Chapter 9 : Such an annoying guy!

Mulai dari awal
                                    

“Tullah?” Gaby mencoba memanggil Anjing kesayangannya itu. Tidak seperti biasanya langsung menggonggong dan mengibaskan ekornya, saat ini Tullah bahkan memunggunginya tanpa berniat mendatanginya.

“Hey, Buddy?” panggil Gaby lagi, tapi lagi-lagi respon Tullah tetap sama. Apa yang terjadi pada anjingnya itu?!

Gaby menghampiri Tullah, ia bersimpuh dengan lututnya dan mengelus punggung Tullah dengan lembut. Tapi sebelum ia kembali berbicara, Tullah sudah lebih dulu meninggalkannya tanpa mempedulikannya. Dalam hati Gaby merutuki sikap Tullah yang sudah merajuk seperti ini, menyebalkan!

“Ada apa denganmu?” tanya Gaby frustasi. “Apa salahku! Tullah!”

Tullah menoleh menatap Gaby dan menggonggong seakan ia sedang marah dan jengkel.

“Teruslah menggonggong setelah ini aku akan memasukkan mu ke dalam rumah penangkaran hewan!” ancam Gaby kesal.

Tapi bukannya takut seperti biasanya, Tullah malah menatap Gaby dengan tatapan yang menurut Gaby sangat menyebalkan. Mau tidak mau Gaby sebagai manusia harus mengalah. Ia menghela napas rendah dan mendekati Tullah.

“Kalau kita berjalan-jalan keluar, apa kau akan memaafkan ku?” tanya Gaby pasrah, walau sebenarnya ia juga tidak tahu apa kesalahannya. Tapi hal itu sepertinya berhasil karena
Tullah sudah menoleh dan mulai mengibaskan ekornya tanda semangat.

Gaby yang melihat itu mulai tersenyum miring. Dasar anjing penggoda! Batinnya. Tullah memang sangat suka jika diajak jalan-jalan keluar apalagi ke taman kota. Karena di sana, anjing betina itu bisa menggoda anjing jantan yang lain! Entah dari mana sifat penggoda itu datang, Gaby tidak tahu.

Gaby lalu mengambil tali Tullah dan memasangkannya di leher anjing itu. “Tapi setelah itu kita ke rumah sakit lagi, oke!”

Tullah menggonggong semangat. Gaby tersenyum dan membuka pintu apartemennya. Tapi ia cukup terkejut saat melihat ayahnya sudah berdiri di depan pintu apartemennya dengan tangan yang berada di angin.

Dad?!” teriak Gaby sambil memegang jantungnya.

“Gaby!” pekik Jimmy tak kalah kaget, tapi begitu ia melihat Gaby yang memegang jantungnya, Jimmy langsung tergugu. "Ada apa? Apa daddy menyakitimu?!" Tanyanya panik.

Sedangkan Gaby yang sudah menetralkan jantungnya menghiraukan pertanyaan ayahnya dan malah mencari-cari ibunya. Tidak mungkin ayahnya datang mengunjunginya sendirian. Ayahnya ini kan seorang bucin.

Dad, where is mom?” tanya Gaby begitu.

Mendengar pertanyaan itu Jimmy menghela napas lega, putrinya tidak apa-apa. Gaby baik-baik saja. Akan selalu baik-baik saja.

“Sebentar lagi akan segera sampai. Mommy mu menyuruhku untuk menghampirimu lebih dulu.” Ucap Jimmy, ia baru akan mengajak Gaby kembali masuk ke dalam apartemennya. Tapi ia urungkan karena melihat dandanan Gaby yang sepertinya akan segera pergi.

“Kau mau kemana?” tanya Jimmy memicingkan matanya.

Gaby menatap ayahnya kemudian tersenyum. “Mengajak Tullah berjalan-jalan sebentar, ia sedang merajuk padaku. Setelah itu kami akan ke rumah sakit untuk check up rutinku.”

Jimmy menatap Tullah yang sedang duduk anteng disebelah putrinya sambil menggoyang-goyangkan ekornya. Merajuk?

By the way ada apa daddy kemari?” tanya Gaby penasaran.

Daddy rasa kau pasti sudah tahu alasan daddy kemari hari ini.”

Gaby mengernyitkan dahinya. Baru saja ia akan kembali bertanya, tapi suara perempuan setengah baya sudah lebih dulu menginterupsinya.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang