Part 3

24 6 0
                                    


Triiiiiiingg Triiiiiiingg Triiiiingg.......

Bel tanda jam istirahat berbunyi. Semua siswa langsung membereskan peralatan mereka dan langsung keluar untuk mengisi perut yang sudah berteriak minta diisi. "Cel, kantin yuk." Ajak Tiara yang sudah berdiri. Celyn masih sibuk memasukkan buku-bukunya sebagian ke dalam laci. Celyn mengangguk.

"Kuy, kantin. laper nih perut gue. Ga bisa fokus pas belajar tadi." Kinar menyahut sambil cengengesan.

"Halah. Laper ga laper lo tuh emang ngga pernah fokus waktu belajar." Celetuk Adel. Yang mengundang tawa Celyn dan Tiara. Sedangkan Kinar hanya mencebikkan bibirnya sebal.

Saat mereka berempat berjalan menyusuri koridor, semua mata menatap kearah mereka. Tepatnya kearah Celyn yang berada di tengah. Ekspresi takjub dari para lelaki dan ekspresi yang entah apa maksudnya dari para perempuan yang sudah memiliki pacar. Mungkin mereka takut lelakinya berpaling? Entahlah. Celyn tak mengambil pusing hal itu.

"Heran deh gue sama anak-anak di sini, kayak baru liat kecantikan gue aja. Gitu banget natepnya." Ucap Tiara santai.

"NAJIS LO MONYET." Seru Adel dan Kinar bersamaan. Celyn hanya terkekeh melihat ketiga teman barunya itu. Tidak mau berdebat. Tiara hanya diam. Tidak menanggapi. Sesampainya di kantin, mereka memilih duduk di bangku yang dekat dengan mbak Biyah. Si penjual cireng dan makanan lainnya. Walaupun sekolah mereka tergolong sekolah elit. Namun makanan disana tidak semua serba mewah. Masih tetap ada penjual makanan biasa.

"Cel. Lo anak orang kaya kan? Traktir kita ya." ujar Kinar santai.

"Gila lo ya? tau malu dikit dong. Kek ngga punya duit aja." Ceplos Adel.

"Tau tuh. Lo ngutang aja di kasih kok sama Mbak Biyah." Sahut Tiara. Adel yang mendengar itu menatapnya sambil mengangkat sebelah alisnya. "Kalo minta traktir yang berkelas dong! Jangan makanan kantin kek gini." Lanjut Tiara. Adel memutar matanya malas. Ia pikir Tiara sependapat dengannya untuk tidak meminta kepada Celyn. Tapi ternyata dugaannya salah.

"Yaudah, terserah kalian mau makan apa. Nanti aku yang bayar. Tapi anggap ini sebagai salam kenal dari aku ya. Jangan anggap ini karena aku orang kaya." Celyn angkat bicara. Kinar dan Tiara pun sumringah. "Serius?" tanya mereka bersamaan. Celyn mengangguk sebagai jawaban. Tiara dan Kinar pun langsung melesat menuju antrian.

"Adel ngga mau pesen juga?" Celyn bingung karena Adel masih tetap tinggal. Adel menggeleng sebagai jawaban.

"Ngga, gue bayar sendiri aja nanti. Sekarang lo mau pesen apa? Biar gue pesenin sekalian." Tanya Adel. Dari ketiga teman barunya yang waras hanyalah Adel.

"Aku ngga tau makanan di sini ada apa aja. Jadi samain aja sama kamu ya." jawab Celyn. Adel mengangguk dan berlalu pergi.

Celyn memang tidak tau makanan yang biasa di jual di kantin sekolah ini. Karena biasanya saat di Daegu dulu. Ketika memasuki kantin maka akan langsung berbaris dan mengambil makanan yang sudah disediakan. Semua murid akan memakan makanan yang sama. Tanpa keluar uang dan tanpa pesan terlebih dahulu. Namun di sini berbeda. Banyak penjual makanan. Dan semua siswa yang ingin makan harus memesan makanan sendiri dan membayar menggunakan uang saku mereka.

Celyn duduk sendiri di bangku kantin itu. Menunggu teman-temannya sembari mengamati keadaan di sekitar. Ia melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. Pukul 12 siang. Mungkin sekarang di Daegu sudah menunjukkan pukul 2 siang.

Celyn menghela napas. Ia rindu dengan suasana kantin di Daegu. Ia rindu semua tentang Daegu. Celyn memutar-mutar ponsel di tangannya dengan pandangan kosong lurus kedepan. Samar-samar Celyn mendengar bisikan-bisikan anak-anak yang sedang makan di kantin.

AstrophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang