"Aku tidak mau membuat Lydia muntah."
"Hei, sudah kubilang dia tidak sejahat itu!"
Joe menatap Na Hyun dengan satu alis terangkat sebelum mendatangi truknya yang terparkir di depan pagar kawat lapangan. "Kau mau pulang denganku? Teman-temanmu bagaimana?"
"Ini kan trukku. Lagipula, kami akan bertemu lagi nanti malam, Leo mengadakan pesta. Kau harus ikut."
Na Hyun duduk di sebelah Joe, menarik pintu truk dengan kuat agar tertutup rapat. Truk tua ini sangat ajaib karena masih bisa berfungsi, mungkin itu berkat Phill—ayah Joe, yang pandai membetulkan mobil. Mereka melewati jalanan pertokoan, menyapa beberapa tetangga yang berjalan di trotoar lalu melewati jalanan dengan pepohonan rindang di kanan dan kiri.
"Kau tahu, tidak ada yang ingin aku berada di sana."
"Aku, itu terhitung satu. Kapan kau mau berburu lagi?"
Joe menaruh lengannya di jendela truk,"anak panahku dijadikan kayu bakar." Joe berkata sambil tertawa ringan,"dan ya, kurasa aku perlu jadi pengawalmu di pesta nanti."
"Artinya kau tidak akan bilang padanya, kan? Kumohon, lusa dia sudah datang aku tidak bisa sering bertemu teman-temanku di luar jam sekolah." Na Hyun menangkup tangannya untuk memohon.
"Bisa diatur. Aku boleh pinjam truk ini lebih lama lagi."
"Pakai saja, di rumah masih ada Lexus."
Joe membelokkan truk pada jalan tidak beraspal di antara pohon pinus. Di ujung jalan ada dua rumah yang berdekatan dengan halaman yang luas, tempat kayu bakar, grill dari bebatuan yang dibuat Phill, dan hammock tempat yang sering diperebutkan Joe dan Na Hyun. Truk di parkirkan di depan garasi rumah Na Hyun. Gadis itu turun dan segera menaiki undakan yang terbuat dari kayu. "Ingat pestanya," kata Na Hyun sebelum masuk ke rumah.
Leo adalah anak orang kaya, tentu saja rumahnya besar. Na Hyun baru dua kali kemari, yang pertama juga pesta saat freshyear. Di halaman ada banyak mobil-mobil, tetapi sebagian besar anak berjalan kaki saja karena rumah mereka relatif berdekatan. Na Hyun datang bersama tiga temannya menaiki mobil Lydia. Gen kelihatan tidak sabar untuk turun dan menemui Leo.
Setelah masuk ke dalam rumah, sudah banyak sekali anak-anak yang menyesaki ruang tamu. Di tangga samping pintu hingga ke lantai atas pun tidak berbeda jauh.
Gen mengajak mereka untuk pergi menuju ruang keluarga karena katanya tim bisbol sedang berada di sana. Ruang keluarga yang dimaksud adalah ruangan seluas rumah Na Hyun dengan sofa, perapian, televisi dan karpet mahal. Detil lain di sana adalah lukisan maha besar di dinding, menghadap jendela super besar yang melapisi seluruh dinding menampilkan pepohonan di samping serta anak-anak yang memilih mengobrol di luar. Dari ruangan itu juga terlihat celah menuju dapur dan teras belakang berserta kolam renang yang memancarkan cahaya biru. Menengok ke atas, di lantai dua bisa di lihat pintu-pintu kamar yang tertutup, setengah terbuka, dan yang terbuka lebar.
Lydia menarik tangan Na Hyun agar duduk bersama mereka.
"Wow, kau boleh datang kemari?" tanya Alex. Dia keliahatan terkejut sungguhan—Na Hyun tidak akan menyalahkannya karena keluar di malam hari, terlebih mendatangi pesta teman adalah pantangan baginya. Na Hyun menaruh jari di depan bibir untuk mengisyaratkan mereka agar menjaga rahasia.
"Aku dengar dari ayahku, Mr John ingin medaftarkan rumah kalian untuk dijual. Kau mau pindah?" Riley duduk pada sandaran tangan tepat di sebelah Na Hyun, sambil memegangi gelas plastik biru di satu tangannya. Na Hyun mengedipkan mata beberapa kali, Mr John adalah panggilan teman-temannya pada pria yang tinggal bersamanya. "Oh, i-iya." Tidak. Na Hyun sebenarnya tidak tahu. "Masih dalam diskusi." Tidak ada diskusi, itu keputusan sepihak dan sekarang Na Hyun merasa panas menjalar di sekujur tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...
Chapter 1
Mulai dari awal