Rasanya, baru kemarin aku dan Rifqie masih sama-sama mengenakan seragam sekolah. Dan sekarang?
Kami mengenakan baju yang sama. Baju pengantin.
Deg,
Rasanya sesak napas mengingat waktu yang terus berputar.
"Halo pengantin.. Wah cantiknya bidadari syurga. Adem banget liatnya. Woy! Masih ngelamun aja. Senyum dong!" ujar Putri mengejutkanku.
"apasih Put. Aku nggak ngelamun" bantahku
"hmm, deg deg an ya..."
"apaan sih. Nggak. Udah ah sana sana. Huss" usirku karena salah tingkah.
"cieee cieee salting.. Huu breathless bukk " godanya lagi.
Aku berdiri dan mendorongnya keluar.
"keluar duh,, ngeselin banget sih jadi orang" keluhku.
Setelah berhasil menutup pintu, aku masih mendengar tawa Putri yang amat menyebalkan.
Aku kembali duduk di depan meja rias. Aku memandangi wajahku yang terpoles make up. Aku hampir tak mengenali wajahku sendiri. Aku benar benar merasakan yang namanya gugup kali ini.
Rasanya lebih menegangkan daripada sidang skripsi. Padahal bukan aku yang mengucap akad. Eh?
Wajahku terasa panas kala mengingat kata akad.
"Fariza. Okay. Bismillah. Slowly, please, keep calm. You can do it" aku bermonolog ria untuk meredakan kegugupan yang tiba-tiba melanda.
Aku kembali menatap ruangan di sekelilingku. Harumnya bunga mawar semerbak menghiasi kamar ini. Hingga tak sengaja mataku bersibobrok dengan sebuah foto yang terbingkai apik di atas nakas. Refleks, aku menahan napas.
Tatapan ku berubah menjadi nanar. Rista.
Dulu,
Kami sama-sama merencanakan sebuah masa depan. Bahkan pernikahan pun tak luput dari perencanaan.
Rista, yang selalu antusias mengatakan "aku bakal buatin gaun pengantin spesial buat kamu. Dan saat itu tiba, gak akan ada yang bisa berkutik liat kamu. Aku janji"
Tak sadar, air mataku merembes mengalir dan membentuk jalan di pipiku.
"kemana kamu bawa janji kamu Ris?" lirihku pedih
Aku menangis terisak seraya mendekap foto bersama ku dengan Rista. Hanya satu yang kupinta. Ya Allah, kembalikan Rista untukku.
Hanya itu.
Dan itu adalah kado terindah untukku.
Manusia hanya bisa berencana. Tapi Tuhan yang menentukan.
Tugas makhluk hanya berusaha, ikhtiar, doa dan akhirnya tawakkal.
Ia sudah melakukan itu. Tapi Rista masih sama.
Ingatanku mengabur, lantas membayang pada kejadian seminggu yan lalu.
-----------
16.41 WIB,
Rumah Rista.Kala undangan itu ia genggam erat di tangannya. Ia berusaha berani untuk mengantarkannya pada Rista.
Sekalipun diusir atau tidak ditemui oleh Rista, ia akan terima. Yang penting undangan ini sampai di tangan Rista.
Bagaimanapun, Ia akan selalu menganggap Rista sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Berjuang & Menyerah [SUDAH TERBIT] (REPOST)
Spiritual[SUDAH TERBIT] ✔️ (REPOST) #1 dalam Azahra (10/03/20) #1 dalam khimar (20/01/20) #1 dalam Ghayda (28/01/20) #1 dalam anauhibbuki (28/01/20) #2 dalam fillah (20/01/20) #2 dalam azahra (20/01/20) #3 dalam dengki (28/01/20) #33 dalam diam (08/11/19) da...
24. breathless🎯
Mulai dari awal