"Tapi itu sem—"

"Duduk!"

Baiklah, kurasa Jaemin sedang sakit. Biasanya dia akan memarahiku jika aku terlalu dekat dengannya dan sekarang dia yang meminta sendiri. Tidak mau mengambil pusing, perlahan aku mendudukkan pantatku di sampingnya.

Sudah kubilang, ini memang sempit dan tubuhku benar-benar menempel dengan Jaemin. Hanya bersentuhan sedikit dengannya sudah membuat jantungku bekerja dua kali lipat.

Aku merasa Jaemin terus saja memperhatikanku. Aku tidak berani menoleh sama sekali dan seketika tubuhku menegang.

"Lee Seeyan, tatap aku."

Suaranya tegas dan sedikit membuatku takut. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menatapnya.

Mata kami bertemu.

Sedikit aneh bagiku karena ini baru pertama kalinya aku melihat tatapan mata Jaemin yang berbeda, sayu.

Ditatap terus seperti itu juga membuatku tidak tahan. Hawa panas semakin menjadi apalagi sekarang pandangan Jaemin beralih, dia hanya diam dan menatap leherku yang masih penuh dengan... ah sudahlah, kalian pasti tau.

Reflek aku menutupinya dengan tanganku dan aku rasa Jaemin mengerti.

"Kenapa kau menutupinya? aku yang membuatnya..." ucap Jaemin menganggantung sambil masih melirik leherku, sekilas, karena Jaemin kembali menatap mataku. Jujur saja, tubuhku sudah gemetar.

"Kau tidak ke sekolah karena itu?"

Sudah tau jawabannya untuk apa bertanya lagi??!

Ingin sekali aku mengatakan itu di depannya tapi lagi-lagi nyaliku ciut, aku hanya menunduk dan menganggukan kepalaku pelan.

Aku bisa merasakan Jaemin menghembuskan nafasnya, dan aku masih belum mau mengangkat kepalaku.

Saat aku sibuk dengan pikiranku sendiri dalam keheningan, aku sedikit tersentak merasakan tangan Jaemin yang dingin tiba-tiba menyentuh tanganku. Perlahan aku mulai mendongak dan menatapnya yang sedang menatapku intens. Jantungku berdebar lebih kencang. Aku tau apa yang dilakukan Jaemin, dia ingin menyingkirkan tanganku yang menutupi bekas kemerahan di leherku. Buktinya sekarang leherku terlihat jelas dan tanganku sudah digenggam erat oleh Jaemin.

"Jangan ditutupi, aku suka seperti ini." Jaemin mengucapkannya dengan suara rendah dan berat. Eskpresinya datar namun menggambarkan sesuatu. Entahlah, yang jelas aku merasa ini bukan hal baik.

"S-sebentar, aku akan membawakanmu minuman." buru-buru aku berdiri. Mengalihakan suasana dan perasaanku yang jika kubiarkan akan semakin menjadi. Aku takut tidak bisa mengendalikannya dan menimbulkan hal yang tidak-tidak.

Tapi sebelum itu...

Jaemin sudah lebih dulu menarikku sampai aku terduduk kembali dan dia langsung menempelkan bibirnya pada bibirku. Sangat tiba-tiba dan aku tidak tau harus bagaimana.

Ini pertama kali bagiku. Selama menjalin hubungan baru kali ini Jaemin menciumku.

Aku masih diam, mataku terbuka lebar. Sedangkan Jaemin sudah menutup matanya dan menggerakan bibirnya di atas bibirku. Dia melakukannya dengan lembut.

Awalnya aku hanya diam tapi karena terbuai dengan permainannya aku mulai menggerakan bibirku untuk mengimbanginya.

Jaemin menggerakan bibirnya perlahan tanpa ada kesan menuntut. Jujur aku menikmatinya. Dia melakukannya seolah-olah tidak ingin menyakitiku sedikit saja dan aku suka Jaemin yang lembut seperti ini.

2# Don't Recall [Jaemin NCT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang