"Ibu mau?" tawar Dara.

"Ah enggak, nak. Kamu makan aja." Yuni pergi ke dapur untuk mengambil piring dan juga sendok untuk Dara serta tak lupa untuk mengambil air minum. "Nih piring, sendok dan airnya."

"Terimakasih, bu. Sudah ngerepotin."

"Iya, gak apa-apa."

"Makan gih habis itu minum susu."

"Iya, bu."

"Gak usah panggil ibu, panggil aja mamah seperti Nattan."

"Iya, bu. Eh maksudnya mamah." Dara meralat perkataannya.

Yuni dengan setianya menemani Dara sampai menghabiskan makananya. Yuni tersenyum saat melihat istri Nattan yang berumur jauh lebih muda dan juga pikirannya sangat dewasa jika dibandingkan anaknya.

Dara mendongakkan kepalanya merasa aneh diperhatikan ibu oleh mertuanya seperti itu. Dara menyudahi makananya dan langsung minum air di depannya.

"Loh? Kok gak dihabisin makananya?"

"Dara sudah kenyang, mah."

"Ya, udah kalo gitu kamu tunggu dk sini dulu, mamah mau buatin susu untuk kamu."

"Et. Gak usah, mah! Biar Dara sendiri aja yang buat susunya."

"Udah, gak apa-apa." Yuni mengusap rambut Dara lalu pergi ke dapur untuk membuat susu untuknya. Karena ini kehamilan Dara yang pertama, maka ia akan memperlakukan Dara seperti putrinya sendiri.

"Nih susunya, dihabisin ya?" Yuni menaruh segelas susu dihadapan Dara.

"Terimakasih, mah."

"Sama-sama, di minum ya."

Dara langsung meminumnya dan menghabiskannya langsung. Dara mengusap sudut bibirnya dari sisa minumanya. "Mah. Dara naik dulu ya?" pamit Dara.

"Iya, gelasnya gak usah di bawa biar mamah aja yang naru ke belakang." Dara mengganguk patuh lalu beranjak dari duduknya dan naik ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Dara melihat Nattan sudah tertidur dengan pakaian kerja yang masih melekat di tubuhnya.

Dara menutup pintu kamarnya dan membuka kaos kaki Nattan, Dara tak berani untuk membuka kemejanya, ia takut Nattan akan marah kepadanya karena ia telah lancang membuka bajunya. Dara menarik selimut hingga sampai dadanya lalu pergi ke dapur untuk membantu menyiapkan makan malam.

"Loh kok turun?"

"Iya, mah. Mas Nattan lagi tidur,"

"Malam ini mau masak apa, mah?"

"Masak ikan asin sama sambal aja, umupung suasananya lagi dingin-dingin gini enak makan ikan asin."

"Kalo Dara gak suka ikan asin bisa go food aja,"

"Engak mah. Dara makan ini aja." sebenarnya ia belum pernah mencoba makan asin dengan sambal tapi karena mertuanya hanya masak itu jadi ia harus mencobanya.

Nattan terbangun dari tidurnya karena mencium ikan asin dari bawah kamarnya. Nattan menjuntaikan kakinya lalu keluar dari kamarnya. Ia sungguh tak sabaran lagi ingin memakan ikan asin dengan nasi yang masih hangat.

"Kamu sudah bangun, mas?" tanya Dara saat melihat Nattan turun dari kamarnya.

"Kalo sudah tau kenapa masih tanya;" ucap ketus Nattan lalu duduk di kursi.

Dara menyesali perkataanya. Tak seharusnya ia bertanya seperti itu.

Dara di bantu oleh mertuanya untuk menghidangkan makan malam.

"Cuma ini aja menu makananya?" Tanya Nattan.

"Iya" jawab Yuni.

"Terus Dara makan apa?" tanya Nattan.

Second Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang