"Detektif? Keren!" ujar Tina kagum.
"Saya mengundang Anda sekalian untuk memberi kabar penting, bahwa korban—Tuan Bambus—meninggal dunia bukan disebabkan oleh kecelakaan tetapi pembunuhan."
Mereka tercengang dengan perkataan Aris. Semua mata memancarkan rasa keinginan tahuan. Misteri dari kematian Bambus akan segera menuju klimaksnya.
"Agar penjelasan saya bisa dipahami untuk semua pihak, akan saya jelaskan dari malam kejadian—sebelum kedatangan Tuan Bambus."
--0--
Aris menjelaskan kejadian yang terjadi tempo hari. Dia menjelaskan apa yang dia lakukan bersama Cony dan Pak Jatro. Dari bagian mereka mengerjakan tugas, pergi makan malam, hingga kejadian utama yang membuat kepanikan di tempat naas itu. Semua orang mendengarkannya dengan serius. Para polisi yang menjaga juga tidak mau ketinggalan.
"Keesokan harinya, saya kembali ke TKP untuk mencari petunjuk yang mungkin tertinggal—"
"Tunggu sebentar. Anda masuk ke TKP tanpa minta izin dengan kami?" potong si penyidik yang duduk di samping Aris.
"Iya, tapi aku kan sudah minta izin setelah masuk. Jadi, amankan? Oke, lanjut," Aris berpaling dari Pak penyidik yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Di TKP, saya menemukan 4 hal yang mencurigakan. Pertama, daya ledakan yang dihasilkan. Saya sudah biasa menangani kasus kebakaran, dan bagi saya, daya ledakan yang terjadi saat malam itu terlalu besar bila disebabkan adanya arus pendek listrik. Kenapa saya bilang seperti itu? Sang pemilik rumah memiliki kompor listrik, bukan gas. Selain itu tidak ada barang yang akan menyebabkan ledakan hingga membuat kebakaran besar di ruangan belakang. Kecuali ... memang ada 'sesuatu yang menjadi sumbernya."
"Kedua, saya menemukan beberapa serpihan plastik atau semacam karung rajut. Entah bagaimana caranya bisa tersisa, mungkin dikarenakan benda tersebut berada di dekat sumber ledakan—atau benda tersebutlah yang membungkusnya," Aris menunjukkan foto yang dia ambil di dapur, terlihat potongan-potongan tulisan di atasnya.
"Setelah saya telusuri, ternyata tulisannya adalah 'Tepung Terigu 100% murni' dan saya mendengar dari kesaksian Pak Jatro bahwa beberapa hari sebelum kejadian, nyonya Mela mendapatkan kiriman tepung terigu dari orang tak dikenal. Pak Jatro, berapa banyak karung yang diberikan?"
"Mmm ... lima karung ji," ucap Pak Jatro sambil menunjukkan kelima jarinya.
"Bagi saya, itu sudah cukup untuk membuat benda tersebut menjadi bahan peledak," kata Aris sambil tersenyum miring.
"Tidak mungkin ... tunggu, jangan bilang Aris itu seperti—" ucap Cony yang akhirnya dibalas anggukkan Aris.
"Teori luas permukaan. Semakin luas permukaan maka semakin besar pula partikel-partikel untuk bereaksi. Mungkin bisa saya jelaskan lebih mudahnya, semakin kecil ukuran suatu zat maka akan semakin mudah larut dalam air. Contohnya, bongkahan gula dengan gula pasir, jika saya masukkan ke dalam air biasa tanpa diaduk, yang mana akan lebih cepat larut?"
"Gula pasir, kan?" tebak Lucas.
"Tepat sekali. Hal ini tidak hanya berlaku dengan air, bisa juga dengan udara maupun api. Jadi, alat pembunuhannya adalah tepung terigu." Masih belum bisa mencerna penjelasan Aris, semua orang langsung berdiskusi dengan orang di sebelahnya tentang benda yang tidak disangka-sangka menjadi bom yang memporak-porandakan dapur dan ruang makan.
"Artinya, sang pelaku yang mengirimkan tepung terigu ke rumah ini. Dan dia pula yang menyulut api pada malam itu. Sekarang, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana caranya pelaku masuk dan bisa keluar tanpa saya dan Cony curigai? Nah, inilah yang ketiga. Kesalahan terbesar pelaku, yaitu ... pelaku lupa menghilangkan jejak kakinya di balik semak-semak di halaman belakang."
Cony spontan berdiri dari kursinya, "Ada orang lain di sana! Sejak kapan?" Cony benar-benar tidak percaya bahwa selama malam mengerikan itu ada seseorang yang mengawasi mereka diam-diam.
"Menurut prediksiku, dia baru bersembunyi setelah kebakaran terjadi. Jejak kakinya tidak terlalu dalam. Syukurlah tanahnya masih agak basah karena Pak Jatro selalu menyiraminya tiap sore, bukan begitu?" Aris menoleh ke arah Pak Jatro yang langsung mengangguk mantap.
"Selain itu, saya sudah melakukan interogasi kepada para tamu yang ada di sini. Mungkin Anda sekalian tidak menyangka bahwa selama bersama saya, saya sedang merekam semua kesaksian Anda," Aris langsung memperlihatkan list rekaman suara ponselnya, lengkap dengan nama para saksi.
Mereka tertegun melihat namanya masuk ke dalam list tersebut. Lucas terlihat berkeringat dingin. Wajah Zizy mulai pucat walau mukanya ditutupi make up yang tebal. Tina menggigit bibirnya yang tipis sedangkan Pak Jatro tidak henti-hentinya menghentakkan kakinya di lantai.
"Dan kalian tahu apa yang membuat kalian dicurigai sebagai pelaku? Karena ada pernyataan yang telah menjadi kesalahan kedua, yang malah mendekatkan saya kepada sang pelaku. Pelakunya adalah ...."
<><><><><>
WARNING!
Part berikutnya adalah part terakhir untuk kasus Ignis. Silahkan yang ingin menebak siapa pelaku, motif, alat pembunuhan dan keganjilan yang ada di dalam kasus ini.
Menurut kalian, bagaimana bisa Bambus mati? Adakah yang berbohong selama interogasi? Ada yang sudah bisa tebak? Koment di bawah yang mau nebak. Dan tolong jangan lihat dulu ke part berikutnya. 😉
Lanjut, saya perkenalkan terlebih dahulu karakter di kasus ini. (Walau udah telat banget 😅)
Korban, Bambus (Bambusa sp.) yang artinya bambu.
Pacar Cony plus partner Bambus, Tina (Tinospora tuberculata) yang artinya brotowali.
Si aktris papan atas, Zizy (Zizypus jujuba) yang artinya bidara.
Produser Belu-Belai, Lucas (Leucas lavandulaefolia) yang artinya daun setan.
Pak satpam yang ternyata orang Makassar tulen, Jatro (Jatropa curcas) yang artinya jarak pagar.
Dan ibu Cony, Mela (Melaleuca leucadendra) yang artinya kayu putih.
Ok, segitu aja perkenalan tokohnya. Maaf kalau semakin lama ceritaku mulai banyak salah atau mulai gaje, ternyata sulit menulis tiap hari. 😂
Jangan lupa vote dan koment! Kalian lah yang telah memberiku kekuatan untuk terus menulis hingga titik ini. Sampai jumpa di penutup kasus Ignis. 😁
[13/2/2019]
KAMU SEDANG MEMBACA
Pharma.con ✔
Mystery / Thriller[TAMAT - Revisi 1 Done] Di gedung kantor sebuah perusahaan finansial, sekretaris bernama Vini meninggal akibat sesak napas serta tidak ditemukan adanya tanda-tanda perlawanan. Ada lima orang yang dicurigai dalam kasus tersebut. Tifa, seorang mahasis...
Ignis - Part 7
Mulai dari awal