Nabila menunduk dan menghembuskan nafas berat lalu kembali menatap Hasan dengan senyum yang dia paksakan sebisa mungkin.

"Ayo kembali ke kelas," ajak Nabila yang lebih dulu berbalik dan berjalan mendahului Hasan.

"Aku tau semuanya memang sudah berubah, tapi bisakah kamu jangan terus tertutup sama aku?" 

Nabila menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya. Lorong yang sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi membuat mereka semakin terdiam dengan pemikiran masing-masing. Nabila yang terdiam kaku tanpa bisa menjawab pertanyaan Hasan dan Hasan yang menunggu reaksi Nabila saat dia meminta Nabila agar tetap terbuka seperti dulu padanya.

"Aku cuma mau penjelasan dari kamu. Sesakit apapun kenyataannya nanti, aku akan terima karena itulah kenyataan yang kamu katakan. Tapi, aku nggak akan bisa terima saat itu semua dikatakan oleh orang lain," ungkap Hasan sambil menatap punggung Nabila.

"Sudah bel, aku mau masuk dulu," ucap Nabila akhirnya setelah lama terdiam, lalu kembali melangkah.

Hasan hanya tersenyum kecut melihat sikap Nabila yang seperti itu. Dia tidak mengerti mengapa Nabila begitu tertutup padanya tentang hal yang terjadi setelah dia pergi. Dia hanya ingin sebuah penjelasan dari Nabila, bukan dari orang lain.

-TSD-

Selama jam pelajaran berlangsung, tak satupun yang bisa Nabila pahami. Semuanya seperti angin yang hanya lewat saja di otaknya. Bahkan sampai jam pelajaran selesai pun dia masih tetap melamun. Untung saja Pak Heru tidak menyadarinya.

Pikirannya dipenuhi oleh sosok Hasan dan Hasan, dia tidak bisa berhenti memikirkan laki-laki itu. Hati dan pikirannya terus berdebat untuk menjelaskan semuanya pada Hasan, namun disisi lain dia juga takut Hasan akan menjauhinya saat laki-laki itu tau semuanya.

'BRAK'

Yulia menggebrak keras meja Nabila sehingga seisi kelas dibuat terkejut dengan sikap Yulia tersebut. Semua mata memandangnya penuh tanda tanya begitupun Nabila yang terperanjat karena kaget. 

"Yulia apaan sih?! Jangan bikin orang jantungan deh ya!" omel Nindi yang berada dibelakang meja Yulia dan Nabila.

"Maksud Kak Hasan apa mukulin pacar gue sampai babak belur, hah?!" sentak Yulia pada Nabila, dia tidak memperdulikan apapun karena matanya hanya tertuju pada Nabila.

"Jawab!" bentak Yulia berapi-api melihat sikap Nabila yang hanya diam saja.

Nabila hanya menghela nafas pelan lalu beralih menatap Yulia. "Menurut lo, apa Hasan bakal mukulin orang yang nggak gangguin dia?"

"Maksud lo apaan, hah?! Lo nyalahin pacar gue?" Lagi-lagi Yulia membentaknya, terlihat sekali raut marahnya disana.

Nabila bangkit berdiri dan menatap Yulia dengan tatapan jengah. Dia paling tidak suka saat sedang badmood justru dibuat semakin badmood. Beberapa hari ini moodnya benar-benar memburuk semenjak bertemu dengan Rian.

"Jangan terlalu percaya sama orang yang baru lo kenal, Yul. Selama lo cuma kenal dia dari luar, lo jangan cepat menyimpulkan penilaian lo tentang orang tersebut."

"Gue tanya kenapa Kak Hasan mukulin Rian sampai babak belur, bukan mau denger ceramah lo!" 

"Ya lo ngapain tanya sama gue? Tanya aja sama pacar lo langsung!" Nabila menyentak balik, lama-lama dia juga ikut kesal pada sikap Yulia.

The Sphere Destiny (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang