Ketidakadilan dan Tangan Tuhan yang 'Jahil'

386 3 0
                                    

Ketidakadilan dan Tangan Tuhan yang 'Jahil'

.

Aku diam menatapi ponsel di tangan, membiarkan seluruh emosi menguasaiku. Didalam kamar berukuran 4x3, aku masih diam. Tidak percaya pada apa yang aku alami. Aku membaca pesan itu berkali-kali dan mengingat segala yang aku alami selama 4 bulan terakhir. Dan kembali, seluruh airmata keluar dari mataku. Menjadi bukti bahwa aku terlalu lelah untuk berbicara. Aku lelah untuk menyemangati diriku agar lebih kuat. Kata 'Ayo, Hannah. Kamu kuat. Jangan biarkan hal ini menyakiti dirimu lagi. Coba berpikir lebih positive dan terima semua. Lawan semua.'. kata itu tak bisa lagi aku ucapkan untuk diriku.

Aku lelah, aku putus asa dengan apa yang aku rasakan. Aku tidak bisa menahannya lagi. Kata yang aku keluarkan untuk diriku akhirnya berubah menjadi 'Tidak apa-apa, Hannah. Kamu boleh menangis sekarang. Aku tahu kamu capek.'. aku menarik nafas sebanyak yang aku bisa, menahannya sebentar dan menghembuskannya kembali. Berharap aku bisa membuat diriku sabar. Berharap aku bisa menerima semuanya, kembali menjadi diriku yang sebelumnya, mencoba berpikir positif dan melawan kembali. Tapi aku tidak bisa.

Aku tidak tahan dengan perasaan tidak adil yang aku rasakan. Semuanya terasa sangat berat. Aku ingin berbicara dengan Tuhan sekarang, tapi bolehkah? Kenapa Tuhan harus menciptakan ketidakadilan antar gender seperti ini. Hanya karena aku perempuan, apa aku pantas mendapatkan perlakuan ini dari laki-laki? Apa Tuhan tidak cukup dengan membuat laki-laki yang (harusnya) paling aku percaya dengan status ayahku menyiksa keluarganya sendiri dengan perselingkuhannya dengan perempuan lain ketika aku berumur 8 tahun? Tidak cukup kah, Tuhan? Apa tidak cukup dengan kau membiarkan wanita sebaik ibuku bersama laki-laki yang sempat ia percaya namun akhirnya malah mengkhianatinya?.

Semua bermula dari aku berumur 8 tahun, saat itu aku sadar bahwa ayahku berselingkuh dengan perempuan lain setelah memergoki kedua orangtuaku berkelahi hebat malam dimana dua bulan lagi aku akan berumur 9 tahun. Aku awalnya tidak mengerti kenapa sering melihat ibuku melamun saat itu. Melihat ibuku menangis diam-diam. Dan kalau aku ketahuan memergokinya, ibuku langsung menghapus airmatanya dan memelukku. Lalu berusaha terlihat tidak apa-apa dengan kembali tertawa.

Tapi semua berubah malam itu. Aku memergoki keduanya berkelahi di ruang keluarga. Ayahku menampar ibuku dan beliau hanya bisa menangis dan mengucapkan kata 'ampun' berkali-kali. Aku melihat saat itu ayahku menarik kalung ibuku sampai putus dari lehernya. Membuat leher indah ibuku merah dan seperti ada luka disana. Ibuku menangis dan berkata maaf berkali-kali. Aku berteriak dan meminta ayahku untuk berhenti memukul ibuku. Ayahku melihatku saat itu memeluk ibuku dan berkata "Ayah, udah! Maafin ibu, Hannah aja yang salah, jangan pukulin ibu!". Ayahku diam dan meninggalkan ibuku bersamaku.

Ibuku menangis sambil memelukku. Dan saudaraku datang. Adik laki-lakiku datang karena terbangun. Adikku yang berumur 5 tahun menangis melihatku menangis bersama ibuku, dan tak lama kemudian adikku yang saat itu masih sangat kecil berumur 2 tahun menangis di tempat tidurnya dari dalam kamar. Aku diam sembari menatapi ibuku, darisana, ibuku akhirnya menceritakan semuanya denganku. Tanpa adikku yang pasti. Ibuku bercerita tanpa ia sadari mungkin kala itu bahwa ayahku bersama perempuan lain.

Dari umur itu, aku akhirnya tahu bahwa itu yang dinamakan selingkuh. Tapi aku tidak punya teman untuk berbicara. Aku terlalu takut. Dan dengan keadaan yang semuanya langsung berubah, aku menjadi lebih diam. Berpikir dan terus berpikir. Saat umur 9 tahun, aku mulai menanyai guru agamaku di Sekolah Dasar. Apa boleh laki-laki atau suami menampar atau menghajar istrinya karena merasa suaminya tidak adil dengan perlakuannya? Dan tentu saja guru agamaku berkata tidak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 19, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PEREMPUAN DAN TANGAN TUHAN YANG 'JAHIL'Where stories live. Discover now