5. Hari Ke Enam Dan Akhir

Mulai dari awal
                                    

Hidup yang di impikan Viza adalah mengajar musik dan dia menikah dengan Pangeran yang mencintainya kelak. Kehidupan seperti itulah yang akan dia jalani kelak. Meski sampai sekarang belum ada satupun Pangeran sungguhan yang mendekatinya meski Viza sudah sering berkenalan dengan beberapa Pangeran yang tampan saat acara kerajaan.
Bukan karena para Pangeran itu tidak terpikat akan kecantikan Viza, hanya saja mereka terlalu takut dengan Akhtar ayahnya.

"Kau bahagia nona?" Viza mengangguk, dan tiba-tiba ponselnya berdering. Viza sedikit menjauh dari Banu untuk mengangkat panggilan itu.

"Ya hallo aunty."

"Viza....... Kamu dimana dan dengan siapa?"

Viza mulai bingung dengan pertanyaan tante-nya ini.

"Ya di Bali–lah, udah mau pulang baru ditanya. Sibuk banget ya aunty? Aku sama tour guide yang tante kirimkan untukku."

"Viza kamu yakin dia tour guide yang aunty suruh buat ajak kamu keliling Bali? Angga telpon tante katanya dia gak ketemu kamu di Bandara. Dihubungi juga kamu gak bisa. Ini aunty dapat nomor kamu hasil dari menguntit media sosial kamu."

Viza melihat Banu yang sedang melemparkan batuan kearah pantai. Ya ampun apa mungkin selama ini dia salah mengira kalau orang yang bersamanya ini adalah tour guidenya? Tapi kenapa juga pria itu tidak mengatakan yang sejujurnya.

"Viza kamu dengar aunty?"

"Apa ibunda dan ayahanda tahu hal ini aunty?"

"Tentu tidak, aunty juga tidak mahu ayah kamu mengamuk kepadaku karena kasih kamu ide ini. Tapi kamu baik-baik aja kan?"

"Ya aunty, tour guide nya juga baik banget."

"Baiklah, kalau kamu pulang beri tahu aunty. "

"Besok aunty, besok Viza kembali ke Wieldburg."

Viza tidak lagi mendengar apa yang dikatakan aunty–nya itu. Dia mematikan sambungan telpon, tidak tahu apa yang akan dia katakan kepada orang yang sudah seminggu ini menemaninya.
Pria itu tersenyum melihat Viza yang mendekat. Dia menarik tangan Viza bermain air disana, senyuman masih setia menghiasi wajah tampan pria itu.
Viza mencoba tersenyum dengan tingkah konyol Banu yang menyiramkan air ke tubuhnya, Viza juga tak mau kalah dengan itu semua dia ikut menyiram Banu dengan air. Ombak pantai yang mengenai mereka seakan adalah permainan yang sangat seru bagi keduanya. Banu mengangkat tubuh Viza dan memutarnya, Viza tertawa lepas begitu juga Banu.

Jika memang dia melakukan kesalahan, maka biarkanlah kesalahannya ini memberikannya kenangan yang sangat indah seperti saat ini.

Itulah yang dipikirkan Viza, matanya terpejam saat Banu mencium bibirnya lembut. Viza tidak diam seperti sebelumnya, dia membalas ciuman itu. Viza tahu ini kesalahan, tapi kesalahan ini membuat hatinya berbunga-bunga dan Viza tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Setidaknya kelak ada kenangan indah yang akan dia ceritakan kepada anak ataupun cucunya.

Banu hanya diam melihat wajah Viza setelah ciuman mereka berakhir. Di tatapnya wajah Viza yang tersenyum, Banu yakin jika Viza mulai menyukai dirinya seperti dia yang juga menyukai wanita ini.
Lihat Viza merapatkan tubuhnya dan mengajak Banu berjalan ke tepian pantai.

"Kita mau kemana?" tanya Banu tak ingin membuat suasana menjadi canggung. Dia mengikuti semua permainan yang dia dan Viza ciptakan. Tanpa mengatakan saling menyukai ataupun memiliki ikatan, mereka berperan layaknya sepasang kekasih yang dimabuk asmara.

"Kamar," kata kamar dari Viza membuat Banu membayangkan hal-hal yang sedari awal ingin dia lakukan kepada wanita seksi disebelahnya ini. Apalagi dress putih yang dipakai Viza sudah basah membuat Banu bisa melihat jelas bentuk di dalam Viza yang menerawang.

"Singkirkan pikiran kotor mu itu oke. Aku ingin istirahat, bukan mau melakukan hal aneh-aneh."
Banu tertawa kencang, lalu menggendong Viza menuju kamar mereka. Wajah Viza merona dan Banu tahu hal itu.

"Maafkan aku," kata Viza terlihat tak enak.

"Kenapa? Kau tidak berat?" Viza mendengus membuat Banu kembali tersenyum bahagia melihat wajah kesal yang sangat menggodanya itu.

"Pokoknya maafkan sikap ku selama ini kepada kamu."
Banu mengangguk, lalu dia menurunkan Viza didepan pintu kamar wanita itu.

"Bener nih gak diajak masuk?"
tanya Banu mencoba berusaha melakukan godaannya. Viza mencubit perut Banu lalu memeluk tubuh Banu tiba-tiba. Banu sampai bingung dengan sikap Viza.

"Makasih ya... buat semuanya." Viza melepaskan pelukannya lalu memegang wajah Banu dengan keberanian yang sangat jarang terjadi. Dikecupnya bibir Banu lagi, hanya Viza yang tahu apa yang akan terjadi besok pagi. Sementara Banu tidak tahu apa kejutan yang dia dapatkan besok pagi.
Banu merapatkan tubuh Viza dan menahan tengkuk wanita itu, Banu tahu Viza tidak mahir berciuman, mungkin ini yang pertama bagi Viza dan dia menyukai hal itu. Mereka melepaskan ciuman itu saat keduanya sudah kehabisan nafas, Banu tersenyum begitu juga Viza.

"Sudah sana, bye... Ehm.. Bang Angga."
Banu tertawa dan mengacak rambut Viza. Banu punya rencana besok, dan dia yakin akan semua itu.
Viza menutup pintu kamarnya, lalu bersandar sebentar untuk menenangkan detak jantung akibat ciuman yang dia lakukan tadi.

Setelah itu Viza mengemasi barang-barangnya dan mempersiapkan kepulangan. Setelah selesai dia mandi dengan secepat kilat, dia tahu Banu tidak akan mencarinya lagi setelah ini. Pria itu tidak tahu apapun tentang dia bukan, bahkan nama saja pria itu tidak pernah tanya. Selesai mandi Viza menuliskan sebuah surat untuk Banu, dia berharap Banu mengerti dan memaafkan semua kesalahannya yang dari awal sudah mengira dia tour guide.

Awalnya dia juga merasa tidak yakin pria tampan, postur tubuh tinggi tegap, dan memiliki sorot mata yang tajam itu seorang pemandu wisata. Sekarang terbukti, pria itu adalah orang asing.

Bersambung......

Semoga kalian suka ya. Vote dan koment menentukan kapan akan di up lagi...

😂😂🙏🙏🙏🙏🙏

My Tour Guide [VERSI LENGKAP ADA DI Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang