang lebih baik kamu pilih aku atau Dinda. Kalau kamu pilih aku, lepaskan Dinda. Tapi kalau kamu memilih dia, maka lepaskan aku, Mas. Aku nggak mau menerima kamu lagi. Hatiku udah terluka parah. Udah cukup kamu membohongiku selama ini. Kalau aku juga harus menerima keinginan kamu dengan menduakan aku, aku rasa aku nggak akan sanggup. Lebih baik aku yang pergi."
"Lalu aku harus gimana Mei?!" bentak Robby kalut. "Aku cinta sama kamu. Tapi aku juga butuh uang Dinda! Kamu ngerti nggak sih?!"
"Cinta? Cinta apa yang mensyaratkan pasangannya untuk berhubungan selain dengan dirinya sendiri, Mas? Nggak! Aku nggak bisa menerima keinginanmu itu. Aku belum cukup gila untuk menerima kamu menjadi suamiku kalau kamu belum menceraikan Dinda! Kenapa kamu nggak memikirkan aku, Mas? Coba kalau posisi kita ditukar, apa kamu mau untuk aku duakan?" tanya Meisye tanpa berkedip. Ia menatap Robby dengan harapan yang mulai memudar. "Aku nggak apa-apa hidup susah, Mas. Asalkan itu sama kamu, aku nggak apa-apa. Itu udah cukup buatku."
Robby tertawa mengejek. "Kamu mau hidup susah sama aku? Omong kosong! Kalau kamu mau hidup susah, nggak akan kamu meninggalkan Benny dan anak-anak kamu segampang ini, Mei. Udahlah, kita sama-sama tahu, kamu dan aku itu sama. Kita sama-sama nggak bisa hidup hanya dengan cinta saja. Kita juga butuh uang buat hidup."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Happy Family [Completed]
General FictionDi usia yang memasuki masa senjanya, Benny Hariadi Pratama harus mendapati kenyataan bahwa keluarganya perlahan hancur berantakan. Anak-anaknya yang baik mendadak berubah jauh dari harapannya. Gio anak pertama yang seharusnya jadi panutan adik-adik...
Mundur
Mulai dari awal