35. Pelarian

Mulai dari awal
                                    

"Aku bahkan tidak percaya jika aku berhasil masuk saat Yang Mulia sedang rapat. Dan tentunya beliau tidak tahu jika aku mendatangimu," lanjutnya.

Langkah kaki Antonius maju satu langkah mendekatinya, membuat Calista mundur dan semakin waspada. Ia tidak boleh lengah. Tangan Antonius dengan kurang ajar menyentuh pundak Calista, dengan gerakan reflek Calista mengayun pisau dalam genggamannya ke pipi Antonius, membuat pria itu langsung melepaskan tangannya dari pundak Calista.

Wajah pria itu memerah dan meringis kesakitan. Tangannya menutup pipinya. Selagi pria itu sedikit menunduk kesakitan, Calista menjauh. Ada darah pekat mengalir dari pipinya.

Langkah Calista mendekati sebuah lemari dengan gerakan waspada, tangannya terus mengenggam erat pisau kecil itu, berharap benda itu bisa menyelamatkannya.

Antonius meringis lagi. "Ternyata kau cukup berbahaya juga. Persis seperti rumor yang kudengar."

Saat Antonius memindahkan tangan, terlihat luka melintang yang cukup dalam dan darah terus saja mengalir.

Calista terkekeh dengan keras, mengubah sikapnya menjadi angkuh. Sekarang, ia yang akan berkuasa!

"Tentu saja. Seperti yang kau dengar, itulah aku dan sebaiknya kau tidak perlu main-main denganku atau menyentuhku!"

Antonius memerhatikan Calista saat gadis itu mengambil sebuah jubah tidur berwarna biru dongker, dan memakainya menutupi tubuh rampingnya yang cukup kebesaran.

Antonius terkekeh ia juga menghampiri Calista. "Seharusnya kau tak perlu memakai baru kebesaran Yang Mulia. Nanti beliau akan marah."

Calita tidak peduli ucapan Antonius. Ia mengikat tali ke pinggangnya. Pisau yang berada di tangannya, ia genggam erat. Calista berbalik ke arah Antonius.

"Mari kita bertaruh, siapa yang menang bisa mengabulkan permintaan si pemenang." tantang Calista dengan seringainya.

Antonius terlihat tertarik bahkan pria itu terlihat tak marah setelah Calista melukai pipinya. Ia malah sangat tertarik dengan apa yang Calista katakan. Tangannya meraih sapu tangan dan dengan meringis tertahan pria itu membersihkan luka di pipi.

"Jadi kita harus apa?" Antonius maju satu langkah, menantang Calista kembali.

Calista meletakkan pisau di atas meja terdekat. "Bertarung tanpa senjata denganku. Yang kalah harus menuruti yang menang."

Antonius tertawa meremehkan. "Aku tidak bisa bertarung dengan wanita, Nona."

Mendengar jawaban Antonius, Calista mendengus. Detik itu juga, Calista menyerang Antonius yang bahkan tak menghindar saat Calista meninju perutnya. Pukulannya cukup keras membuat Antonius kesakitan.

"Aku sudah bilang. Kau bertarung denganku," tekan Calista. Ia tampak marah. Karena dalam pikiran Calista ia harus secepatnya pergi dari tempat ini. Dan tidak boleh membuang waktu di sini.

Antonius mengeram, lalu berdecih. Sepertinya dia terlalu meremehkan Putri Calista dari Gardenia. Gadis itu tangguh dan pemberani. Apalagi gadis itu sendiri yang mengatakan jika menang akan dikabulkan permintaanya. Maka akan sangat sempurna bila ia meminta Calista memuaskan hasrat yang sudah ia tahan sedari tadi.

Calista—gadis yang sempurna untuk melakukan itu. Namun, tatapan tajam gadis itu seakan mengatakan ia adalah ular yang paling berbisa. Pendiam tapi cepat. Cantik tapi berbahaya dan licik.

Antonius maju. Ia menyerang Calista, meninju wajah gadis itu, tapi hindaran Calista lebih cepat dari perkiraannya. Ia melihat Calista pindah dengan cepat, lalu memukul tekuk leher Antonius membuat lelaki itu seketika tersungkur ke lantai.

Destiny of the Flora [REVISI❤️] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang