Bagian Dua Belas

Mulai dari awal
                                    

"Aduh ya maaf banget ya gue lagi dirumahnya Arif, Lo gak usah cemburu ya cemburu Lo jelek, bye!."

***

Jam 7 malam Rara masih juga berada di rumah Arif, duduk kaku diruang makan bersama ibu Arif dan Arif.

"Rara Rara, kenapa si kamu nolak jadi jodoh Arif?" Ucap ibu Arif.

"Mah!" Sahut Arif agar ibunya tak membicarakan tentang hal ini.

"Udah deh Rif kamu diem, mamah cuma menasihati Rara agar dia sadar kalo kamu itu sempurna," sungguh Rara ingin sekali menghilang saat ini juga dari rumah ini, namun sayang Rara bukan Doraemon yang menghilang begitu saja.

Tok tok!

"Tante buka pintu dulu ya Rara," ibu Arif pergi keruang tamu.

"Siapa ya?"

Seorang laki-laki dengan topi dan jaket hitam menghadap membelakangi pintu.

"Selamat malam ibu, saya supir Rara harus menjemput Rara," ucap laki-laki itu.

"Emang ya ibu Rara bener bener, ya sudah saya panggilin Rara dulu."

***

"Haha sumpah ngakak banget, gue kira supir gue beneran," Rara tertawa didalam mobil yang dilajui oleh Arya.

Mereka kini sedang dalam perjalanan pulang, Arya yang tak terima kekasihnya berada didalam rumah cowok lain ia harus menjemput Rara dengan cara menyamar sebagai supir Rara.

"Lo kok bisa nyamar jadi supir?"

"Iya lah kan gue aktor Indonesia tertampan," Arya dengan jari-jarinya yang menyisir jambulnya.

"Lo kenapa bisa maen dirumah Arif?"

"Tadi siang gue kerja kelompok, waktu gue mau pulang ibunya Arif narik gue buat maen."

"Terus Lo gak nolak gitu?" Arya dengan nada cemburu.

"Ya mana bisa gue ditarik ya, Dita juga pergi duluan."

Arif mengangguk paham, beberapa menit keadaan hening, hanya suara mobil yang berlalu lalang disana.

"Lo kalo dibully Ziva lawan kek," Arya memecahkan keheningan.

"Kok?"

"Gue tau dari Fian sama Satya, Ziva emang bener bener udah ngelunjak."

"Ya jangan apa-apain kak Ziva yah?" Rara menatap Arya, dengan penuh harap agar semuanya tidak dibesar-besarkan.

"Ziva kalo gak ada perlawanan gak bakal dia berhenti ngebully Lo Ra."

"Ya.." Rara dengan suara parau.

Arya melirik pada Rara karena suara Rara sungguh tidak enak didengar barusan, "Ra Lo nangis? Yah jangan nangis dong."

"Gue gak-

"Nanti gue beliin es krim deh."

Rara mempukul lengan Arya dengan kencang, "ish gue gak nangis!"

"Awh sakit Ra, terus kalo Lo gak nangis kenapa suara Lo gitu?"

"Gue belum minum waktu tadi makan dirumah Arif."

"Yaampun Rara kenapa Lo gak bilang," Arya menghentikan mobilnya, "gue beliin minum dulu ya."

Arya turun dari mobil lalu membeli minum diwarung pinggir jalan, Rara melihat Arya yang sedang membeli minuman ntah kenapa air matanya jatuh begitu saja.

Rara sungguh tidak tau apa yang sedang ia rasakan, air matanya kini kian terus menetes tak bisa ia hentikan. Arya yang sedang berjalan menuju mobil, membuat Rara cepat-cepat sebisa mungkin menghilangkan air mata itu.

"Kalo nangis ya nangis aja, ngak usah ditahan," ucap Arya sambil memberikan Ari mineral.

"Gue gak-

"Gak nangis? Ra Ra gue bukan bocah yang bisa Lo tipu," Arya menatap pekat Rara, "nangis nangis aja gak usah ditahan, pundak gue ada pake aja."

"Arya gue gak tau kenapa gue nangis."

"Kalo boleh jujur gue gak suka Lo nangis Ra."

"Kenapa?"

"Jelek."

Rara memukuli lengan kiri Arya dengan kesal, "ish nyebelin!"

"Denger ya Ra, gue gak akan rela ada yang buat Lo nangis," ucapnya dengan nada serius, "gue gak akan segan-segan ngelakuin apapun buat orang yang udah buat Lo nangis."

"Kenapa?"

"Ya gue gak rela air mata Lo jatuh gitu aja."

"Kalo Lo yang buat gue nangis gimana?"

"Gue pergi."

_________

YES! AKHIRNYA PART INI SELESAAAAI JUGA, SETELAH SEKIAN LAMA TIDAK UP LAGI.

GIMANA PART INI?

SEMOGA SUKA YA, TETAP STAY TERUS YA!

OH IYA, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA DAN MAAF SEKALI BANYAK TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA YA.

THANKS FOR READING ❣️

RARYA [Dongeng Malam Hari]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang