Mondy memegang kedua pundak Raya dengan keras. Membuat Raya sedikit kesakitan.
"Ray! Gua ini suami lo! Gak seharusnya lo nyuruh gua ngejar cewek lain!" Ucap Mondy. Dengan kata-kata ini, Raya dibuat diam sekaligus kaget.
"Biarin aja dia pergi. Dia bukan urusan gua lagi." sambung Mondy."Tapi.. bukannya lo cinta sama Megan?" Tanya Raya pelan.
"Iya mungkin gue cinta sama dia. Tapi, gua sadar gua ini punya istri. Gua milih buat belajar jadi suami yang baik buat lo." ucap Mondy.
"Tapi..kenapa?" Tanya Raya pelan.
"Ray. Kalau gue terus-terusan sama Megan, mau sampai kapan gue sama dia? Sampai orang tua kita tau lalu mereka sedih? Nggak,Ray. Gue milih buat lupain Megan dari pada bikin mereka kecewa." jawab Mondy. Raya kaget namun bingung dengan apa yang dia ucapkan. Mengapa Mondy lebih memilih Raya yang bahkan Mondy saja selalu debat dengan Raya dibandingkan dengan Megan? Orang yang dicintai Mondy sesungguhnya.
Mondy melepaskan tangannya dari pundak Raya. Lalu memegang tangan Raya.
"Udah. Mending kita ke dalam." ucap Mondy. Tanpa menunggu jawaban dari Raya, ia menarik Raya agar masuk kembali kedalam....
"Lho?? Bukannya tadi kalian berantem?" Tanya Melly.
"Sekarang pegangan tangan buset dah." ucap Iyan.
"Kapan baikannya udah pegangan tangan aja." ucap Cindy.
"Dasar pasangan labil." ucap Oky.
Melihat Raya yang diam, Mondy menyuruh Raya duduk.
"Ray. Gue ambilin minum dulu ya." ucap Mondy lalu pergi mengambil minuman."Ehh kita dikacangin dong guys." ucap Melly. Raya tetap diam. Ia masih kaget dengan Mondy yang memutuskan untuk meninggalkan Megan dan belajar menerima Raya.
"Oh iya,Ray. Tadi Megan kenapa?" Tanya Willy. Raya masih tak menjawab.
"Ray?" Panggil Willy sekali lagi. Raya masih diam.
"Raya!"
"Eh.. iya kenapa, Mon?" Tanya Raya yang baru tersadar.
"Mondy? Gue Willy, Rayaa.." ucap Willy.
"Eh i.. iya. Maksudnya.. Willy. Kenapa?" Tanya Raya.
"Tadi gua nanya. Megan kenapa? Kok dia nangis dan pergi gitu aja? Gua takut salah satu dari kita yang bikin dia nangis. Dia Kenapa sih?" Tanya Willy. Namun Raya kembali diam. Ia malah menatap lurus kedepan seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Eh ni anak malah diem lagi. Raya!" Ucap Willy.
"Iya,Mond?" Jawab Raya.
"Eh gua Willy! Kok Mondy lagi sih? Gua Willy." ucap Willy kesal.
"I..iya maaf. Tadi nanya apa?" Tanya Raya.
"Ck! Tadi Megan kenapa dia nangis?" Tanya Willy geram.
"Em.. gue juga gak tau. Soalnya dia langsung pergi." jawab Raya berbohong. Tentu ia tahu Megan menangis karena ia diputuskan Mondy.
"Tapi.. kita biarin dia pergi gitu aja gak papa nih?" Tanya Oky.
"Iya udah gak papa. Megan sendiri pasti ngerti kok." jawab Baon.
Tak lama kemudian Mondy kembali dengan segelas minuman untuk Raya. Ia pun memberikannya pada Raya. Namun Raya tak menerimanya. Ia hanya melihat gelas itu.
"Tenang aja ini gak gua kasih racun." ucap Mondy. Mendengarnya, Raya langsung menatap Mondy.
"Kenapa? Mau kita lanjutin lagi berantemnya?" Tanya Mondy. Raya menggeleng lalu meminum minumannya.
"Kadang lo buat gue kesel. Kadang juga lo buat gue diam. Kenapa?" Batin Raya.Skip
Raya dan Mondy tengah makan malam bersama. Namun hari ini sikap Raya berubah. Ia menjadi lebih sering diam dan melamun. Kali inipun bukannya menyantap makanannya, ia malah menatap langit-langit.
Raya membulatkan matanya terkejut. Ia melihat bayangan wajah Mondy di langit langit itu. "Lho?? Mondy?"
"Ray?" panggil Mondy karna melihat Raya yang bertingkah aneh.
"Eh emm..Iya?" Sahut Raya.
"Kenapa sih?" Tanya Mondy.
"Nggak gak papa. Gak papa kok." jawab Raya sambil menggelengkan kepalanya.
"Yaudah lanjutin makannya." ucap Mondy. Raya mengangguk. Kemudian ia memegang sendok dan garpunya.
Prangg
Raya menyimpan kembali sendok dan garpunya dengan wajah kaget. Membuat Mondy bingung dengan Raya hari ini.
"Kenapa lagi sih?" Tanya Mondy.
"Mondy ini kok wajah lo ada dipiring ini??" Tanya Raya kaget.
"Hah? Muka gue? Ehh muka gue tuh tetep selamanya dikepala gue. Ngapain ada dipiring lo." jawab Mondy.
Mendengar ucapan Mondy, Raya langsung menampar pipinya sendiri. "Aduuhh,Ray. Lo kenapa sih?? Sadar woy sadar!" dan Raya memukul mukul pipinya.
"Oh iya. Gue lupa ngasih ini." ucap Mondy lalu ia mengeluarkan cincin couple dari saku celananya.
"Nih. Mama ngasih ini buat kita." ucap Mondy sambil meletakkan cincinnya diatas meja."Jadi ini yang dikasih Mama? Terus bajunya? Apa benar itu Mondy yang beli?" Batin Raya. "Oh iya. Gue lupa ngucapin terima kasih sama Mama buat dress yang dia kasih. Padahal tadi gue ketemu dia." ucap Raya berbohong untuk memancing Mondy.
"Hah? Ee.. eh. Gue.. udah ngucapin makasih. Jadi, lo gak perlu ngucapin segala." jawab Mondy sedikit ragu.
"Cara jawabnya. Jadi bener itu Mondy yang beli? Kenapa lo gak bilang langsung sih,Mon." ucap Raya dalam hatinya.
"Ray??" Panggil Mondy sambil melambaikan tangannya didepan wajah Raya.
"Ehh.. iya? kenapa?"
"Lo kenapa sih? Kok sering banget ngelamun?" Tanya Mondy.
"Nggak gue gak papa. Gue cuma,, gak nafsu makan. Gue tidur duluan ya." ucap Raya kemudian beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamarnya.
"Hah? Tumben banget dia pamit tidur duluan." gumam Mondy pelan. "Eh,Ray! Tunggu!" ucap Mondy menghentikan Raya saat melihat cincinnya. Raya pun membalikkan badannya.
"Pake dulu cincinnya." ucap Mondy. Dengan ragu2, Raya berjalan mengambil cincin itu lalu memasangkannya dijari manisnya.
"Udah." ucap Raya sambil menunjukkan tangannya. Lalu ia pergi ke kamarnya.
"Sumpah ada apa dengan dia hari ini?" Gumam Mondy.
Tbc...
Part tergaje diantara yang gaje :v maaf baru lanjut guys soalnya authornya lagi sakit :'
Thanks udah mampir ke cerita gaje ini🙏🙏 maaf kalau banyak typo.
Salam penulis :
pena_biru03
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Comes Too Late [TAMAT]
FanfictionCast : ~Mondy Caesar Hito ~Raya Nurfitri Rahmadiana ~Revalina Putri ~Boy Wirawan ~Haykal ~Cindy ~Melly ~Megan ~Iyan Perhatian : Bisa saja muncul pemain baru dalam cerita. Punya pertanyaan? Anda bisa melontarkannya lewat kolom komentar pada salah sat...
Part 16
Mulai dari awal