BAB 18 - Reformasi Hidup

Mulai dari awal
                                    

"Anak Mami udah jadi sarjana."

"Gak kerasa ya, perasaan baru kemaren bolak-balik bidan buat imunisasi."

"Papi, itu udah lama banget."

Mereka tertawa bahagia di hari yang bahagia. Beberapa menit yang lalu, Gisya sempat berpapasan dengan Vita dan Billo. Gisya hanya tersenyum kecil kemudian berlalu, tak ingin merusak momen bahagianya.

"Dek, liat deh ke belakang." ucap Papi Gisya seraya melepaskan pelukan. Gisya kemudian menoleh dan senyumnya terpancar indah melihat dua orang yang memakai pakaian berwarna senada dan membawa buket bunga.

"Nata, Johan. Kalian--" Gisya belum menyelesaikan kalimatnya karena Nata dan Johan menyambar lebih dulu.

"Happy graduation." ucap Nata dan Johan bersamaan.

Gisya tak bisa lagi menyembunyikan tawa bahagianya. Gisya memeluk erat Nata dan Johan bergantian.

"Makasih ya, dan maaf karena pas wisuda kalian, gue gak datang." ucap Gisya.

"Gak apa-apa."

"Asal pas pernikahan kita, lo datang ya?" ucap Johan lirih.

Gisya membulatkan mata "Serius?"

Nata tersenyum kemudian mengangguk.

"Ih dasar, gak cerita."

"Ya masa kita cerita di hari berkabung lo sih." ucap Johan.

"Johan." tegur Nata ketika mendengar Johan mengungkit hal yang beberapa hari kemarin diceritakan oleh Gisya melalui telepon.

"Lo tuh kalo ngomong gak baca situasi ya? Gue lagi bahagia gini." ucap Gisya seraya menarik rambut Johan.

Hal itu mengundang gelak tawa mereka, hanya Johan yang mengaduh kesal. "Padahal gue udah ke salon dari minggu lalu."

"Ngapain? Kerja di salon?"

"Dandan lah."

"Eh udah-udah. Mending kita foto dulu."

"Bener kata Papi. Lumayan fotonya buat pamer di Instagram kalo gue punya sahabat lulusan luar negeri."

Mereka tertawa. Kemudian adalah kilat kamera untuk mengabadikan momen, membuat perjalanan cerita untuk masa depan. Gisya. Perempuan itu tertawa setiap kali Nata dan Johan merangkulnya erat.

Merekapun mengambil gambar selfi dengan gaya yang berbeda-beda. Gisya berada di tengah antara Nata dan Johan yang merangkul erat. Ketika sedang melihat hasil foto mereka seraya tertawa, suara Mami Gisya terdengar,

"Gisya."

Gisya menoleh kemudian tawanya memudar melihat dua orang yang kini berjalan mendekat. Berbeda dengan Nata dan Johan yang wajahnya berubah tak bersahabat. Sesampainya di hadapan Gisya, mereka hendak mengucapkan sesuatu namun Johan segera menyambar.

"Ngapain lo nyamperin Gisya?"

"Jo, gue minta maaf."

"Bangsat lo." Johan sudah menarik kerah baju Billo dan siap melayangkan pukulan namun Nata dan Gisya menahannya.

"Jo, tahan." ucap Gisya.

"Kalo bukan karena hari ini hari terbaik Gisya, gue gak akan segan hancurin muka lo di sini Bill."

"Johan, udah." ucap Nata seraya menggenggam lengan Johan.

Johan melepaskan cengramannya kemudian menghela napasnya. Merasakan genggaman tangan Nata membuat Johan sedikit tenang. Bagaimana ia tidak marah mengingat Gisya bercerita dengan sesegukan dan sekarang ia melihat langsung pelakunya yang tak segan berdampingan dengan perempuan yang tak lain adalah sahabat Gisya selama di London.

After INTUISI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang