Jemala Dunia

19 0 0
                                    


"Hidup memang absurd"

Tumi telah berkeliling kurang lebih 6 putaran jogging track. Di kosaparu, jogging track yang cukup rindang di tengah kota yang gersang, Kota Ini.

Berlari sambil berdendang, mendengar dengan perangkat jemala putih yang telah berubah warna jadi ada polkadot hitam, di sepanjang bentang kabelnya. Tumi terus berlari.

"Belum 6km , belum 60 menit!!" ujar hatinya tak gentar

Tumi terus berlari dengan kecepatan konstan , tak berubah sejak awal.

Meski kakinya telah melangkah sejauh hampir 10km, tanpa terasa, dari rumahnya.

Saat menjelang tiba kembali ke sisi start jogging trek, Tumi mulai berlari mengencangkan laju.

"Gaari."

Dalam pikirnya.

Gaari duduk di taman kanak-kanak yang terletak di samping lap lari. Duduk diatas jungkat jungkit bagian tengah-tengah. Sesekali berdiri, dan mencoba menapakkan kakinya di atas jungkat jungkit itu. Berjalan ke depan, kembali berbalik arah berjalan ke bagian belakang. Berjalan menyamping, ke kanan, ke kiri.

"Balance. Balance. Balance. Membuat gerak tubuh dan alam jadi seimbang" bisik Tumi, ngawur, ditengah larinya yang terengah.

Lagu dalam perangkat jemalanya masih terus bergulir. Memicu semangat. Meski hatinya heran dan sedikit kesal, teman berlarinya susah sekali diajak lari. Malah sibuk bermain jungkat jungkit keseimbangan.

"Dunia takkan jadi seimbang hanya karena kamu main jungkat-jungkit!" serapah Tumi dalam hati

Tumi berlari semakin melambat, hendak menggapai teman larinya.

"Gaari! Ayo lariiiii" teriak Tumi, dengan ceria.

Gaari tersenyum manis sekali. Tersenyum dengan yakin, membalas ogah dengan mantap, sambil mengibaskan poni rambutnya dan membenarkan kacamatanya yang merosot di atas hidungnya yang mirip perosotan.

Lagu yang sedang nge-hype di telinga dan pikir Tumi saat itu membawa aura ceria rautnya. Rasanya ingin ia tularkan ke seluruh dunia. Tapi sayang perangkat jemala kan hanya ada dua buah, satu pasang.

Makna liriknya, dendang iramanya, falsafah katanya, semua mencurahkan semangat disekujur hati Tumi.

Tumi tahu, curah kebaikan ini harus ia curahkan pada dunia.

"Dunia? Dunia yang mana?" pikir Tumi.

Dunia Tumi terlalu banyak sisinya, hingga tak hingga, itulah yang membuat dunia Tumi selalu berputar dalam porosnya. Bulat sempurna.

Tumi tahu,

kemana

ke dunia mana yang harus ia bagi, saat itu.

"Berbagilah dengan yang dekat, sebelum kau beri yang jauh" letup-letup pikirannya berkata demikian.

Gaari? Mungkin ia bagian dari sisi-sisi dunia. derajat terdekat.

Tumi pun melepas satu sisi perangkat jemala pada telinganya.

Melambatkan laju lari, berniat berhenti di depan jungkat-jungkit. Memasangkan sebelah perangkat di telinga Gaari dengan de-kat.

Sementara itu, ia lihat perangkat jemalanya; berkeringat, Tumi menilik dan seketika mengernyit.

"Iyuwhh"

Semakin dekat dengan maksut, hati Tumi semakin menguncup, berbunga.

Membayangkan bersatunya dua sudut dunia. satu sisi ada disini, sisi lain dunianya disana. 100meter lagi.. Tumi terengah.

Satu jentikan jari, hati dan ingatan Tumi terhenyak.

Tumi sadar bahwa dunia berputar sangat kencang, tak henti. Hingga tak terasa. putarnya.

Suatu sebab mengapa ia masih bisa memijak tanah. Ditarik bumi dan gravitasi. Tak berterbangan seperti anai — anai.

Oh pemutar Dunia, sungguh baik adanya..

Masih Ia beri kesempatan, untuk Tumi, meneruskan guna Dunianya pada Dunia.

Detik itu, detak jantungnya berbalik arah dalam syukur. Dalam kenyarisan dosa yang berpendar.

Shall i stay,Would it be a sin,But I can't help....Fallin in love with ...my (own) another side of the world.

Tumi tahu, ia harus segera berlari lagi untuk...

"Belum 60 menit! Belum 6 km!" teriaknya pada Gaari yang tengah tersenyum ke arahnya menyambut. Tumi berlari kencang, berbelok arah dan tak kembali.

...untuk berlari menemukan sisi dari inti Dunianya. Ini bukan. Tumi berlari sambil menyilangkan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya.

Tumi melihat Gaari dari kejauhan yang masih tengah bermain-main sendirian di atas jungkat-jungkit dan terjerembap jatuh ke tanah. Tumi terkekeh namun sedih.

"lucu sekali Gaari.. poni dan kuncir rambutnya"

**

"Hidup memang absurd" ucap Gaari yang tertelungkup diatas tanah. Rambut birunya pun kusut penuh debu.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Nov 06, 2018 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Jemala DuniaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora