"Taa kamu ngapain?" tanya seseorang yang melihat Renata berjongkok dibelakang pohon .

Renata menoleh cepat. "Eh kak Angga"

Renata langsung berdiri sembari membersihkan rok abu-abunya yang kotor terkena debu. Sekalian mengalihkan agar Angga tak curiga maksudnya.

"Kamu ngapain di situ?" tanya Angga.

"E-eh anuu.. i-ini tadi ada kucing eek sembarangan nggak dikubur, jadi aku bantuin ngubur!" jawab Renata seadanya, sebisa mungkin ia menutupi kegugupannya.

"Kamu ini aneh-aneh aja Taa" ucap Angga tertawa sembari mengacak-acak puncak kepala Renata.

"Kak aku mau ke kelas dulu" ucap Renata yang langsung melangkahkan kakinya dari tempat tersebut, tujuannya hanya ingin menghindari Angga. Namun baru beberapa langkah, Angga menahannya.

"Kamu kenapa sih sekarang?" tanya Angga.

"Nggak papa kak" jawab Renata sembari mencoba melepaskan tangan Angga.

"Setelah kamu jadi pacar Devan kamu jadi berubah ya Taa" ucap Angga.

"Kak" ucap Renata yang sudah berhasil melepaskan tangan Angga.

"Jangan pernah salahin kak Devan. Salahin aja diri kak Angga" ucap Renata lalu meninggalkan Angga.

Dari kejauhan Renata mendengar Angga yang terus memanggil namanya, namun Renata sama sekali tidak menggubrisnya.

"Yaelah manggil ae terus, berharap banget ya kalo gue berhenti, trus lo nyamperin gue gitu? Lo kira ini drama korea !" batin Renata.

Sakit, itulah yang ia rasakan saat melihat Devan dan Dhieke duduk berdua, entah apa yang sedang mereka obrolkan, tetapi terlihat sangat penting.

Renata terus berjalan, kali ini ia ingin pergi ke belakang sekolah, tempat yang dulu pernah ia kunjungi bersama Devan.

Renata duduk di kursi panjang yang ada di pinggir lapangan tersebut. Ia sebisa mungkin mengontrol pernafasannya sambil memejamkan mata, dan merasakan semilir angin yang membuatnya menjadi lebih tenang. Namun saat Renata membuka kedua matanya, tak sengaja dari kejauhan sorot matanya menangkap seorang yang tak asing baginya.

"Loh Igo sama Ve ngapain berduaan di situ?" gumam Renata menyipitkan kedua matanya.

Tanpa pikir panjang Renata berdiri dan berniat menghampiri mereka. Namun, baru beberapa langkah Renata berjalan, Renata merasakan ada yang menarik pergelangan tangannya. Renata pun menoleh, dan betapa terkejutnya ia, karna mendapati sosok Devan yang menarik tangannya.

"Udah biarin, kita duduk dulu aku mau ngomong sama kamu" ajak Devan.

"Mau ngomong apa kak?" tanya Renata sambil duduk di samping Devan.

"Eh sebentar sebelum kak Devan ngomong, aku mau tanya dulu" ucap Renata sambil menutup mulut Devan menggunakan telunjuknya.

"Tanya apa?" tanya Devan sembari melepaskan jemari Renata yang tadinya menutup mulutnya.

"Pertama, kenapa kak Devan semalem keliatan nggak mood gitu? kedua, kenapa fotonya kak Dhieke masih ada di hp kak Devan, ketiga tadi kak Devan ngapain berduaan sama kak Dhieke?" tanya Renata tanpa jeda.

"Apa sebenernya kak Devan masih suka sama kak Dhieke? lalu aku ini dianggep kak Devan sebagai apa?" tanya Renata kali ini dengan nada sedikit serak.

Devan menoleh menatap mata Renata dengan serius, tampak jelas kedua mata Renata berkaca-kaca, namun Renata masih terlihat kuat untuk menahan.

"Aku akan jawab semua pertanyaan kamu taa" ucap Devan mengusap lembut puncak kepala Renata.

"Jujur semalem aku nggak mood gara-gara ada temen lama kamu, sebisa mungkin aku nahan, tapi selang beberapa menit malah Dhieke komen di ig kamu dan sok care sama hubungan kita aku gak suka, terus pertanyaan yang kedua aku gak tau kalo masih ada foto Dhieke di hpku, setelah ini bakal aku hapus kok. Terus pertanyaanmu yang ke tiga tadi aku cuman bilang ke dia kalo gausah ikut campur sama hubunganku dan gausah sok care udah gitu aja " jawab Devan panjang lebar.

"Dan yang terakhir aku udah nggak ada perasaan apapun ke Dhieke, sama sekali. Cuma kamu sekarang yang ada, kamu adalah pacarku, aku sayang kamu Renata maaf kalo aku udah buat kamu kepikiran terus" ucap Devan sambil menyeka air mata Renata yang baru saja menetes.

"Aku yang harusnya minta maaf, aku masih gak bisa ngertiin kamu kak" balas Renata sambil menyeka air matanya yang sedari tadi tidak dapat ia tahan.

"Udah berenti nangisnya, Renata yang aku kenal nggak nangisan" ucap Devan.

"Ternyata kalo kamu nangis jelek banget yaa" ejek Devan.

Hal tersebut sontak membuat Renata mengerucutkan bibirnya dan memukul pelan lengan Devan. Devan berhasil membuat Renata berhenti menangis meskipun malah membuat Renata marah dan memukulinya, setidaknya ia tidak melihat perempuan yang ia sayangi menangis lagi.

"Eh kamu tau nggak Igo sama Ve ngapain di sana" ucap Devan sambil menunjuk ke arah Igo dan Ve yang berada jauh dari mereka berdua.

"Enggak taulah, tadinya aku mau kesana eh malah kamu cegah" gerutu Renata.

"Mereka itu lagi deket Ta, tebakanku sih mungkin sekarang Igo mau nembak Ve" bisik Devan tapat di telinga kiri Renata.

Setelah mendengar bisikan dari Devan, Renata melongo tak percaya apa yang baru saja Devan katakan.

"Gausah bohong deh, orang Ve aja nggak pernah cerita sama aku" ucap Renata tak percaya.

"Aku tau sendiri Ta, pas aku sama Reyhan nggak sengaja buka hpnya Igo, Igo aja juga nggak cerita ke aku" balas Devan.

"Ngapain juga sih mereka diem-dieman gak mau jujur aja" sahut Renata sambil memayunkan bibirnya.

"Udah gausah diurusin, ayo balik ke kelas, aku anter kamu" ucap Devan dan mendapat anggukan semangat dari Renata.

"Eh tapi udah agak lega kan?" tanya Devan.














Jangan lupa tetep Vote and Comment❤️

Strange Girl  ✔️(Revisi)Where stories live. Discover now